34. The New Friends!

31 4 2
                                    

Dia bagai perpaduan kapucino dan tiramisu, dua hal sama enak tapi bila digabungkan terasa... aneh?
Apa dia bisa menjadikannya lezat untuk sekedar kami cicipi?

Pertama kali masuk kelas 11 yang baru ini, atmosfer rasa canggung langsung terhirup. Aromanya meluber hingga ke telinga. Ah, baik sudah cukup basa-basinya. Aku bingung.

Bingung harus duduk dengan siapa, bingung harus memilih teman yang seperti apa, bingung segalanya. Sampai akhirnya aku langsung duduk di barisan kedua dari depan, kedua juga dari kanan. Hanya diam tidak berani menyapa, diam juga ketika disapa. Aku hanya memasang senyum.

Saat itu juga ada sesuatu yang menarik perhatianku, pintu kelas. Disana terlihat gadis cantik dengan body goals yang melekuk pada tempat seharusnya. Dia bersama seorang pria yang memakai jaket, topi, celana kain, dan sepatu serba hitam. Gadis itu melambai ketika pria itu berpamitan. Fix, itu romantis!

Mataku cepat beralih ketika sang gadis melirik ke kelas, dia tersenyum padaku? Eh, padaku? Ia langsung menuju kearahku.

"Gue duduk sini ya," katanya santai saja langsung meletakan ranselnya.

"Eh, iya," aku hanya mengiyakan saja. Toh, lebih baik daripada aku duduk dengan orang aneh kan? Suheru misalnya.

"Resnada Zhakela Aruni Nafiza," dia tersenyum lagi, menyodorkan tangan sambil menyebutkan namanya yang akan sulit kuingat itu, panjangnya.

Aku menjabat tangannya, dingin telapak tangannya tapi lembut seperti es krim. "Alisha Ariyami Juna,"

Dia mengangguk, "Panggil gue Runi,"

Aku ikutan mengangguk polos, "Icha,"

Dia mencubit pipiku tiba-tiba, "Ih lo gemes kecil imut banget sih kaya adek gue,"

Aku hanya nyengir saja. Ok, pertemuan pertama ini absurd!

"Cha, lo nggak mau nanya apa-apa gitu?"

"Eh, nanya apa?"

"Ya, misal siapa cowok yang bareng gue tadi?"

Aku mulai terpancing, tentu saja aku penasaran. Mereka couple goals sekali, seakan dunia milik berdua.

"Dia abang gue," jelasnya sebelum aku bertanya.

"Bukan cowok lo?" Aku antusias, masa orang tadi abangnya?

"Iya, cowok gue."

"Heh? Lo pacaran sama abang sendiri?" Seketika aku gugup sekali. Aku takut salah memilih teman lagi. Masa iya sih?

Sementara Runi justru tertawa melihat wajahku yang panik. "Nah gitu dong, nanya duluan."

Aku tidak mengerti sama sekali, "Jadi dia siapa?"

"Cowok gue,"

"Abang lo?"

"Bukanlah. Yakali, abang gue mah jam segini doyannya molor noh di kamar,"

Aku ber-oh pelan.

"Romantis nggak?" Runi bertanya lagi, kali ini dengan wajah berseri, ingin tahu pendapatku.

"Ya, boleh juga." Aku menangguk saja, padahal mah iri juga.

"Tapi kok dia bisa diijinin masuk sekolah sampe kelas sih, Ru?"

"Hehe, mau tau?" Dia menunjuk kakinya yang tanpa sepatu, ada perban yang membalut pergelangan kaki semampainya itu.

"Eh, lo kenapa?" Tanyaku refleks karena memang tadi tidak terlalu memperhatikan luka itu.

"Jatuh dari becak kemaren,"

Aku mengangguk lagi. Eh, becak?

Dia memandang sekitar, memastikan tak ada yang mendengar pembicaraan kami, "Gue tukang go-cak online, Cha,"

Mataku melotot sempurna. Dia? Si gadis body goals ini? Ah, mana mungkin? Tuhan, kenapa kau selalu memberiku teman dari planet asing sih?

***

"Nah, gitu deh, akhirnya gue duduk sama Runi. Orangnya asik kok, walaupun absurd sih kadang." Kami masih di Owl Cafe, melanjutkan sidang karena akhirnya Riza tidak jadi pulang.

Sidang kali ini adalah 'kandidat teman baru'. Ya, kami tidak ingin salah memilih seseorang, terutama teman. Bukannya kami suka memilih-milih, tapi karena pengalaman disakiti. Aku misalnya, sudah bosan jadi pelampiasan pertemanan. Atau Alan misalnya, yang kepintarannya sering dimanfaatkan.

Karena itulah kami sebisa mungkin memilih yang tepat, agar tak merusak.

"Riza sama Helen di Ipa 2, gue percaya sama Helen sih, dia saudara jauhnya Satya." Rara menimang-nimang.

"Runi juga kelihatannya oke, boleh deh." Kali ini Alan yang berkomentar.

Rara dan Alan karena satu kelas sih nggak perlu ditanya duduk sama siapa.

Fix, sidang selesai.

"Btw, Riz. Lo kenapa tadi tiba-tiba random sih?" Aku mulai penasaran.

"Nggak papa." Katanya tersenyum saja. Apaan coba?

***

A/n : lagi cepet update biar cepet... tamat?

Setelah Kau [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang