17. Peduli

153K 12K 1.9K
                                    

"Mama lo itu pelakor!"

"Mama lo itu bisanya ngerebut suami orang!"

"Mama lo itu cewek yang nggak tau diri!"

"Mama lo itu licik, nggak punya hati!"

"Kalian tuh sama sama nggak berguna di dunia ini! Mending kalian jauh jauh dari sini, kalo bisa keluar dari negara ini!"

⚫⚫⚫

Gadis itu mengemudikan mobilnya di jalan raya dengan kecepatan yang bisa dibilang gila. Untung saja jalanan ini tidak terlalu dipadati oleh kendaraan, tapi tetap saja, hal yang dilalukan gadis itu membuat semua orang yang dilewatinya mengumpat kasar.

Ia mencengkram kuat kuat stir itu, berusaha menyalurkan amarahnya namun tidak sampai. Air matanya terus keluar dari kelopaknya, menangis tanpa suara, itulah yang dilakukan gadis itu saat ini.

Gadis itu memutar stirnya ke kanan, tidak tau harus ke mana. Ia asal saja mengendarai mobilnya tanpa tau tujuan. Toh, tidak ada yang peduli dengannya. Semuanya sibuk dengan dunianya masing masing. Dan kini, ia semakin membenci dirinya sendiri.

Ia semakin gencar menancap gasnya saat salah satu pengendara mobil meneriakinya dengan sumpah serapah, makian dan umpatan kasar yang beliau berikan pada gadis itu.

Suara dering telepon dari ponsel miliknya terus berbunyi, ratusan pesan yang masuk ke ponselnya tidak ada satupun yang ia baca. Semua orang pasti mengkhawatirkannya, bagaimana tidak, ia keluar pada saat jamnya orang akan berangkat tidur.

Pikiran pikiran negatif selalu bermunculan di kepala gadis itu, mencegahnya untuk berpikir jernih. Ia memukul stir berkali kali, dan terkadang mobil itu sedikit oleng. Tapi, gadis itu terlalu tidak peduli dan dirinya hanya dibaluti dengan kemarahan.

Jauh di belakang mobil gadis itu, sekitar beberapa meter dari jaraknya saat ini, sebuah mobil berusaha menggapai mobilnya. Cowok itu menancap gasnya agar dapat menghentikan aksi gila cewek itu.

"Sinting!" maki Dhafian yang mengikuti mobil gadis itu, ia sangat kesusahan saat akan berusaha mendahuluinya, karena kecepatan mobilnya yang begitu tinggi.

Saat Dhafian berhasil menyamakan mobilnya dengan mobil milik gadis itu, ia memencet tombol klakson berkali kali.

"WOY BERHENTI!" teriak Dhafian sekencang yang ia bisa. Untung saja jalanan ini hanya ada mobilnya dan juga gadis itu.

Melihat mobil gadis itu yang semakin menambah kecepatannya, otomatis saja Dhafian juga ikut menambahkan kecepatannya. Sampai akhirnya ia berhasil mengalahkannya dengan berhenti di depannya. Sontak saja gadis itu langsung menekan remnya dengan kuat agar tidak menabrak mobil Dhafian.

Gadis itu menghela nafasnya, untung saja ada yang menghentikannya, jika tidak mungkin malam ini tubuhnya mendarat di rumah sakit. Ia keluar dari mobil dengan tertatih, penampilannya terlihat sangat kacau.

"Bego, tolol, idiot!" maki Dhafian begitu ia berdiri di hadapan gadis itu, ia mengatur nafasnya sejenak sebelum melanjutkan, "Lo bisa celakain orang lain dan diri lo sendiri, Anjing!"

Faren semakin terisak, lututnya melemas. Ia terduduk di trotoar dengan tangisan yang semakin keras. Ia memegangi dadanya yang begitu terasa sesak, seperti tidak ada oksigen di sekitarnya.

"MAMA BUKAN PELAKOR!" Faren berteriak sekencang kencangnya, ingin melampiaskan amarahnya kepada langit. Ia juga ingin diperlakukan adil, ia ingin hidupnya diisi dengan kebahagiaan, bukannya diisi dengan drama yang keluarganya buat.

"PAPA BUKAN PEMBUNUH!" teriaknya lagi, kini ia memukuli trotoar itu hingga muncul kemerah merahan pada tangannya.

"PAPA NGGAK JAHAT! DIA NGGAK JAHAT!" teriaknya berkali kali, ia semakin keji memukuli trotoar itu. Walaupun memukulinya berkali kali, Faren tidak merasa tangannya sakit, ini definisi dari mati rasa.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang