64. ANIN

13K 997 42
                                    

Re-up

Rabu. 20.April.2022

Selamat membaca

Anin terdiam ketika melihat jari tangan Devan bergerak secara perlahan bersamaan mata Devan yang mulai terbuka

"Van" panggil Anin senang

"Alhamdulillah Devan sadar" ucap Anin penuh syukur.

Ibu Reyhan yang berada di sofa segera mendekat di ranjang Devan ketika mendengar ucapan Anin

"Alhamdulillah Cucu Oma sudah sadar" ucap Ibu Reyhan penuh haru

Natal segera memencet tombol yang berada di pinggir ranjang untuk memanggil dokter

"Ha..us" ucap Devan dengan susah payah

Aisyah yang mendengar ucapan Devan segera memberi Devan Segelas Air pada Devan.

Devan tersenyum kecil melihat Keberadaan Aisyah serta melihat raut khawatir darinya

"Oma Telvon Ayah kamu dulu Van. Pasti ayah kamu senang dengar kamu sudah sadar" ucap Ibu Reyhan lalu pergi.

Tak berapa lama pintu tertutup seorang dokter masuk bersama dua perawat langsung mengecek keadaan Devan

"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Anin setelah sang Dokter selesai mengecek keadaan Devan

"Masa kritis sudah ia lewati dengan baik, hanya saja kepalanya akan terasa sakit untuk beberapa hari ini karna kecelakaan dan lainnya hanya luka luka ringan" jelas sang Dokter.

Anin mengangguk mengerti

"BRAK"

Suara pintu yang di dobrak membuat semua terkejut bukan main

"Untung jantung gue kuat" gumam Anin sambil mengelus dadanya.

"Devan" panggil Reyhan yang memang sudah berada di rumah sakit sebelum Devan sadar.

Reyhan segera memeluk Devan dan mengucup kepala Devan berulang kali membuat Devan menjadi terdiam apalagi di tambah suara isakan kecil dari Reyhan.

Aisyah tersenyum kecil melihat Devan yang tersenyum kikuk padanya

Reyhan melepaskan pelukkannya lalu menatap dokter yang kini masih syok karna dobrakan pintu dari Reyhan

"Kenapa Dok?" Tanya Reyhan dengan polosnya

Dokter itu menatap Reyhan lalu menggelengkan kepalanya, setelah itu pamit pergi sebelum menjelaskan keadaan Devan

"Loh. Kamu di sini Anin?" Tanya Reyhan yang baru menyadari keberadaan Anin dan lainnya

"Baru nyadar dia" gumam Anin

"Iya Om" ucap Anin sambil tersenyum

"Kamu di cariin sama Papa Dan dua kakak Kamu" ucap Reyhan

"Kamu temuin papa kamu dulu Nin, sebelum Rumah sakit ini di bakar sama papa kamu karna tidak menemukan keberadaan kamu" ucap Reyhan sambil bergidik ngeri

"Nin kita temuin Papa dan Kak Adit dulu" ucap Liven yang mulai khawatir

Anin menatap Liven yang khawatir "kenapa sih?" Tanya Anin bingung

"Kamu nggak maukan para pasien yang sekarat tiba tiba mati berjamaah hanya karna aura menyeramkan dari Papa dan kedua kakakmu itu" ucap Reyhan

"Om Lebay, masa Papa Anin kayak gitu" ucap Anin

"Iya Anin papa kamu menyeramkan tahu" ucap Reyhan

"Om kira papa hantu? Yang menyeramkan tu Ayahnya Arka" ucap Anin tak mau kalah

Arka menatap datar kearah Anin yang seenaknya mengatakan Ayahnya menyeramkan "iya. Kamu benar Ayah Arka juga menyeramkan" ucap Reyhan sambil mengangguk

"Tapi Ayah kamu juga menyeramkan" ucap Reyhan

"Nggak" bantah Anin

"Iya" bantah Reyhan

"Nggak"

"Iya"

"Nggak"

"Iya"

Devan menatap kesal kearah dua orang yang sedang asik berargumen tak jelas. Seandainya tangannya tak lemas mungkin dia sudah menjitak sahabatnya yang tidak mau mengala dengan Ayahnya, begitu juga Ayahnya yang tak mau mengala pada Anin

TUK

Arka menyentil dahi Anin membuat Anin meringis karnanya "ck" decak Anin

"Sakit tahu" keluh Anin

"Sana temuin Papa Kamu, bukan malah berdebat dengan orang yang sudah tua" ucap Arka tanpa sadar membuat Reyhan melotot karna tak terima dengan ucapan Arka

"Om Belum Tua Arka" bantah Reyhan

"Om memang belum tua" ucap Anin

"Noh.. itu Anin bilang Om belum tua" ucap Reyhan bangga

"Tapi sudah berumur" ucap Anin lagi dengan tawanya yang besar

"Anin ayo pergi" ajak Reza ketika melihat Reyhan akan buka suara protes lagi

Dari pada mereka berdebat hal tidak jelas lebih baik bawa Anin ke kamarnya sebelum Om-nya. Given, dan dua kakak sepupunya memarahi orang orang yang tidak bersalah Nantinya.

Anin menatap Devan yang kini menatap intens pada Aisyah yang sedang menundukkan kepalanya.

"Biasa aja kali liati Anak Orangnya Van" celetuk Anin membuat Devan menatap Anin

Devan mendengus melihat senyum yang menurutnya sangat menyebalkan terlihat di bibir Anin

"Jangan liat Gue kayak Gitu Van, ntar jatuh Cinta lagi" ucap Anin dengan Pd-nya

Devan kembali mendengus mendengar ucapan Anin "sana pergi Lo" usir Devan pura pura marah

Anin tersenyun kecil mendengar pengusiran dari Devan, ia tahu Devan hanya berpura pura

"Ayo Icha pergi, kita di usir oleh pemilik kamar ini" ucap Anin

Aisyah mengangguk dan berniat pergi tapi belum juga melangkah Tangan Devan langsung memegang tangan Aisyah

"Di sini Aja Cha, yang gue usir Tu si Hantu berkursi Roda" ucap Devan

"Icha Aja yang di sini? Gue sama Natal nggak" tanya Adinda

"Iya, Lo berdua juga di usir" ucap deva Santai

"PLAK"

Adinda memukul Bahu Devan membuat Devan meringis kesakitan karnanya

"Kalo tahu kek Gini kita nggak usah jenguk" ucap Adinda kesal

"Nggak usah di pegang pegang Anak Orang van, ingat Bukah Muhrim" peringat Anin sok bijak

"Sok benar Lo" ketus Devan sambil melepaskan tangan Aisyah

"Ayo Nin pergi" ajak Liven

"Gue pergi dulu Van" ucap Anin ketika Liven mendorong Kursi rodanya keluar dari ruangan Devan di ikuti oleh Reza, Natal dan Adinda.

"Bye Om tua" ucap Anin dari balik pintu

Reyhan mendengus mendengar ucapan dari putri sahabatnya itu

Reyhan menatap Devan yang kini menatap Aisyah lagi dalam hatinya ia begitu bersyukur karna putranya sudah sadar.

***

Bersambung

Typo dll

Tinggal beberapa part lagi Anin End. 😊😊😊

Byebye👋👋👋

Sabtu 12.05.2018

A N I N. (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang