42. Menyatu

4.5K 132 18
                                    

Jika semua yang ku kan untuk pemuas marahku aku yakin,  dosalah yang ku dapatkan. Tapi sekarang aku sadar, kamu menyadarkan diriku yang memang butuh teman dan arahan.

*****

2 Bulan berlalu hubungan suami-istri ini mulai membaik. Annisa sudah bisa menerima kehadiran Wahid sebagai suaminya.

Wahid yang baik,  penyabar, teliti, tekun,  ramah, penyayang dan sebagainya. Annisa salut dengab perhatian pada Wahid. Seakan hatinya salut pada sikap Wahid itu.Ia mulai salah tingkah pada perlakuan Wahid padanya. Pertanda apa itu?  Entahlah Annisa tidak tau. Mungkin rasa cinta

"Bang nanti kita kemakam bunda, ayah dan sulis ya bang" seraya mengancingkan baju Wahid dibagian atasnya

Wahid memperhatikan bola mata isteinya yang teduh. Irisnya sangat mengiurkan menarik dan antik.
Wahid melengkungkan bibirnya,  ia tersenyum kepada Annisa.

"Iya" sambil mengelus pipi kiri Annisa

"Makasih" Wahid mencium kening istrinya kemudian 2 kelopak matanya sebagai jawaban

"Hati-hati dijalan, Assalamu'alaikum"

"InsyaAllah, wa'alaikumussalam humairahku. Jaga diri dan Alifa baik-baik saat aku tidak dirumah ya,  dan jika ingin bepergian beri tau aku"

"Pasti"

Wahid mencium Alifa kecil yang bermain dengan segala mainan nya. Selepas itu Wahid pergi untuk bekerja.

Annisa memulai aktivitasnya untuk membersihkan rumah. Mulai dari mencuci, membersihkan dan sebagainya.
Ia sudah senior dalam menangani rumah, tak perlu lagi menyewa Asisten Rumah Tangga.

Tak terasa jam sudan menunjukkan pukul 0316 wib. Ia menyudahi kerjanya. Nanti dia akan menyetrika baju lagi.
Alifa kecil sangat rewel ingin di gendong terus.

"Sayanya Ummi rewel sekali ya, Ummi lagi kerja gini kok manjaan sih nak" ucapnya gemes

"Assalamu'alaikum" salam orang dari pintu

"Wa'alaikumussalam, eh ummi silahkan masuk ummi"

"Ummi bawa jajan untuk kamu dan Alifa, dimakan nak ya"

"Wahh ummi kok repot-repot" sambil mencium mertua yang sudah menjadi ibu kandungnya itu

"Ngak repot kok yakan cucu Ummi"

"Makasih banyak Ummi sayang" jawab Annisa menirukan suara anak bayi

"Sama-sama"

Annisa dan mertuanya duduk di ruang tamu sambil bermain dengan Alifa kecil.

"Ummi Annisa izin sama bang Wahid ya Ummi nanti ke pemakaman"

"Silahkan nisa, biar Alifa Ummi yang njaga"

"Makasih banyak ya ummi"

"Sama-sama"

Selang beberapa waktu Wahidpun datang dan meraih tangan Umminya dan tak lupa Annisa menyambut hangat suaminya itu.

Setulus Cinta WahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang