32. Penyesalan

3.3K 139 3
                                    

Annisa menghangat ketika mendengar ucapan Wahid. Apa benar ini nyata? dia akan menjadi Umi sebentar lagi? dan Wahid akan dipanggil Abi oleh anaknya nanti?. Wahh yang benar saja.

Wahid menyandukkan Nasi untuk istrinya.

Ketahuilah.
Kenapa orang ini terlalu baik untuk ku?, aku hanya menganggap dia hanya sebagai suami terpaksa. Kenapa aku terlalu membencinya? tapi jika aku membencinya kenapa aku bisa hidup bersamanya belakangan ini?.

Keheningan adalah kebiasaan yang tidak pernah hilang saat berada di meja makan. Hanya suara sendok yang terdengar dan keheningan yang mencekam didalam aktivitas mengunyah itu.

Sahabat Jabir bin Abdilah ra menceritakan, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam pwrnah meminta istrinya untuk diambilkan lauk. Namun kata mereka, "Kami tidak punya lauk selain cuka".
Dan beliau tetap meminta diambilkan lauk, dan berlaukan cuka dan menggatakan.
"Sebaik - baiknya lauk adalah cuka, sebaik - baiknya lauk adalah cuka". (HR. Muslim 2052)

An-Nawawi menjelaskan hadist ini. Dalam hadist ini terdaapat menganjurkan berbicara ketika makan, untuk membuat susana akrab bagi orang - orang yang ikut makan. (Syarh Shahih Muslim 7/14).

Para ulama juga menganjurkan untuk berbicara saat makan, terutama dalam memuji makanan dan mengucap rasa syukur kita terhadap Allah.

Dan tetap diam sampai habisnya makanan yang mereka santap.

"Perut kamu masih sakit?". ucap Wahid yang memulai pembicaraan saat keheningan itu bertahan

"Tidak"

"Kamu jadikan ke rumah Bunda?". Annisa menatap Wahid dengan matanya yang membulat.

"Jadi"

"Ya sudah ayo kita berangkat". Beruntunglah sekarang Wahid masih libur

Wahid meraih kunci mobilnya

Di pertengahan jalan

Seorang ibu - ibu menyebrang kejalan dan alhasil ia terjebak didalam kerumunan mobil. Kemacetan terjadi karena sekarang adalah waktu liburnya sekolahan.

"Berhenti kau tolong ibu itu ya". ucap Annisa yang sambil menunjuk ibu itu.

Sebenarnya kamu wanita yang baik sayang. batin Wahid

"Baiklah kamu tunggu disini dulu ya"

Wahidpun pergi dan menolong ibu - ibu itu. Sementara dengan Annisa, ia melihat ada mangga yang kini sedang berbuah di rumah seseorang. Rasanya dia ingin sekali mangga segar itu sepertinya menggiurkan ucap indra pengecapnya.

Wahidpun kembali dengan membawa Ibu - ibu tadi kedalam mobil miliknya.

"Nenek?". ucap Annisa yang kini baru sadar Ibu tua itu adalah Ibu dari Ayahnya. Bagaimana mungkin Annisa melupakan wajah neneknya coba?. Annisa terakhir bertemu neneknyakan waktu umurnya masih 8 tahun.

"Ibu ini nenek kamu sayang?"

"Bukan dia ibu dari Ayahku"

Ketahuilah sekarang Wahid merasa tidak enak hati saat mendengarkan kata yang di ucapkan istrinya itu.

"Nisa". panggil neneknya. "Bunda kamu sakit sayang"

"Apa? bunda sakit sejak kapan?"

"Nenek tadi dapat kabar dari rumah sakit. Bunda kamu sekarang di rumah sakit M. Jamil"

Wahid melajukan mobilnya ke tempat rumah sakit yang dikatakan nenkek tua itu.

Setibanya dirumah sakit

Annisa berlarian mencari ruangan tempat Bundanya, setelah ia tahu di ruangan manakah bundanya dirawat ia tampak khawatir dan tergesa - gesa.

"Maaf anda tidak boleh masuk. Pasien akan di pindahkan keruangan IGD". ucap dokter yang baru hendak membawa Bundanya pindah ruangan.
Bundanya tampak tidak sadarkan diri.

Perbedaan antara UGD, IGD, PICU dan ICU.
UGD, umumnya terdapat di rumah sakit yang berskala kecil hingga sedang. Dokter yang berjaga 24 jam biasanya adalah dokter umum. (Unit Gawat Darurat)

IGD, biasanya dirumah sakit basar. Ada dokter dengan 4 keahlian besar yang menjaga selama 24 jam, dimulai dari ahli kebidanan, ahli anak, ahli penyakit dalam, dan ahli bedah. (Instalasi Gawat Darurat). Namun mereka sama - sama  memberikan penangan terbaiknya kepada pasien dan kemampuanya untuk menolong pasien. Sama - sama memberikan penanganan yang baik untuk pasien.

Selanjutnya pasien gawat darurat yang telah stasioner bisa diarahkan ke PICU (Pediiatic Intensive Care Unit), atau ICU (Intensive Care Unit).

Annisa menatap kepergian Bundanya yang di bawa dokter keruang IGD.

Bunda kenapa bunda?

"Bunda" histeris Annisa yang kini dipegang oleh Wahid saat dirinya dilarang memasuki ruangan yang sempat ia benci itu.

Annisa menangis dengan penuh suara yang membuat tempat itu menjadi heboh.

Wahid mencoba menenangkan istrinya yang menangis histeris itu. Namun Annisa masih menangis dengan suara yang seperti bayi. Annisa juga wanita yang bisa menangis, ia menangis bersuara jika itu terlalu menyakitkan.

Wahid mendudukan Annisa di kursi tunggu. Ia merebahkan kepala Annisa kepundaknya.

Jangan menangis sayang. Jika kamu ingin menangis, menangislah di pundakku, biar aku juga ikut merasakan kepedihan itu, kita itu suami istri, dan istri wajib berbagi kesedihan kepada suaminya, begitu juga dengan kami para lelaki.

Wahid mencoba menenangkan istrinya, dengan mencoba membelai kepalanya dan ketahuilah, jika kau sudah halal dibelai oleh mukhrimu pasti insya allah kau akan merasa senang, jika kau menyayanginya.

"Apa yang terjadi pada Bunda". ucap Annisa yang mulai tenang di pundak Wahid.

Wahid menghapus air mata yang mengalir di pipi istrinya itu.

"InsyaAllah Bunda pasti baik - baik saja sayang".

Annisa mulai tenang, tapi air matanya tidak bisa berhenti menggalir. Itulah Annisa, meskipun dia telah tenang, namun pikiranya tetap kepada Bundanya. Hal itulah yang membuat air matanya enggan untuk tidak jatuh.

***

Assalamu'alaikum readers semuanya apa kabar?, semoga selalu di bawah lindungan Allah.

Maaf ya partnya harus begini. Sebenarnya ada apa dengan Bunda Dia?.

Komen dong, Votenya juga ya readers yang baik hati dan juga tidak sombong, rajin menabung pahala untuk akhirat.

Salam Ukhuwah semuanya.

*Jadikanlah Al - Qur'an sebagai petunjuk hidupmu yang tiada duanya.

Setulus Cinta WahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang