49. ANIN

14.4K 1K 43
                                    


Selamat membaca...

Arka membaringkan dirinya di atas ranjang miliknya dengan satu lengan yang menutup kedua matanya.

Arka tersenyum kecil ketika mengingat kejadian tadi siang. Dimana ia memberikan kertas pada Anin yang bertuliskan 'I Love you' Cara konyol yang di berikan sahabatnya. Argio. Membuat Arka menggeleng tak percaya Namun ia memakai cara konyol itu.

Kertas yang Arka pegang seharunya Di baca Arka bukan Anin. Namun karna Arka tak ingin Anin menolaknya jadi ia memberikan kertas itu pada Anin dan membuat Anin membaca kertas itu dan mengucapkan 'I love You' dan arka membalasnya.

Entah itu romantis apa tidak. Arka tidak perduli Yang penting Anin menjadi kekasihnya meski cara menembaknya konyol dan tidak romantis. Dan tak peduli apa Anin mau atau tidak.

Arka kembali tersenyum ketika tadi ia melihat Anin dari kejauhan yang terlihat senang ketika Papa anin. Given. Menjemput Anin tadi.

"Tok tok tok"

Suara ketukan pintu membuat Arka menatap kearah pintu kamarnya. Tak berapa lama terlihat Devan yang masuk kedalam kamarnya dan berjalan mendekat padanya.

"Maaf ganggu Abang" ucap Devan

Menarik kursi yang ada di depan meja belajar Arka dan duduk di kursi tersebut. "Apa abang benar dengan ucapan Abang?" tanya Devan

"Ucapan yang mana?" Tanya Arka dengan dahi menyerit.

"Itu. Tentang Anin pacarnya Abang" jawab Devan.

"Oh. Iya" jawab Arka singkat

"Abang nggak berniat main main sama Anin kan? Nggak taruhan gitu kan?" Tanya Devan.

Meski Devan tahu Arka tidak akan mungkin bermain main dengan perasaannya apalagi terlihat wajah serius ketika Arka menjawab pertanyaannya. Meski di jawab singkat.

Tapi tidak ada salahnya memasti kan? Apalagi Devan yang tak ingin sahabatnya tersakiti karna orang orang yang bermain atas perasaan.

"Aku tidak pernah bermain main Dev, dan Kamu tahu Aku seperti apa, mana mungkin aku bermain main atas perasaan seseorang terutama perasaan ku" Tegas Arka. Devan mengangguk dan tersenyum

"Semoga Abang Arka bisa menjadi kekasih yang baik untuk mu Nin, menjadi tempat mu untuk berbagi atas apa yang kamu rasakan,
Dan aku yakin Abang Arka adalah orang yang pernah kamu ceritakan dulu. Seseorang yang kau tunggu meski kamu tak tahu siapa dia" batin Devan

"Kamu nggak ada hubungan apa apakan sama Anin, Van?" Tanya Arka tiba tiba

"Nggak Bang, Devan sama Anin murni sebagai Sahabat"

"Benar?" Tanya Arka lagi "kamu dan diakan udah lama sahabatan apa nggak pernah ada rasa suka gitu?" Sambung Arka

"Rasa suka ada bang. Tapi rasa suka ku hanya sebatas rasa suka dan kagum padanya. Anin yang selalu selalu apa adanya dan Senyum yang selaku terlihat baik baik saja" ucap Devan "itu yang aku suka padanya" tambah Devan

"Beneran nggak?" Tanya Arka

Devan menatap Arka lalu mengangguk yakin "yakin Bang. Lagi pula Devan lagi mengejar Halalnya Aisyah" ceplos Devan

Devan segera menutup mulutnya ketika tersadar akan apa yang ia ucapkan
"Aisyah? Aisyah yang mebjadi sekertaris Osis?" Tanya Arka membuat pipi Devan memerah sambil mengangguk.

Arka tersenyum perasaannya begitu lega ketika mengetahui Devan tidak ada hubungan apa apa dengan Anin selain hanya bersahabat. apa lagi Devan yang menyatakan bahwa ia menyukai Gadis lain. Yang berarti Devan tidak mencintai Anin kan? Meski mereka terlihat seperti sepasang kekasih.

"Bang Devan pergi dulu" pamit Devan. Ia segera berlari keluar kamar Arka.

"Buset. Baru sebut Nama Aisyah Aja jantung gue mau copot" ucap Devan sambil mengusap dadanya.

"Pan" ucap seorang Anak kecil berumur tiga tahu yang kini sedang memeluk kakinya.

"Eh. Azril" ucap Devan. Devan menggendong Anak kecil itu. "Azril mau apa di sini? Dan di mana Bunda?" Tanya Devan namun anak kecil itu tidak menjawab.

"Aunty Nafi kemana? Kok Azril di sini sendirian?" Gumam Devan. Devan menatap anak kecil yang ia panggil Azril. Adik bungsu Arka. Yang kini mencoba menggapai pintu kamar Arka.

"Mau ke Abang yah?" Tanya Devan Azril mengangguk.

Devan segera mengetuk pintu Kamar Arka serta membuka pintu itu dan terlihatlah Arka yang sedang membaringkan tubuhnya dengan mata yang tertutup.

"Yah abang Azril sedang Bobo. Azril sama Kak Devan ya?" Pinta Devan namun Azril menggelengka  kepalanya. Ia membrontak dan tak berapa lama ia menangis membuat Devan panik.

Arka yang sebenarnya tidak tidur membuka matanya dan melihat Adik kecilnya yang sedang membrontak di pelukkan Devan dengan air mata yang sudah mengalir deras.

Arka segera bangun dari tempat tidurnya dan dengan segera ia mengambil Ahli Azril. Adik kecilnya. Di gendongan Devan.

"Kenapa Azril di sini?" Tanya Arka sambil mebghapus air mata Azril dan menatap Devan

"Nggak tahu, tiba tiba aja Azril ada dan memeluk kaki ku" jawab Devan "sepertinya dia mau tidur dengan keadaan di gendong" lanjutnya ketika melihat Azril yang mencoba mencari kenyamanan dalam gendongan Arka.

Arka mengangguk mengerti adik kecilnya ini tidak mau tidur jika tidak di gendong oleh Bunda, Ayah dan dirinya.

"Devan pergi dulu" pamit Devan dan segera pergi dari hadapan Arka.

"Adek Abang mau bobo ya?" Tanya Arka.

Adik kecil Arka mengangguk kecil lalu menyandarkan kepalanya di bahu Arka. Dengan ibu jari yang berada di mulut kecil Adiknya tak berapa lama adik kecil Arka tertidur dengan dengkuran kecil yang terdengar di telinga Arka.

Arka berjalan keluar dari kamarnya membawa Adik kecilnya ke kamar Bayi di mana Adik kecilnya tidur.

A N I N. (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang