19. Masalah?

3.7K 161 9
                                    

Mobil Wahid sempurna terparkir di halaman rumah Abi dan Umminya.
Wahid segera keluar dari mobil dan menuju arah Annisa yang belum turun dari mobil.

"Ayo"

"Aku bisa sendirilah kamu kenapa sih belagak romantis gini?"

"Kitakan udah halal boleh dong sekali-kali aku suami kamu dan kamu istri aku kan"

"Argghh seterah kau saja" Annisa meraih tangan Wahid

"Kenapa tangan gue ngak mau lepasin ini tangan, nyaman banget" batin Annisa

Tanpa disadari tukang kebun kesayangan Wahid datang. Semenjak Wahid bayi Bang Aan inilah yang menjadi sahabat karib Wahid.

"Ya ampun bang Wahid ini beneran bang Wahidkan?"

"Hehe iya bang ini aku bang"

"Aduhh Bang Aan kangen sama kamu aduduh"

"Bang Aan mulai lebai aha Wahid juga bang Alhamdulillah, tapi ngomong-ngomongkan baru 8 bulanan Bang"

"Yah Bang Wahidkan tau sendiri, bagi Abang mah sehari aja udah lama waktunya, ehh ini malah bulanan,apalagi kalau tahunan lamanya ngak ke tulungan nanti atu"

Wahid tersenyum tidak memperdulikan perkataan Bang Aan, dia tidak melepaskan pegangan tangan istrinya sungguh ia tak mau.

"Eh bang ini istrinya ya Bang aduhh Rancak bana bang, bang"

Keluarlah bahasa asli Bang Aan, bahasa padang. Bang Aan memang memanggil Wahid dengan sebutan Abang karena waktu itu Wahid adalah anak pertama satu-satunya di tempat dia bekerja, tapi sekarang tidak. Panggilan Abang ini bisa mengajarkan adik kandungya spontan untuk memanggil Wahid dengan Abang dan itu menjadi kebiasaan bagi Bang Aan.

Annisa hanya memperlihatkan senyumnya kepada Bang Aan. Tanpa perduli lelaki itu memujinya.

"Makasih Bang"

"Jadi ini yang membuat bang Wahid merasa berdosa terus?"

"Berdosa? maksud lelaki ini apa berdosa? aku?" batin Annisa

"Bang Wahid izin masuk dulu ya Bang, soalnya mau ketemu sama Umi kangen". Mengalihkan pembicaraanya. Wahid tidak mau Annisa tau jika sebelum menikah Wahid terus memikirkan Annisa.

"Yaudah deh bang nanti kita lanjut lagi ya dan jangan lupa main catur bareng ya"

"Iya bang pasti kami masuk dulu ya bang". menganggukan kepalanya dan diikuti Annisa

Bang Aan menatap kepergian Wahid dan Annisa. Ia menganggukan kepala sepertinya mengerti yang tengah dirasakan kedua suami istri itu.

"Semoga menjadi keluarga yang penuh kebahagiaan. Semoga kalian sakinah mawadah warahmah" ucap Bang Aan disela kepergian Annisa dan Wahid.
Dan tanpa sadar mereka belum melepaskan gengaman tangan mereka masing-masing.

"Assalamu'alaikum". ucap mereka serempak

"Wa'alaikumussalam sayang"

"Umi abi kemana Umi?" tanya Wahid

"Abi di rumah sakit"

Setulus Cinta WahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang