33. ANIN

16.7K 1K 66
                                    

Re-post 21.07.21

Selamat membaca...

Kesepian. Itulah yang Anin rasakan sekarang meski banyak pelayan dan pengawal yang ada di Mansion tapi tetap saja ia merasa sepi. Sepi karena ia tak bisa berinteraksi dengan orang orang yang ada di sekitarnya, setiap ia akan berbicara mereka selalu menundukkan kepala mereka dan itu membuat Anin benci.

"Ck," decak Anin "memang benar kata Sabaku Gaara, 'manusia takkan menang dari rasa kesepian'"

Anin yang saat ini berada di Kolam Berenang menatap ke dua pengawal yang berdiri jauh darinya. "kalo gue tahu bakal kesepian begini, gue nggak mungkin kesenangan pas di skors kemarin"

"Gue lebih milih di hukum di sekolah dari pada harus diam diam kayak gini. Kalo di Sekolah 'kan gue bisa sama yang lainnya dan bisa makan Bakso"

"Ck," decak Anin lagi "gue pengen makan bakso" ucap Anin

Anin terdiam beberapa saat ia menatap kearah kakinya yang berada di dalam kolam "Gue benci sendirian" lirih Anin tiba tiba

"Sendirian buat gue ingat akan masa lalu kelam gue, masa lalu di mana gue harus pura pura tuli mendengar hinaan mereka"

"Masa lalu yang mengingatkan gue dengan luka di seluruh tubuh gue karena pukulan dari orang orang yang tak tahu diri itu"

"Masa lalu di mana gue di kucilkan, karena status ku yang tak punya ayah"

"Masa lalu di mana gue hanya bisa diam ketika melihat mama gue di pukul, dan di tuduh menggoda suami majikan"

"Masa lalu yang harusnya gue tertawa terbahak bahak namun hanya bisa menangis dalam diam"

"Masa lalu membuatku hebat dalam menyembunyika rasa sakit ku yang sebenarnya"

Air mata Anin terjatuh seiringnya ucapan demi ucapan yang keluar dari mulutnya.

"Astaga Anin, Lo nggak boleh nangis. Ingat Anin lo harus kuat, kalo lo lemah, lo nggak bisa balas semua rasa sakit lo" ucap Anin seraya menghapus air matanya.

"Gue harusnya bersyukur dengan apa yang terjadi di masa lalu gue, meski itu menyakitkan tapi setidaknya itu membuat gue kuat seperti sekarang"

Anin menatap Atika dari tempat ia berada. Atika yang sedang asik membaca majala dengan dua pelayan yang sedang memijitnya, satu pelayan memijit bahunya dan satunya lagi memijit kakinya sambil melirik si kecil Naufal yang sedang bermain.

"Ck," decak Anin

"Wanita itu, bukannya menjaga anaknya malah santai baca membaca, pelayannya juga bego, mereka itu harusnya menjaga dan bermain sama dede Naufal, bukan memijit si nenek lampir keberatan perhiasan itu" dumel Anin.

Anin terdiam sejenak, ia menatap Naufal yang sedang bermain, menatap lurus pada Naufal

"Entah kau atau aku yang masa kecilnya sangat menyediha 'kan, kau memiliki ibu yang di rumah dan memiliki ayah yang berkerja, Namun kau tak merasakan kasih sayang ibumu"

"Tapi... bagiku kau sangat beruntung, meski tak dapat kasih sayang ibu, kau masih bisa bermain dengan anak anak lain, kau punya status yang tak 'kan ada yang mengucilkanmu, dan tak 'kan ada yang menghina serta memukulmu"

"Kau juga punya papa, papa yang siap pulang kapan saja ketika kamu rewel, meski papa Given bukan papa kamu, tapi kamu tetap di berikan kasih sayangnya" ucap Anin.

Ani sudah tahu kalau Naufal Bukan adiknya, adik tiri, Naufal bukan anak papanya tapi papanya mau mengakui sebagai ayah untuk Naufal.

"Tidak sepertiku" Anin kembali berucap

"Saat aku kecil, aku selalu di titipkan sama tetangga saat mamaku pergi kerja, itupun kalau ada tetangga yang mau menerimaku"

"Di kucilkan, dan di hina anak haram. Itu sudah menjadi makanan sehari hari ku ketika berumur sama denganmu hingga sampai sekarang"

"Dan Tak ada seorang ayah yang menjadi pelindungku ketika aku hampir di lecehkan oleh majikan mamaku dulu" air mata Anin kembali terjatuh

Anin menghembuskan nafasnya, entah kenapa dadanya terasa sesak mengingat semuanya meski berkali kali ia mengguat 'kan diri dengan kata kata motivasi tapi tetap saja ia merasa sedih jika teringat semua yang ia lalui dulu.

Anin menghapus air matanya, dan bangun dari duduknya serta melangkah menuju kamarnya, yang berada di lantai dua, yang artinya ia harus melewati Atika.

"Wah... seorang anak mantan pengasuh lewat" ucap Atika

Dua pelayan dan pengawal hanya terdiam dan saling menatap satu sama lain ketika mendengar ucapan Atika.

Anin berbalik dan tersenyum menatap Atika "wah... seorang wanita jadi jadian sedang menikmati hari." balas Anin. Membuat Atika dan lainnya menatap tak percaya akan kata katanya.

Anin menatap penampilan Atika "abis layani laki laki yah tan?" Tanya Anin

"JAGA UCAPAN MU.!" Teriak Atika

Atika berdiri dari duduknya memdekat kearah Anin, membuat dua pengawal was was akan pergerakkannya, sedangkan dua pelayan langsung membawa Naufal dari ruangan tersebut.

"Kau!" Tunjuk Atika di depan wajah Anin.

"Apa?" Tanya Anin malas.

"Mulut mu itu harus di jaga, kau tak pernah di ajarkan sopan santu oleh mama kamu yah?" Ucap Atika

"Kamu itu harus menghargai saya, saya ini lebih tua dari kamu. Jadi jaga ucapanmu" lanjut Atika

Anin tersenyum kecil menatap Atik "mau di hargai berapa Tan?" Tanya Anin membuat Atika menggeram marah.

Atik mengangkat tangannya dan siap untuk mendaratkan telapak tangannya di pipi Anin Namun belum juga sampai Anin segera menahan tangan Atika

"Bukan cuman orang yang lebih tua yang harus di hormati tan, tapi anak anak juga harus di hormati, mau dia itu orang tua ataupun anak muda harus saling menghormati, agar di hargai serta di hormati" ucap Anin.

"Tante memintaku menghargai tante tapi tante selalu berucap kasar padaku, jadi jangan salah 'kan aku kalau aku tidak menghargai tante" lanjut Anin.

Anin menghempaskan tangan Atika dan melangka kedepan Atika. "Dari pada kau mempertanyakan tentang mama ku yang mengajar 'kan ku sopan santun atau tidak, lebih baik kau tanya pada dirimu sendiri, apa kau mengajarkan anakmu? "

"Ck" decak anin

"jangan 'kan kau mengajarkan anakmu sopan santun, bermain saja dengannya tidak" Sinis Anin

"Berkaca dulu pada cermin mu sendiri sebelum kau berkaca pada cermin orang lain"

"kalo mau menghinaku, hina saja aku jangan bawa bawa mamaku, dia sudah tenang dalam tidurnya yang lelap"

"Sudah cukup hinaan dan rasa sakit yang di dapat 'kan mama ku, aku tak 'kan membiarkan tidur nyenyak mamaku terusik oleh ucapan mu"

"Sedikit saja kau menghina mama ku di depanku lagi, aku akan membuat mu menderita lebih dari yang di derita mama ku"

"itu janji ku"

Setelah mengucapkan kata kata untuk Atika Anin segera pergi dari hadapannya, meninggalkan Atika dan dua pengawal yang berdiri terdiam akan ucapan Anin pada Atika, bukan hanya pengawal, tapi ada opa-nya Anin.

***

Bersambung...

Typo dll.

Jangan lupa voted dan comentnya..

Byebye👋👋👋

Kamis : 26.04.2018

A N I N. (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang