02. Mantan

283K 16.4K 2.5K
                                    

Mereka berempat kembali ke kelas karena bel jam istirahat sudah berakhir. Bukannya kelas akan menjadi sunyi, tapi semakin ramai karena mendapatkan pemberitahuan bahwa guru sejarah hari ini tidak masuk.

Ginza dan Almeta menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke bangku Faren dan Miska. Mereka bertiga sudah siap mengintrogasi Faren atas kejadian di kantin tadi.

"Eh, Faren." Tiba tiba saja Kahfi datang mengagetkan Faren dan juga ketiga temannya.

"Sorry gue tadi telat, lo gapapa kan? Nih mending lo pake baju olahraga gue, soalnya seragam lo basah tuh, ntar kalo masuk angin gimana?"

"Hah, basah?" Faren menunduk untuk melihat seragamnya, ternyata benar.

"Ya ampun, masa lo nggak kerasa ada air yang masuk ke seragam lo sih?" decak Kahfi heran. Faren hanya menggeleng.

"Kok lo bawa baju olahraga? Kan hari ini nggak ada pelajarannya," tanya Miska.

"Gue salah jadwal."

"Baru aja masuk udah salah jadwal," ejek Ginza.

"Udah nih pake Far, tapi kalo kegedean kaga ngapa ya, hehe." Tidak menghiraukan ejekan Ginza, ia kembali mengulurkan seragam olahraganya kepada Faren.

"Iya gapapa, daripada gue pake baju basah begini." Faren mengambilnya dan menepuk pundak Kahfi, "Thanks, lo emang cowok pengertian!"

⚫⚫⚫

Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Murid kelas XII IPS 1 berhamburan keluar kelas. Menyisahkan 3 orang laki laki dan 4 orang perempuan.

"Kuy! Besok mabar lagi!" seru Dino, salah satu teman Dhafian.

"Kuy lah."

"Kalo gue menang, Kailsa buat gue, gimana?"

"Pala lo mules!" Dhafian membelalakkan matanya, terkejut, "Lo pikir dia apaan?"

"Kaga, gue bercanda elah Dhaf, gitu aja di seriusin." Dino terkekeh.

"Kalo gue menang, Faren buat gue, gimana?" Dino memelankan suaranya pada 4 kata terakhir, karena pemilik nama masih berada di dalam satu kelas bersama Dino dan Dhafian.

Dhafian hanya mengedikkan bahunya sambil mengemasi buku buku dan peralatan alat tulisnya. Tiba tiba saja ia teringat kembali kejadian tadi di kantin, yang sempat membuat banyak murid mengelilingi mereka.

"Dhaf," panggil Dino membuat lamunan Dhafian buyar.

"Lo bikin orang kaget, kampret!"

"Lo ngelamunin apaan sih? Apa jangan jangan lo masih bimbang milih antara Kailsa atau Farensa ya?" tunjuk Dino tepat di depan muka Dhafian, membuat ia memundurkan kepalanya.

"Pala lo gendut!" kesal Dhafian, "Gue jelas milih Kailsa lah. Apalagi Kailsa itu susah banget buat dideketin, secara dia jadi the most wanted girl di sini."

"Ah, kalo menurut gue nih ya, gue lebih suka Faren daripada Kailsa, soalnya Faren itu natural banget, sifatnya juga ramah banget," puji Dino sambil senyum senyum tidak jelas.

"Gila lo, senyum senyum sendiri." Dhafian tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Yaudah, gue balik dulu ya bro!"

Tanpa menunggu jawaban dari Dino, Dhafian berjalan keluar kelas sambil membawa tas ranselnya hanya pada satu bahu saja. Saat ia melewati tubuh Faren, dengan sengaja ia menabrak tubuhnya dengan tas ransel miliknya. Tidak peduli, Dhafian melanjutkan langkahnya ke arah parkiran.

"Eh." Faren terkejut dan mengedipkan matanya berkali kali saat ia tau itu tas ransel milik Dhafian. Bukannya kesal, ia justru bahagia.

"Sumpah, dia tadi nabrak gue pake tas ranselnya kan ya?" seru Faren mencak mencak.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang