37. ANIN

15.7K 1K 82
                                    

Selamat membaca...

Jam istirahat sudah selesai dan sekarang Anin Adinda, dan dua teman laki laki satu kelas mereka. sudah bersiap untuk keluar sekolah lebih dulu karna Akan melaksanakan tugas prakter Mereka.

"Siap Nin?" Tanya Adinda.

"Siip" ucap Anin.

Adinda segera melajukan mobilnya menuju Sebuah Perusahaan Yang bertuliskan ANDJAYA.

"Memang pengusaha itu di sini?" Tanya Anin memastikan

"Iya, kan Sekertarisnya bilang tadi dia sedang ada di perusahaan Ayahnya" ucap Viko, teman sekelas Anin.

"Ck" decak Anin

"Tu orang nggak bisa diam aja di perusahaannya yah?" Gerutu Anin

"Guekan Capek abis di Perusahan satu ke Perusahaan Lainnya" lanjut Anin.

"Nggak usah menggerutu Nin, ada hal yang lebih melelahkan nantinya" ucap Viko lagi.

"Emang Apa yang lebih meleahkan dari ini?" Tanya Anin

"Yang melelahkan. kita capek capek kemari dan si pengusahan itu nggak mau di wawancarai" jawab Viko.

Anin mendengus "Awas saja kalo dia nggak mau Gue hajar dia" ucap Anin sambil menunjukkan kepalan tangannya pada Viko.

"Diam deh kalian, ayo masuk" ucap Adinda bersama Satu siswa lainnya bernama Rian.

Anin dan teman teman-nya sudah sampai di lobi beruntunglah sang Resepsionis sangat ramah dan mau memberitahukan keberadaan sang pengusaha yang di cari.

"Widih... Perusahannya keren ya?" Ucap Rian membuat ketiga teman sekelompok-nya mengangguk

Ko. Kayak di perhatikan yah?" Batin Anin ketika beberapa karyawan menatap-nya intens

"Perasaan gue aja, apa emang dari masuk lobi sampe di sini kita di liatin?" Tanya Adinda

"Gue juga rasa gitu. Tapi, bukan kita yang di liatin tapi Anin" celutuk Viko.

Anin Terdiam ketika melihat Papa, dan dua kakak

Kenapa papa, sama ka Adit dan Ka Bintang Ada di sini?, apa mereka bagian karyawan di perusahaan ini? Batin Anin.

Anin tak tahu kalau Perusahaan yang ia datangi adalah Perusahan Ayah-nya sedangkan yang ia datangi sebelum-nya Perusahan Milik kakak-nya.

"Permisi pak, Apa Bapak Aditia Pratama Andjaya Ada?" Tanya Adinda Langsung pada Given yang baru akan masuk di Ruangan.

Given menatap putra-nya lalu mengangguk. "Ada" jawab Given

Buset, Itu Papa Gue apa bukan sih?, ko. Datar kaya Gitu? Batin Anin.

"Silakan masuk ucap Given" mempersilahkan Empat Murid yang datang itu

Setelah di persilakan masuk Adinda Viko, Rian serta Anin masuk. Entah Ruangan yang memang dingin atau memang Aura dingin tersebut berasal dari para pria yang berada di depan mereka.

"E... buset. Ini Ruangan Apa Kuburan si?, Dingin amat, buat gue ngantuk terus lapar" Ucap Anin tanpa Sadar.

Mereka, Given, Adit dan Bintang, baru tersadar akan keberadaan Anin yang tampang lesu dan lelah berdiri di Ambang pintu Ruangan Given.

"Berikan saja Kertas yang berisikan pertanyaan saya akan menjawab di kerta itu" ucap Adit membuat Adinda dan lainnya bernafas lega kecuali Anin yang menatap-nya tak percaya ketika Sang kakak Bersuara.

"Nin kertasnya ada di lo kan?" Tanya Viko.

"Nin" panggil Viko

"Ck, Nih Anak kenapa lagi?" Tanya Viko sambil mendekat kearah Anin yang terdiam menatap Adit lurus.

"Nin" panggil Rian kali ini.

"Apa kehabisan Battery Nih anak??" Gumam Rian.

"Lo kira Anin Apa'an kehabisan Battery" ucap Adinda.

"Abis sepanjang perjalanan menggerutu karna tugas ini, mengomel tak tentu ini dan ini cuman terdiam, kaya Boneka kehabisan Battery" ucap Rian.

Viko melambaikan tangan-nya di depan Anin Namun Ani hanya terdiam. "Ck" decak Adinda.

"Anin kalo lo diam diam kayak Gitu kita nggak akan pulang dan lo nggak bisa makan Bakso secepatnya" ucap Adinda membuat Anin tersadar.

Jadi yang mau di wawancarai itu Ka Adit? Batin Anin tak percaya. Tak percaya karna ia memang tak tahu siapa keluarga besarnya itu bukan hanya keluarga, Nama panjang Ayahnya saja ia tak tahu yang ia tahu hanya Given sedangkan nama keluarga ia tak tahu karna Given belum memberi tahu 'kan padanya.

Anin segera mengambil kerta yang di berikan Adinda tadi padanya dan segera memberikan pada Adinda.

Adinda memberikan kertas tersebut pada Adit dan dengan segera Adit mengambil dan mengisi beberapa pertanyaan yang ada di kertas tersebut.

"Manjur bener" ucap Rian

"Di kasih Apa sih nih Anak Din?" Bisik Rian.

"Di kasih Makan pring sama sendok" jawab Adinda Asal.

Setelah menunggu beberapa menit kertas yang di isi oleh Adit selesai dan segera Adit memberikan pada Adinda "makasih Pak" ucap Adinda

Mereka baru saja akan beranjak pergi namun sebuah suara memmbuat mereka terhenti, "kalian boleh pergi tapi Shakiela Anindiya tidak boleh" ucap Given

Anin menatap papanya dengan wajah memelasnya, Vika, Rian dan Adinda saling menatap Lalu menatap Anin. Anin melangkah dan berbisik pada Adinda membuat mata Adinda membola, tapi setelah itu ia mengangguk dan pergi bersama Viko dan Rian.

"Anak papa ko. Kucel banget" ucap Given sambil berjalan mendekati Anin tangannya mengatur rambut Anin yang berantakan.

"Adek kakak mau makan?" Tanya Adit.

"Nggak ka, Anin mau minum Aja" ucap Anin

Given segera memanggil sekertarisnya dan menyuruh Sekertaris itu mengambil minum untuk Anin.

Anin menghembuskan Nafasnya dan duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya di bahu Adit dan tak berapa lama ia tertidur karna kelelahan.

***

Bersambung...

Typo dll.

Jangan lupa di voted And coment

Byebye👋👋👋

Sabtu : 28.04.2018

A N I N. (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang