Seketika hati Wahid menjadi sakit mendengar candaan Gibran. Ia sulit menerimanya seperti beneran saja. Wahid hanya bisa memberikan seringai senyuman pada Gibran.
Hening sejenak
CeklekPintu ruangan Annisa terbuka.
Ada kepanikan yang terdengar seketika. Bunda Dia datang dengan paniknya."Ya ampun sayang kamu kenapa nak penyakit kamu kambuh lagi?"
Wahid yang mendengar pembicaraan itu memotong pembicaraan.
"Annisa punya penyakit Bunda?"
"Kenapa? kau tidak mau beristri penyakitan? Ya sudah turuti mauku ceraikan aku sekarang juga". pikir Annisa
"Nisa!" Hardik Bundanya "Iya hid Nisa sering kaya gini kalau sudah telat makan"
Seketika Wahid Flashback
"Kau udah makan sayang?" Jadi itu bukan perhatian untukku melainkan untuk menjaga kondisinnya.Flashback off.
"Kamu sudah makan sayang"
"Dia belum makan tante"
"Nisa ngak mau makan Bunda"
Ada apa ini? Wahid dan Gibran sama-sama menjawab pertanyaan Bunda Dia."Kamu kenapa ngak mau makan Nisa?"
Penyakit Mag bukanlah penyakit yang dapat dianggap remeh sekaligus enteng. Jika dia sudah datang pasti nafsu makan akan hilang dan tidak akan mau makan akibatnya sangat sulit.
"Nisa ngak lapar Bunda"
Ada penyesalan di hati Wahid ketika mendengar istrinya punya riwayat Mag dan dia tidak mengatahui perihal itu dia tau setelah Abinya mengucapkan itu. Suami macam apa aku? istrinya sakit tapi aku tidak mengetahui perihal itu.Pemikiran itu sempat membuat Wahid termenung.
"Kamu itu udah jadi istri kok masih manja aja! Bunda tau pasti kamu mau manja lagikan sama Bunda". mengarah ke Wahid.
"Wahid ini nih kebiasaan Nisa dia itu manja""Ishh bunda apaan sih"
"Wahhh ternyata pengantin baru manja bener tuh hid". senyum yang terpampang di wajah Gibran yang merujuk pada Wahid
"Kamu diam ya!" ucap Annisa sontak membuat Gibran terdiam.
"Wahid sini". panggil Bundanya yang memecahkan keheningan
Bunda Dia menggambil bubur yang terletak diatas nakas Annisa.
"Kamu suapin Annisa ya Bunda ada janji sama Ummi kamu hid, jadi ngak bisa suapin nisa"
"Baik bunda"
Melihat Annisa memasang wajah benci kepada Gibran membuat bunda Dia ingin juga mengusirnya. Gibran bukanlah anggota dari keluarganya jadi kenapa dia masih disini sekarang?.
Bunda Dia mengingat apa yang pernah dikatakan Annisa kepadanya. Jika saja putrinya itu menikah dan dia masih belum dapat mencintai suaminya itu bundanya diharapkan mengerti. Dan seketika itulah membuat bunda Dia melakukan aksinya yang nekat. Ia tau Annisa sepertinya belum dapat menerima Wahid dengan sepenuhnya hal itulah yang membuat Bunda Dia memanfaatkan kesempatan ini.Ia menyuruh Wahid untuk menyuapkan Annisa bubur yang tak lain adalah buatan Wahid sendiri.
''Semoga ada rasa berterimakasih mu untuk suamimu". batin Bundanya "Bunda harap kamu menjadi dekat dengan suamimu dan sayang terhadapnya"
Wahid meraih bubur dari bundanya. Sontak membuat Annisa tidak suka yang akan terjadi nanti.
"Kamu harus makan sayang maaf bunda ngak bisa suapin kamu, bunda ada janji sama mertua kamu. Tapi bunda akan liatin kamu disuapin Wahid dulu bolehkan sebelum Bunda pergi"
"Iyaa"
Wahid tersenyum melihat tingkah kekanak -kanakan istrinya. Ia menyendokkan bubur itu kepada Annisa.
Seharusnya dia pergi mengajar bukan malah disini.
Dugg kenapa hatiku berdesir melihat matanya yang memandang wajahku? senyumanya? dan kenapa aku merasa jantungku berdetak lebih tak seperti biasanya?.
Wahid tersenyum bahagia saat dirinya menyuapi Annisa kapan lagi dirinya seperti ini?.
Terimakasih bunda karena bunda aku bisa menyuapi istriku sendiri. Senyum Wahid merekah. Cantik dan anggun bila ia menggunakan pakaian yang diberikan Wahid.
"Nah gitu dong kamukan udah jadi istri Wahid artinya kamu itu tanggung jawab Wahid sekarang. kamu harus berbagi sama dia, dia itu suami kamu. Bukan bunda lagi, kalau kamu butuh bantuan minta tolong sama dia dan kamu juga anak mantu kalau mau tolong istri kamu, kamu bilang ya sama dia ini". Boro-boro bantuin sopan saja annisa tidak.
Ketahuilah bunda ada rasa sakit dan bahagia mendengar bunda berucap seperti itu. Batin Wahid. Sakit karena Wahid masih belum bisa menjadi suami yang baik.
Maafkan aku karena belum bisa menjadi imammu yang sempurna Nisa. harap Wahid pupus
"Yasudah bunda pergi dulu ya mau ketemu sama besan. Wahid jagain dia ya dan Nisa jangan lupa jagain mantu bunda". ucap Bunda Dia yang manakala melebihi sikap remaja saat ini. Itulah sifat Bunda Dia, kadang bertingkah semacam anak Abg yang labil.
Bunda Dia berlalu pergi.
***
Partnya ngak seru ya?
Maaf ya jika iya.
Soalnya ana juga pusing sih buatnya supaya menarik. Mohon maaf ya sahabat semuanya anakan baru belajar dan ana bukan perpengalaman jadi ini setau ana aja ya.Semoga tetap ada yang suka cerita ini, komen ya sekaligus votenya tinggalkan ya semuanya. Ana ingin sekali cerita ini masuk ke rang 15san lah ana kepengen banget ya Allah.
Semoga cerita ini banyak juga yang baca ya Allah aamiin.
Mari lanjut ke part selanjutnya ya sahabat fillah semuanya.*Jadikanlah Al - Qur'an sebagai petunjuk hidupmu yang tiada duanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Wahid
Spiritual(TAMAT) Pernikahan ini terjadi karena janji Ayahku dan Abinya. Setelah kami menikah aku sangat risih dengan keberadaannya. Jangan sentuh aku! Jika kau sentuh anggap saja aku sebagai pelacur! Ucapnya di malam pertama mereka. . . . Annisa Fitriyal Jan...