"Wahid yang membawamu kesini dan masalah kalian Abi sudah tau"
"Abi?"
Wahid melihat istrinya yang sedang ketakutan. Ia segera mengalihkan pembicaraan. Annisa takut, ternyata Abi sudah mengetahui segalanya.
"Nisa kamu makan ya. Tadi aku pulang dan membuat bubur putih ini, kamu makan ya sayang". Sambil menyodorkan rantang yang ia bawa. Wahid sangat suka dengan bubur putih itu, siapa tahu dia membuatkan Annisa nanti di makan oleh istrinya itu.
"Istrimu ada riwayat Mag dan Tipus hid". ucap Abinya "Tapi ini masih bisa diatasi belum kronis kok"
"Alhamdulillah makasih ya bi Wahid akan menjaganya"
"Baiklah kalau itu mau kamu, Abi hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk kalian". sambil memandang Annisa dengan lekat.
"Annisa, Abi harap kamu bisa menjadi istri yang shaleha untuk anak abi ini, apa kamu bisa"
Dug. Hati Annisa seketika tersentuh dan menghangat ketika mendengar mertuanya berkata seperti itu. Apa yang harus ia lakukan sekarang? entahlah. Apakah dia akan menjawab iya atau tidak.
"Abi maafkan aku Abi. Lebih baik kami bercerai saja aku tidak akan bisa membahagiakan dia". ucapnya menatap Wahid
"Sayang apa yang kamu katakan? aku tidak akan melakukanya, aku sayang sama kamu sungguh"
Tanpa disadari air mata Annisa mengalir tanpa sebab entah pasal apa. Anehnya dia akan menangis jika berucap tidak layak pada suaminya.
"Setelah menikah, seorang perempuan itu tanggung jawab bagi suaminya Nisa. Kalian sudah menikah, dan seharusnya hubungan kalain menjadi baik. Kalian itu harus sama-sama saling menguatkan"
Annisa menatap Abinya dengan nanar, bagaimana mungkin dia mudah menerima pria asing itu. Pria itu pilihan ayahnya, mana bisa dia menerima pernikahan ini secepat itu. Apalagi hatinya bukan untuk Wahid, cintanya bukan untuk pria itu.
"Wahid yakin bi, Annisa pasti bisa berubah menjadi istri yang sholeha" ucap pria itu ambil suara
"Pernikahan itu bukan ajang untuk main-main Nisa. Jika kamu tidak bisa menerimanya, seharusnya dari awal kamu sudah memikirkan kedepannya nanti bagaimana kehidupan setelah pernikahan. Rumah tangga itu bukan untuk main-main"
Wahid memperhatikan istrinya dengan datar. Kedatangan Abinya sangat membuat Annisa risih. Apalagi dengan ceramah Abinya tentang pernikahan. Annisa bingung, harus apa dia sekarang, rasanya dia begitu di pojokkan dua lelaki itu.
"Dari Abi kecil, abi tidak pernah mengharapkan perpisahan dari orang tua abi dulu. Setelah abi dewasa, abi hanya ingin hidup bersama pasangan abi hanya sekali seumur hidup. Pernikahan abi untuk selamanya dan hanya sekali seumur hidup. Tidak pernah ada manusia yang menginginkan pernikahan lebih dari sekali Nisa"
Annisa memikirkan ucapan mertuanya itu. Jika abi menginginkan seperti itu, dia juga sama sebenarnya. Tetapi bagaimana mungkin ayah dan bundanya bisa berpisah tanpa memikirkan perasaan Annisa. Abi Andramayu memang baik dan berwibawa, tetapi bagaimana dengan ayahnya?.
Banyak yang bilang, jika kita berteman dengan orang baik, maka kebaikan juga akan mendekati diri kita. Layaknya kita berteman dengan pemukul besi kita akan kena cipratan apinya, sedangkan jika kita berteman dengan penjual parfum maka bau wanginya akan menghampiri kita.
"Aku bingung bi dengan perasaanku sendiri" ucap Annisa ambil suara
"Selagi masih bisa di perbaiki maka perbaikilah. Sebelum terlambat, kamu dan Wahid masih bisa mempertahankan rumah tangga kalian. Abi tahu, kamu tidak serius dengan pernikahan ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Wahid
Spiritual(TAMAT) Pernikahan ini terjadi karena janji Ayahku dan Abinya. Setelah kami menikah aku sangat risih dengan keberadaannya. Jangan sentuh aku! Jika kau sentuh anggap saja aku sebagai pelacur! Ucapnya di malam pertama mereka. . . . Annisa Fitriyal Jan...