35. Kemana Ahwaludin?

3.2K 133 7
                                    

1 hari adalah makna yang menyiratkan kebosanan penuh bagi Annisa. Apalagi jika bertahun - tahuh pasti dia bisa kewalahan nantinya.

Berharian waktu kesedihan yang dilalui oleh Annisa. Sakit tapi apalah dayanya dia hanyalah hamba Allah. dan kematian pasti akan terus saja menghampiri makhluk hidup yang memiliki nyawa meskipun itu hewan maupun tumbuhan sekali.

Genangan air mata telah kering menjatuhi pipi Annisa. Air matanya sudah lelah untuk terus saja menggalir. Wahid yang menatap Annisa menjadi resah. Resah terhadap kesehatan istrinya dan calon bayinya itu. Bertahun - tahun waktu yang akan dijalani Annisa tanpa kehadiran Bunda tercintanya.

"Tuhan memang tidak adil Ayahku pergi Dan kini Bundaku meninggalkanku juga untuk selamanya. tanpa bunda ketahui dia akan menjadi seorang Nenek"

3 bulan sudah kematian Bundanya.
Annisa kini tampak termenung diruang sofanya. Selintas memori teringat tentang Bundanya saat bundanya mengajari Annisa memasak dan menjelaskan perihal tentang jodoh waktu itu.

"Bunda aku takut aku takut jika nanti akan melahirkan Bunda"

Kodrat menjadi seorang wanita bukanlah perkara yang sangat mudah. Harus ada wibawa dan kasih sayang murni dari hatinya. Ketahuilah! telapak kaki seorang wanita akan menjadi surga saat ia telah berhasil mendidik anak - anaknya. Karena apa?. Waktu dialah yang sangat dekat dengan buah hatinya. Dan karena itulah wanita lebih mantap mendidik, karena dia penuh dengan pemikiran dan kasih sayang. Sedangkan seorang pria? apa dia tidak memiliki rasa kasih sayang? Tentu saja punya tapi rasa mereka itu berbeda dengan wanita. Tapi dia juga di tuntut untuk menghidupi anak - anak dan istrinya dengan jiwa dan raganya meskipun ia lelah dan bagiamanapun caranya dia akan membuat keluarga kecilnya merasa bahagia. Sekecil apapun keringat yang membanjiri dirinya itu akan berhasilkan ladang pahala dan keberkahan baginya. Dan dia juga berperan penting dalam menjaga anak perempuanya.

Wahid mendekat ke arah istrinya yang tengah duduk. Ia melihat istrinya dengan tatapan dalamnya.

"Kamu kenapa sayang?"

"Aku teringat Bunda Bang"

"Sayang". ucapnya sambil memeluk istrinya "Kamu janjikan sama aku kamu akan ikhlasin Bunda"

"Iya tapi aku ingat Bunda Bang"

Tiba - Tiba Wahid mendapatkan panggilan dari Sulistiawati sahabat karib Annisa pasal kepergian Bunda Dia. Wahid dan Annisa menuju rumah Sulis.

Setibanya

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumssalam". ucap Sulis dan langsung memeluk sahabatnya yang talah berjilbab panjang itu.

Merekapun masuk dan kini berada di ruang tamu Sulis.

"Lis apa yang terjadi pada Bunda lis". ucap Annisa

"Nisa sebenarnya aku juga ngak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Bunda Dia. Tapi aku liat kejadianya waktu itu"

Flashback Sulis

Aku sedang gencarnya menantikan buku yang akan diterbitkan oleh Tere Liye Meteor. Kulangkahkan kakiku berjalan menuju Toko buku Gramedia Padang.

Saatdi jalan. Aku melihat Bunda Dia berjalan sendirian aku mulai menghampiri dan ternyata Bunda Dia menerima panggilan saat itu. Bunda Diapun pergi.

Melihat bunda yang pergi tampak menunjukkan wajah yang khawatir akupun cemas dan mengikutinya secara diam dan aku kehilangan arah.
Setibanya di lokasi aku melihat bunda dia dengan ayah annisa.

Bunda Dia menolong mantan suaminya itu. Tapi seketika dua orang bertutup wajah menembak Bunda Dia secara bersamaan.

Taarr. Tepat mengenai kepala dan tanganya. Bunda Diapun terjatuh. Aku yang melihat kejadian itu takut dan segera menelepon Ambulance dengan tangan yang gemetar dan sambil menangis histeris.

Setulus Cinta WahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang