36. Kebenaran

3.2K 148 3
                                    

"Apabila seseorang menikah berarti dia telah mencintai insan itu sayang. Aku menikahi kamu karena Allah, aku ingin kita menjadi ketetapan Allah yang abadi di Lauh Mahfuzh. Aku mencintai kamu tulus bukan karena janji Ayah kita Nisa" ucap Wahid

Annisa hanya menghabiskan bubur yang ada mulutnya itu. Ia menghabiskan bubur yang dibawa Wahid tadi sampai tuntas.

Setelah sarapan Annisa teringat sesuatu tentang perihal Ayahnya itu.

"Bunda punya nomor dia Bang di buku bekas Bunda dulu"

"Dia maksudnya?" tanya Wahid

"Ahwaludin"

"Sesakit sakitnya hati kamu jangan pernah membenci orang tua kita sendiri Nisa. Jika kamu di posisi Ayah kamu apa yang akan kamu lakukan? Sesalah - salahnya orang tua mereka pasti akan tetap sayang kepada anak - anak mereka Nisa. Ayah kamu pasti juga seperti itu mungkin ada alasannya kenapa dia bersikap seperti itu"

"Jika benar kenapa setelah menikah dia tidak mengunjunggi kita?"

"Mungkin Ayah tidak bisa karena ada ada tugas lain sayang"

"Dia itu hanya mementingkan urusanya dari pada kami"

Setelah Annisa selesai sarapan iapun bergerak ke sofanya.

"Tapi aku lupa dimana Bunda menaruh buku bekas itu"

"Nanti kita kerumah Bunda lagi ya sayang"

"Harus"

Jam menunjukkan pukul 11 siang. Annisa dan Wahid memutuskan untuk ke rumah Bundanya untuk mencari buku bekas itu. Setibanya di rumah Bundanya Wahid dan Annisa menemukan sebuah kotak obat didalam kamar Bundanya. Merekapun menyimpanya untuk diperiksa oleh Abinya nanti.

Wahid dan Annisa mengisai kamar Bundanya lagi. Dan Akhirnyapun mereka menemukan Buku usang itu.

"Ini nih bukunya" seru Annisa

"Alhamdulillah sayang"

"Nomor itu ada di bagian tengah buku kayanya"

"Di Handphone Bunda kenapa tidak ada nomor Ayah sayang?"

"Entahlah aku juga tidak tau"

"Lantas Ayah tau dari mana pernikahan kita?"

"Abimu mungkin"

"Tapi jika Abi berarti Ayah kamu"

"Nah ini dia nih nomor Dia" ucap Annisa yang tidak mengghiraukan jawaban Wahid

"Coba langsung di hubungi sayang"

Annisapun menggambil Handphone dari sakunya. Iapun menggetik nomor yang tertera diatas buku usang itu.
Masuk tapi tidak diangkat.

"Ngak diangkat"

"Biar aku saja yang nelepon nomor Ayah sayang"

"Baiklah"

5 kali sudah Wahid menelepon ke nomor Ayahnya itu. Namun tetap tidak di angkat. Wahid masih tetap saja menelepon dan akhirnyapun di jawab oleh Ayah Annisa.

"Assalamu'alaikum Yah. Ayah ini Wahid" Annisapun menggambil Handphone Wahid

"Dimana kau?" tanya Annisa pada Ayahnya tiba - tiba

"Nisa? " panggil Ayahnya

"Dimana kau sekarang Ahwaludin!"

"Ayah"

"DIMANA KAU KUBILANG!"

"Annisa!" hardik Wahid ketika Annisa meneriaki Ayahnya

"Ayah di rumah sakit Nisa"

Setulus Cinta WahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang