Selamat membaca...
Dua orang wanita menatap tiga pria yang berdiri di hadapan mereka.
Salah satu wanita dari dua wanita itu menatap wanita yang bediri di sampingnya
"Bagaimana misi mu Alettha?" Tanya seorang Wanita pada wanita bernama Alettha
"Tenang saja, aku akan menyuruh anak buah ku untuk memberikannya pelajaran Tika" jawab wanita bernama Alettah.
"Bagus" ucap Wanita bernama Tika. Atika mama tiri Anin. "Aku sudah tidak sabar menghilangkan nyawa Anak itu" ucap Atika
"Lalu bagaimana dengan yang ku suruh pada mu?" Tanya Alettha.
"Tenang saja. Akan ku pastikan salah satu Anak dari mantan kekasihmu itu bisa ku seret" ucap Atika yakin "dan kau" tunjuk Atika pada Alettha "bisa menyiksa Anak itu dan bisa mengancam Mantan kekasihmu pakai Anak itu" lanjut Atika
"Yah" ucap Alettha "kau dan mereka juga bisa membalas dendam kalian pada Gadis itu" tunjuk Alettha pada tiga pria yang masih umur belasan tahun di depan mereka.
"Dan kita bisa sama sama menyiksa mereka hinga..." ucap Alettha menggantung
"MATI" seruh Atika menyambung ucapan Alettha.
"Bagaimana dengan mami dari Aryo. Apa dia akan ikut serta?" Tanya Alettha
"Mami ku akan ikut dalam menyiksa" jawab Aryo salah pria yang berada di antara tiga pria itu.
"Baik." Jawab Alettha "kita sekarang menjalankan tugas masing masing"
"Kau Tika" tunjuk Alettha pada Atika "kau. Harus menyeret salah satu anak dari Azka dan Nafizah"
"Dan Aku. Akan menyeret Anak kesayangan Given" lanjut Alettha sambil tersenyum misterius
"Dengan begitu di antara kedua keluarga itu tidak akan mencurigai kita" ucap Alettha
.
.
.
Aryo dan dua temannya berjalan keluar dari markas tempat yang akan menjadi tempat penyiksaan untuk dua orang yang ia benci. Siapa lagi kalau Bukan Devan dan Anin dua orang yang membuat ia kehilangan seseorang yang berharga baginya."Aku tak sabar ingin melihat mereka menderita" ucap Aryo
Aryo masuk kedalam mobilnya. Ia mencengkran erat stir mobil ketika Pikirannya berkelana ke masa lalu di mana ia melihat sendiri bagaimana orang yang ia sayangi mengakhiri hidupnya karna dua orang yang ia benci
"Aku akan membalas mu Devan. Semua air mata Adik ku harus terbayar oleh rasa sakit mu. Dan Anin. Kau harus mati. Karna kau Adik ku mati bunuh diri" lirih Aryo
"sakit yang kau rasakan dulu tak sebanding dengan rasa sakit ku ketika kehilangan Adik ku"
"Kau dan Devan dua nyawa yang harus membayar satu nyawa yang berarti bagiku. Bukan hanya nyawa kalian. Nyawa orang orang yang kalian sayangi juga harus ikut melayang" ucap Aryo
"Tapi sebelum itu Kalian harus merasakan sakit kehilangan seperti diriku dan melihat mereka tersiksa di depan kalian" lanjut Aryo sambil tersenyum sinis kearah depan
Aryo mulai menyalahkan mobilnya dan melajukan mobil tersebut keluar dari area itu meninggalkan dua temannya yang berada di mobil mereka.
"Secepatnya aku akan melindungi mu" batin salah satu teman Aryo
***
Anin tersenyum konyol ketika melihat Atika yang baru masuk kedalam Mansion dengan meneteng beberapa paper bag (benar nggak tulisanya?) yang bermerek.
"Wiss... tante" ucap Anin sambil berjalan menghampiri Atika yang sekarang duduk di sofa
"Abis belanja tan?" Tanya Anin "banyak juga belanjanya tan" sambungnya sambil menatap belanjaan Atika.
"Diam kamu" ucap Atika
"Jangan cari gara gara lagi, Aku malas cari masalah hari ini" lanjutnya
"Ih. tante" ucap Anin
"Tante takut ya. sama Anin?" Tanya Anin
"Takut?" Tanya Atika
Atika berdiri dari duduknya dan berjalan sambil menatap Anin sinis "aku tak pernah takut pada anak seperti mu" Atuka menunjuk wajah Anin
"Oh. Terus?" Tanya Anin sambil menyingkirkan jari tunjuk Atika di wajahnya
Anin memegang pergelangkan tangan Atika kuat.
"Ibu mu saja bisa ku singkirkan dengan muda. Masa Anak kayak kamu nggak bisa?" ucap Atika tanpa sadar membuat rahasianya terbongkar.
"Oh. iya?" Ucap Anin
"Iya" jawab Atika "aku pastikan kau akan menderita Dan memilih mati dari pada hidup"
"Tunggu saja permainan ku nanti" lanjut Atika tanpa takut
Anin tersenyum sinis menatap Atika sambil melangkah di depannya "aku tunggu" tantang Anin
"Aku. Tidak pernah takut" sinis Anin sambil menatap Atika tajam dan membuat Atika terdiam.
Tatapan tajam dari Anin membuat ia teringat Akan Tatapan tajam Given padanya Dulu.
Atika menatap pergelangan tangannya yang di pegang kuat oleh Anin membuat ia bersusah payah menahan rasa sakit.
"Kenapa diam tan?" Tanya Anin ketika melihat Atika yang terdiam dan menatap tangannya
"Kau kira aku akan ketakutan mendengar Ancaman mu itu?" Tanya Anin lagi
"Tidak.!" Seruh Anin
Mengabaikan beberapa pelayan yang berada di sekitar mereka dan mendengar ucapan mereka.
Para pelayan itu tidak bisa melakukan apa apa selain diam dan tuup mulut mereka dan menulikan pendengaran mereka. Mereka terlalu takut ikut campur.
"Aku tidak takut.! Aku yang akan membuat mu menderita" ucap Anin
"Ingat tan.! Aku bukan mama ku yang akan takut dengan ancaman gila mu" ucap Anin
Anin mencengkran tangan Atika "setiap rasa sakit yang di rasakan mamaku Dan Setiap Air mata yang mengalir di kedua mata mama ku. Akan terbalas"
"Dan itu janji ku" ucap Anin lalu menghempas tangan Atika membuat Atika terjatuh.
Anin berjalan begitu saja dengan sengaja menginjak tangan Atika dan membuat Atika meringis kesakitan.
"Tunggu saja gadis nakal. Kau atau aku yang akan hancur" batin Atika sambil menatap kepergian Anin.
***
Bersambung...
Typo dll
Byebye👋👋👋
Minggu 06.05.2018
KAMU SEDANG MEMBACA
A N I N. (Re-post)
Teen Fiction_ANIN VERSI PERTAMA_ Kepindahan Anin di sekolah barunya serta Kematian mamanya. membawa Anin bertemu sahabat di masa kecilnya bukan hannya bertemu sahabat lama, ia juga di pertemukan dengan sesosok Papa yang tak pernah ia miliki sewaktu kecil. Apa y...