"Hutangku telah lunas anggap saja pernikahan dan bayi ini bayaran untukku dan cepatlah tanda tanggani surat cerai untukku"
"Annisa! coba saja sedikit kamu merasakan rasa itu. Allah pasti telah memberikan rasa itu" ucap Wahid yang meraih tangan istrinya. "Tetaplah bersamaku aku ingin kamu yang kemarin, aku tidak akan pernah menceraikanmu sayang aku menyayangimu tulus"
"Waktu bersama kita sudah habis, apa maumu sudah aku lakukan. Kau hanya Suami titipan Ayahku hanya karena janji dan karena itulah hidupku menyedihkan. Ayah hanya memaksakan kehendaknya dan tidak memikirkan tanggung jawabnya padaku"
"Ya Allah sayang demi Allah aku tidak ingin mendengarkan kamu berbicara seperti itu lagi" ucap Wahid dan mncengkal kedua tangan istrinya kedekat wajahnya
"Ceraikan aku. Aku tidak bisa menepati perkataanku, aku tidak bisa merasakan rasa itu kembali"
Ingin rasaanya aku bersamu tapi kemauanmu itu membuatku hampir putus asa. Bagaimana mungkin? aku yakin kamu itu telah memiliki rasa Nisa. batin Wahid
"Aku butuh waktu kita bersama". tambah Wahid
"Waktu bersama?, seperti dia akan pergi dari dunia saja" batin Annisa
"Tidurlah kamu jangan menangis lagi, maafkan aku ya"
Annisapun berlalu pergi dan beranjak tidur.
Heningnya malam membuat Wahid sontak terbangun dari tidurnya. Shalat Tahajud disepertiga malam adalah kebiasaanya yang tidak pernah ia lewatkan. Wahid beranjak kekamar mandi dan menggambil Wudhu, selepas itu iapun shalat.
"Ya Allah, engakaulah tuhan yang maha membolak - balikan hati. Tetapkan istriku seperti kemarin ya Allah biarkan sejenak lagi kami bahagia. Hilangkanlah ego istri hamba ya Allah. Aku ingin dia merasakan rasa cinta lagi ya Allah"
Wahid teringat saat dia melakukan ijab kabulnya. Dia mendokan Annisa penuh dengan hatinya yang ikhlas.
"Allaahumma inni as aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa 'alaihi wa 'auudzubika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi. Aamiin ya allah". Ya allah sesungguhnya aku memohon kebaikanya dan kebaikan apa yang engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepadamu dari keburukanya dan keburukan apa yang engkau ciptakan pada dirinya.
Ada rasa sakit di hati Wahid ketika terngiang kata cerai yang diucapkan istrinya apa lagi mendengar istrinya ingin mengugurkan buah hati mereka.
Seusai Shalat Wahidpun membaca Al - Qur'an. Selepas itu ia menutupnya dan mulai mengingat hafalanya ya yang 30 jus yang hampir ia lupa karena jarang mengulanginya akhir - akhir ini.
Wahid kembali tidur disebelah Annisa dan ditatapnya lekat istrinya itu. Wahidpun memeluk istrinya tanpa takut istrinya akan marah. Annisa sontak refleks seperti ada yang menyentuhnya. Iapun terbangun.
"Maafkan aku Nisa, biarkan aku memelukmu dan menatapmu sebentar"
"Apa mau mu?"
"Aku boleh memegang perutmu?"
"Untuk apa ha?"
"Jika kamu merasakan ada getaran hati pasti Allah telah memberikan kelembutan hati ke kamu sayang. Biarkan aku mencobanya"
Annisa menatap Wahid dengan tatapan tidak suka namun ada rasa debaran jantung didadanya yang meluap, tapi segera ia tepis dan bersikap biasa saja. Dia membiarkan tangan Wahid yang memeluknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Wahid
Spiritual(TAMAT) Pernikahan ini terjadi karena janji Ayahku dan Abinya. Setelah kami menikah aku sangat risih dengan keberadaannya. Jangan sentuh aku! Jika kau sentuh anggap saja aku sebagai pelacur! Ucapnya di malam pertama mereka. . . . Annisa Fitriyal Jan...