1 bulan penuh ta'aruf dilakukan. Annisa dan Wahid sama-sama menggenal dan saling bertukar pendapat, dimulai dari kebiasaan dan keburukan diri masing-masing.
Annisa paling ingat tentang Wahid adalah Wahid menyukai Bubur Putih. Jika dia sedang senang atau sedih, marah sekalipun Wahid akan selalu ingat bubur itu. Setelah dia buat dan makan bubur itu maka dia akan tenang. Aneh ya masak marah malah ngidem bubur putih. Ya kali bakso atau mie ayam kek. Apa enaknya coba Wahid bubur putih itu?. Monolong Annisa
Wahid mengingat tentang Annisa semasa kecil dulu, Annisa anak yang usil dan kurang mendapat perhatian dari ayahnya, lebih tepatnya dia kurang kasih sayang.
Dahulu pernah di waktu shalat Annisa mengikat mukenah banyak orang. Alhasil ketika mereka salam-salaman akan saling tarik menarik.
Annisa orang yang suka berubah pikiran tanpa alasan tertentu dan dia penggigau jika tidur. Pernah sampai di waktu tidur dia menggigau karena omelanya sendiri. Seperti sekarang ini, mudah sekali marah tanpa ada alasan yang tepat apalagi pada Wahid. Tentang makanan Annisa hanya tergantung moodnya sendiri. Tetapi jika masalah hati dia sangat mencintai hanya satu orang, Gibran sahabat Wahid.
Ta'aruf yang mereka lakukan meski belum terlihat kecocokannya bagi Annisa, akan tetap segera dilanjutkan ke tahap pernikahan dalam waktu 2 minggu ini.
"Jika memang kamu tidak percaya cinta lagi akan aku buat kamu bisa percaya lagi Nisa. Dan masalah janji Ayah kita dulu lupakanlah tidak semuanya pilihan itu menyakitkan, ada kalanya kamu akan bahagia bersamaku, Insyaa Allah jika kamu yakin"
"Kau yakin akan membahagiakanku?" sinisnya
"Kenapa? kamu tidak mempercayai seniormu ini?". tersenyum sekilas. Ohh apakah ini gombal Wahid juga senyumnya itu yang terlalu manis oh jantungku?. Jangan baper. Monolognya sendiri. Dasar omdo sadar nis sadar!". batinnya lagi
"Jadi anda bangga menjadi senior saya? bahkan anda sudah wisuda dan tidak lagi menjadi senior saya menurut saya"
"Aku bangga karena senior itu menurut orang-orang selalu di banggakan dan di incari kebanyakan wanita. Dan senior itu wajib memimpin orang yang kecil sepertimu Nisa dan kamu tahu betapa senangnya hati junior jika di jaga sang senior?". dengan bangganya. "Dijaga senior itu serasa kamu dijaga kakakmu sendiri Nisa bodyguardkan asik di jagain"
"Aku tidak pernah berharap kau menjadi seniorku, apalagi kakak untuk ku"
"Terserah kamu saja, aku akan tetap melakukan ijab kabul dalam waktu dekat ini, aku harap kamu siap lahir dan batin"
"Arghhhh terserah kau saja". batin Annisa
Sepulang Wahid dari kediaman Annisa.
"Anak Abi udah besar sekarang. Dia harus memikul beban yang semakin tinggi lagi, kamu udah sanggup jadi imam anaknya orang lain nak setelah ijab nanti?". Sekilas putranya memberi senyumnya yang manis
"Insyaa Allah bi Wahid maunya seperti Abi. Abi ingin selalu bersama Ummikan sampai Allah yang menentukan, Wahid ingin juga seperti itu bi, membuatnya bahagia Bismillah. Do'ain Wahid ya bi semoga Wahid mampu"
"Tentu saja Abi akan mendo'akan anak Abi ini"
"Bi" ucapnya lembut. " Terimakasih banyak ya bi"
"Hei kamu kenapa anak Abi kok manyun gitu wajahnya kan mau jadi Ayah secepatnya lagi"
"Abi aku takut pernikahan ini hancur dan tidak bahagia"
Rasa cinta yang belum dimiliki Annisa membuat Wahid sedikit takut. Takut jika pernikahan mereka gagal ataupun terjadi masalah nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Wahid
Spiritual(TAMAT) Pernikahan ini terjadi karena janji Ayahku dan Abinya. Setelah kami menikah aku sangat risih dengan keberadaannya. Jangan sentuh aku! Jika kau sentuh anggap saja aku sebagai pelacur! Ucapnya di malam pertama mereka. . . . Annisa Fitriyal Jan...