6. Malam Pertama

5.9K 248 31
                                    

Annisa maraih tangan suaminya, kemudian Wahid melakukan hal yang serupa. Tangan Annisa di kecup lama oleh Wahid, rasanya hangat menyejukkan dan di hati Annisa rasanya ada yang berbeda sebelumnya.

Bukan hanya di tangan, Wahid menempelkan bibirnya di kening Annisa yang sudah sah menjadi istrinya.

Wahid meletakkan tangannya di atas kepala Annisa sambil berdo'a penuh penghayatan.

"Allaahumma inni as aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa 'alaihi wa 'auudzubika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi. Aamiin ya Allah". Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikanya dan kebaikan apa yang engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepadamu dari keburukanya dan keburukan apa yang engkau ciptakan pada dirinya.

Do'a tersebut adalah doa kebaikan dari suami untuk istrinya. Ridha Allah sangat di harapkan suami kepada istrinya, doa tersebut adalah doa yang sangat mulia.

Wahid dan Annisa sudah sah menjadi sepasang kekasih. Saatnya mereka tukar cincin. Wahid memasangkan dan cincin ke jari istrinya dan Annisa memasangkan cincin ke tangan Wahid dengan perasaan terpaksa.

Disinilah kini mereka duduk. Bersanding tertawa bahagia di kursi pelaminan. Tapi sayang itu hanya harapan Wahid saja. Annisa mengacuhkan Wahid walaupun ucapan Sakinah Mawadah Warahmah selalu terucap kepadanya.

"Kamu haus sayang?". ucap Wahid membuyarkan lamunan istrinya

"Jangan panggil gue sayang, lo hanya jodoh terpaksa bagi gue. Nggak sudi gue di panggil sayang sama lo, dasar suami sementara!" sewotnya

Wahid membalas cibiran itu dengan senyum"Sekarang kamu itu istriku dan sudah menjadi tanggung jawabku sayang" meraih pipi Annisa.

"Jangan sentuh gue! Lantas kau mau apa dengan statusmu itu ha?". Bahkan tamu undangan yang datang pun bisa mendengarkan mereka.

"Aku cuma mau kita saling menyayangi bahkan melengkapi". meraih tangan Annisa namun segera ditepis Annisa

"Jangan harap". Dan jadilah keheningan diantara mereka sampai acara berlalu seharian.

"Kamu tidak bosan untuk diam? Suamimu ada disampingmu"

"Nggak peduli"

Seharian duduk di kursi pelaminan membuat Wahid bosan, tetapi ia masih menikmati indahnya duduk berdua bersama sang isterinya. Terdapat teman lelaki Annisa yang datang, Annisa menyalami dan memeluk sahabatnya itu. Wahid hanya bisa diam, belum saatnya terlalu mengatur isterinya itu.

. . .

"Kamu duluan saja mandinya biar aku yang terakhir". Hanya diam tak ada suara.

Setelah Annisa selesai mandi, Wahid juga segera membersihkan dirinya.

Annisa tengah berdiri cantik di depan lemari kesayangannya sambil menyisir rambut.

Cleek pintu kamar mandi terbuka

"Aaa aaaa kkau, kau liat ke belakang sekarang". menutup matanya yang melihat Wahid di baluti separuh handuk, sungguh dia malu sekali.

"Annisa kamu kenapa? Aku ini suamimu kenapa teriak. Kamu malu?" Goda Wahid terkekeh

"Gue nggak suka liat orang lain di kamar gue, tolong lain kali kalau habis mandi bajunya di pakai langsung, bisakan?"

Setulus Cinta WahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang