Fisika

73 12 0
                                    

Aku menyukai tawamu, lucumu, candamu yang sama sekali tidak lucu tapi tetap saja aku yang tertawa paling keras. Aneh bukan?

Apakah jatuh cinta selalu serumit ini? Aku ingin bisa merasakan apa yang kau rasa.

Saat kau bahagia, ingin rasanya aku menepuk pundakmu yang tinggi itu, mengatakan selamat padamu. Saat kau sedih, astaga, bolehkah aku lari saja? Aku tidak tahan melihatmu tersungkur kecewa begitu.

Sejak di koperasi hari itu, aku suka menatapmu dari jauh. Belum, aku belum menyukaimu. Aku hanya ingin tahu apa yang sedang kau lakukan, apakah kamu sedang tersenyum, atau apalah yang bisa kulihat dari jauh macam ini.

Kemudian saat kau mulai menoleh, kusingkirkan mata jahat ini, melihat ke arah lain. Dan pernah sesekali mata kita bertemu, maka kita akan sama-sama membuang muka. Aku tersenyum geli sambil menunduk, itu aneh rasanya.

Hari ini, Jumat. Pelajaran fisika yang menyebalkan sekali. Saat itu kau duduk di pojok paling depan dan aku paling belakang.

Kau menjadi murid yang baik karena memperhatikan guru dengan serius, sementara aku malah menjadi murid yang jahat karena bukannya memperhatikan guru, aku justru sibuk memperhatikanmu sambil sesekali menatap sekeliling takut ada yang melihat.

Satu jam selesai. Kepalaku pusing karena rumus-rumus di papan tulis itu. Cukup. Untuk pelajaran ini aku menyerah. Kau? Lebih unik lagi. Kukira kau memperhatikan, ternyata kau tidur hingga guru menegurmu, memintamu mencuci muka. Aku tertawa, tapi juga memelas.

Aku tidak suka kau dimarahi macam itu. Apalagi menjadi objek mata-mata jahat di kelas. Berkat kau, hari ini rumus yang kudapat adalah guru selalu benar.

***

Nan, jangan tidur terus... Ichanya itu gimana, Nan...
Read, vote, komennya guys...

Setelah Kau [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang