18. Nyaman

3.9K 171 11
                                    

Setelah selesai Shalat Sunah Wahid dan Annisa merebahkan badanya untuk beristirahat. Mereka melakukan hal yang biasa dilakukan sepasang suami istri, hal tidak biasa mereka lakukan dan hanya Allah yang tahu.

Wahid mencium kening Annisa lama, kemudian ia membuka ikatan rambut Annisa kemudian ia mencium rambut itu dan beralih menatap mata Annisa.

Dug dug
Annisa salah tingkah atas perlakuan Wahid itu.
Dan terjadilah adegan yang tak sepantasnya untuk kami ceritakan.

. . .

Keesokan paginya Annisa yang tidak terbiasa bangun lebih cepat dari Wahid kini terbangun dan meraih handuknya. Ia membersihkan dirinya cepat. Selepas ia mandi Annisa beralih kedapur untuk memasak. Hal ini membuat Wahid menjadi terpaku. Sepertinya keberuntungan masih berpihak kepada Wahid.

Annisa beralih ke Kulkas dan meraih bahan masakan yang ada di Lemari Es. Ada jantung pisang, daging, telur dan juga tahu.

Annisa memasak sayur terlebih dahulu, ia memasak sayur jantung pisang, selanjutnya ia menggoreng telur dengan sambal, kemudian ia membuat bacem tahu, dan terakhir sambal rendang. Masih masakan tradisional dan makanan biasa baginya.

Wahid yang selesai mandi kini beralih kedapur. Sepertinya ada seseorang di dapurnya beserta aroma harum masakan.
Wahid melihat sekitar ia tidak menemukan istrinya.

"Apa mungkin yang di dapur itu Annisa?"

Wahid beralih menuju dapur dan mendapati istrinya yang sedang mengiling cabe diatas batu giling. Annisa memang tidak suka memasak dengan bantuan listrik. Ia masih menggunakan batu giling dan semacam cara zaman dahulu ketika memasak, masih cara tradisional.
Wahid menghampiri istrinya

"Sayang kamu lagi masak?" tidak ada jawaban hanya ada keheningan yang mencekam. Annisa menundukkan wajahnya berbeda dengan tingah lakunya yang tempo hari berani menatap Wahid dengan matanya yang tajam. Entahlah mungkin Annisa malu atas kejadian tadi malam.

Wahid mendekat kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Annisa kemudian berbisik.

"Terimakasih sayang" mencium pipi kanan istrinya

Astaga jantung Annisa memompa darah sangat dengan cepatnya, ia begitu gugup Tuhan. Kemudian Wahidpun membantu istrinya. Ia membersihkan piring yang kotor dan mencucinya.

"Jangan biar aku saja yang mencuci, masih ada lagi yang kotor nantinya dan inipun bukan pekerjaanmu"

"Aku mau membantu istriku"

"Jangan biar aku saja kamu tidak usah kerja"

"Apa yang terjadi padaku? kenapa aku merasa malu dan risih di sampingnya? kenapa sepertinya aku melembut kapadanya dan jantungku?"

"Kamu duduk saja dimeja makan nanti aku kesana"

"Baiklah"

"Terimakasih ya Allah, istriku mulai berubah dan melakukan tugasnya dengan senang hati"

Wahid duduk di meja makan, keberadaanya tidak jauh dari tempat Annisa memasak. Wahid memperhatikan istrinya yang sigap memasak ternyata Annisa bisa jadi koki yang hebat sepertinya.

Hampir 2  jam Annisa memasak. Annisa segera menghidangkan masakanya untuk Wahid.

"Ternyata kamu hebat ya memasak Humairahku" senyum Wahid

"Humairah? Wahh" Annisapun tersedak

Annisa duduk di kursi meja makan. Wahidpun meraih nasi yang ada didepanya. Ia mulai menyandukkan Nasi dan lauk ke piringanya. Sadar istrinya tidak akan melakukan hal itu ia berinisiatif sendiri.

Setulus Cinta WahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang