Maaf.
Ah, kenapa kata tersebut sangat sulit diungkapkan? Terlebih jika kita masih tidak beranggapan bahwa kitalah yang salah?
"Gue terlalu egois, Ra." Kataku lirih, masih tak berani mengajak Riza ataupun Alan bicara. Sudah dua hari ini kami jadi dua kubu. Salahku memang, harusnya persahabatan bukan korban untuk cinta.
Benar kata Riza dulu, "Cinta boleh, bego jangan!"
"Aih, gue kangen Riza,"
Rara diam saja, tak berkomentar.
Sementara sekarang aku dan Rara sedang menyesal di rumah Rara ini, ada dua orang lagi di perut rumah lain yang tengah kebingungan, sama-sama saling mengisi kekosongan diantara keduanya.
Meski tak saling bicara, kami tahu kami merindukan senyum itu, malam 11:11.
"Agar persahabatan kami kekal, agar rasa sayang diantara kami selalu tumbuh, agar kami tidak pernah saling membenci. Dan, agar kami selalu tersenyum." Alanda memutar bola matanya, berusaha mati-matian menahan air matanya agar tak luruh. Ia tentu saja mengingat malam itu, semua kejadian malam 11:11 bahkan ia abadikan dalam sebuah note.
Riza tersenyum miring, urung berkomentar. Separuh hatinya menahan ego, separuh lagi sama-sama merindu.
***
Pagi itu amat cerah, meski tak secerah perasaan Riza yang campur aduk. Dia hanya mencoba berangkat lebih awal hari ini, sudah rapi sejak pukul 6 pagi, sarapan santai di dalam mobil Ayahnya.
Perutnya aman, namun perasaannya kacau.
Bagaimana tidak? Saat baru saja duduk di bangkunya, ada puluhan sticky note kecil bertebaran di meja, bertuliskan, "Good morning my dearest, Riza,"
Atau yang lebih menyebalkan lagi, "He dugong, miss u so much!"
Atau yang di sebelah sana, "Baikan yuk! Ntar gue traktir es jelly!!"
Dan yang satu ini, "Jalan-jalan beli bakwan. Jangan lupa beli duku. Bener kata Dilan. Aku rindu."
Riza tertawa melihat semua sticky note itu, antara bingung atau marah dia tak peduli lagi. Dia hanya ingin kembali bersama, berbaikan.
Baru saja ia menegakkan kepala, 2 sigung nakal itu sudah menghampirinya. Rara bahkan sudah menyodorkan jari kelingking ke arah Riza. Aku hanya tertawa melihatnya, dasar anak-anak!
"Sumpah kagak bohong! Kalian alay setengah hidupp!!" Riza bersungut-sungut. Meski tak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.
Satu lagi, Alanda bersiaplah untuk kejutan berikutnya!
***
Untuk gadis manis di ujung senja
Bagaimana aku bisa jauh darimu?
Selangkah pun tak bisa
Hatiku jauh tenggelam pada matamuUntuk gadis manis di ujung senja
Tolong beritahu sayang
Bagaimana aku harus mengganti masa itu?
Saat tak ada kau di sisiku, kosongUntuk Alandaku
Sang gadis manis di ujung senja
Beribu kata maafkan ku senandungkan
Maka semoga kamu memaafkanAlanda menyeka ujung mata saat membaca salah satu sticky note di mejanya. Aku, Rara, dan Riza sudah mengamatinya dari jendela, tertawa geli, menunggu saat yang tepat untuk yah, berpelukan mungkin.
Alanda terlihat melipat sticky note itu, mengantunginya, pandangannya mencari sesuatu. Kami mungkin. Aneh, dia malah tertawa renyah, sangat renyah sampai kami pun bingung apa ada yang salah dengannya?
Ia berhenti tertawa, "He, keluar dong!"
Kami saling pandang, masuk ke kelas. Rara langsung memeluk Alanda erat, diikuti Riza dan terakhir aku. Maaf, sekali lagi hanya maaf yang mampu terucap.
"Gagal ah puisinya!" Alanda angkat bicara, tawa jailnya muncul lagi.
"Kenapa sih?" Aku makin mengernyit bingung.
"Puisinya kaya lo cinta banget gitu ke gue,"
"Lagian gue kagak manis ya sorry aja. Gue tuh mempesonah!" Lanjutnya, tertawa lagi makin keras.
Aku, Rara, dan Riza menatapnya datar.
"Ku ingin marah! Melampiaskan!" Rara sudah gemas menyanyikan lagu yang sedang hits dari BCL itu sambil mengepal-ngepalkan tinju ke udara.
Kami tertawa, kali ini bersama.
"Jadi, kita baikan?" Riza antusias.
Kami terseyum, tidak lagi tertawa heboh. Hatiku menghangat, ini lebih indah dari cinta.
"Hoi-hoi abang mau dong ikutan peluk!" Suheru, ya siapa lagi yang sukanya mengganggu momen bersejarah!
Kami melotot ke arahnya, membuat nyalinya ciut, tertawa lagi.
Hari itu penuh dengan perasaan bahagia.
***
A/n : Okeh, Istul mau bilang, eh istul siapa? Ya pokoknya Istul mau bilang : semangat buat sahabatku, Upi. Hidup itu berat, tapi semangatmu jauh lebih berat dari masalah itu sendiri.
Happy reading:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kau [END]
Teen FictionKalau cinta ini selamanya tak bisa tersampaikan, maka biarlah! Kurasa aku akan terbiasa dengan rasa sakitnya "cinta diam-diam." On Going juga : Jangan Hujan -nb : cover sources by pinterest