Setibanya di rumah baru.
Annisa menghempaskan badanya diatas sofa. Ia tidak peduli dengan barang-barangnya yang ada di mobil Wahid."Wah ini orang kaya juga ya" batin Annisa
"Kamu capek sayang?" tidak ada respon
12 menit kemudian Annisapun tertidur dan tidak lama setelah itu iapun terbangun.
"Kamu udah bangun?" ucap Wahid
"Kenapa aku bisa disini?" tanya Annisa refleks
"Tadi kamu tidur di sofa jadi aku pindahin kesini"
"Lancang kamu ya!"
"Saya tidak tega lihat kamu tidur di sofa. Nanti badan kamu bisa sakit-sakit makanya saya bawa kesini" Entah kenapa Wahid dan Annisa sama-sama bingung dengan dirinya masing-masing, kadang Wahid memanggil dirinya saya dan kadang aku begitupun sebaliknya dengan Annisa.
"Aku tidak suka perbuatanmu itu"
"Kenapa kau melaksanakan janji pernikahan ini?" lanjutnya karena teringat janji ayahnya bahwa pernikahan ini terjadi karena janji kedua orang tua mereka.
"Aku menikah denganmu bukan karena ingin memenuhi janji itu tapi aku memang sayang kamu Nisa sungguh. Aku mengenal kamu sebelum abi memberitahu janji itu"
"Lantas kenapa kau membawaku kemari?"
"Ini rumah kita sayang, apa kamu tidak suka pindah kesini? Kita udah menikah pertandanya kamu itu tanggung jawab saya bukan Bunda lagi dan sebagai buktinya saya harus membawa kamu ke rumah kita. Tidak mungkin kita menumpang dengan bunda sedangkan kita sudah bebas dari tanggung jawab orang tua kita masing-masing. Saya janji akan mempertanggung jawabkan tugas saya sebagai kepala keluarga"
"Ya jelas aku tidak suka. Karena ulahmu aku berpisah dengan Bunda"
"Kita masih bisa berkunjung kesana kamu jangan khawatir sayang"
2 menit berjalannya waktu
"Kau sudah makan?" tanya Annisa spontan seolah mencari topik pembicaraanDari awal mereka menikah baru kali ini Annisa memberikan perhatian pada Wahid.
"Ini adalah perhatian istrimu Wahid". batinnya.
"Belum"
Lantaran mendengar kata belum membuat Annisa merasa kasihan dan mengajak Wahid untuk makan diluar.
"Kamu mau pesan apa sayang?" tanya Wahid ketika baru sampai di restoran
"Sok akrab manggil gue sayang"
Annisa beralih kedaftar menu dan mengacuhkan Wahid.
"Andai yang disampingku ini Gibran" batinnya3 menit kemudian
"Mbak mbak sini dulu. Saya pesan Nasi Goreng ya mbak dan minumanya Kopi biasa aja""Baik mbak maaf kalau masnya pesan apa?". tanya pelayan seraya mencatat menu yang dipesan
"Samain aja ya mbak tapi air minumnya teh dingin aja" terkesan dengan khas suara dinginnya
"Oh ya sudah mas mbak saya permisi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Wahid
Spiritual(TAMAT) Pernikahan ini terjadi karena janji Ayahku dan Abinya. Setelah kami menikah aku sangat risih dengan keberadaannya. Jangan sentuh aku! Jika kau sentuh anggap saja aku sebagai pelacur! Ucapnya di malam pertama mereka. . . . Annisa Fitriyal Jan...