Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tetapi gadis itu masih setia di tempatnya untuk melanjutkan tugas PPT bahasa Indonesianya.
"Lo pulang bareng siapa?" tanya Kahfi setelah mengemasi buku bukunya.
"Gue nanti minta jemput bang Garen aja, lo bisa pulang duluan," kata Faren tanpa menatap Kahfi.
"Serius nih, gapapa gue tinggal?"
"Iya gapapa, kalo gue kerjain ini di rumah, bukannya cepet selesai tugasnya malah cepet selesai drakornya."
Kahfi sedikit terkekeh dengan kebiasaan gadis itu. Faren memang selalu gila drakor dan selalu terburu buru untuk menamatkan episode dari drama itu.
"Yaudah deh, gue duluan ya, pulangnya jangan malem malem," kata Kahfi kemudian ia langsung meraih tasnya dan berjalan ke luar kelas.
Faren memandangi sekitarnya, di kelas ini hanya ada dirinya saja. Ia malah tidak sengaja melihat kepala seseorang dari jendela, orang itu terlihat sedang menunggu sesuatu sambil bersender di tembok. Lama kelamaan juga kelas ini berasa kelas horror.
Tidak ingin berlama lama di kelas sendirian, Faren bangkit dari duduknya setelah mengnonaktifkan laptopnya, lalu memasukkannya ke dalam tas. Saat ia akan meraih tasnya, sebuah ketukan pintu membuatnya spontan menoleh.
"Kak Faren dicariin tuh sama temen Kakak di lantai empat," kata salah satu adek kelas yang berdiri di ambang pintu.
"Siapa?"
Gadis itu menaikkan kedua bahunya tanda tak tau, "Samperin aja dulu, Kak."
"Oh iya." Setelah itu, gadis polos tadi berbalik badan dan berlari meninggalkan kelas ini.
Faren sempat terheran sejenak, memang siapa teman yang akan menemuinya di saat lingkungan sekolah sudah sepi seperti ini? Apalagi Faren diminta untuk pergi ke lantai empat, padahal lantai itu jarang sekali dilewati siswa maupun guru. Memang sih, dulunya lantai itu adalah ruang perpustakan yang besar, namun perpustakaannya dibongkar dan dijadikan tempat kosong yang tidak ada gunanya.
Langkah Faren tiba tiba terhenti saat ia akan melangkahkan kakinya untuk menaikki tangga ke lantai 3, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Lantas saja ia menoleh ke belakang, namun tidak ada siapa siapa.
Faren berdeham sejenak untuk menetralisir degup jantungnya, lalu ia melanjutkan langkahnya sambil melirik ke kanan atau ke kiri jika terjadi sesuatu yang aneh.
Lagi lagi Faren mendengar derap langkah kaki yang bukan berasal dari sepatunya. Bulu kuduknya berdiri, dan badannya juga ikut mematung. Perlahan ia menolehkan kepalanya, namun, untuk yang kedua kalinya, ia tidak menemukan siapa siapa.
"Gue mohon dong, jangan nakut nakutin gue. Kalo lo mau ngikutin gue, secara terang terangan aja, gak usah sembunyi sembunyian kayak gini." Faren berteriak sambil matanya mengawasi sekitar. Tapi tetap saja tidak ada tanda tanda manusia mengikutinya.
Faren menggigit bibir bawahnya, lalu berbalik badan dan berjalan sedikit cepat untuk menuju ke lantai 4. Ia berharap orang yang mengikutinya, atau sesuatu yang tak kasat mata sedang mengikutinya, kini kehilangan jejaknya.
Faren memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari seseorang yang sedang mencarinya. Namun, tempat ini tampak tidak berpenghuni, dan sangat sepi.
Tetapi, Faren sedikit tersentak saat tiba tiba ada yang memegang tangannya dan menariknya sedikit kasar.
Faren menarik paksa tangannya karena merasa tak nyaman, ia memandang ketiga orang yang ada di hadapannya ini dengan alis yang mengerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boy
Teen Fiction[TERSEBAR DI GRAMEDIA] Faren: "Kenapa?" Dhafian: "Makasih ya untuk hari ini." Faren: "Maksudnya?" Dhafian : "Maaf, mulai besok, anggap aja kita nggak ada hubungan apa-apa." Jleb. Gimana rasanya diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Cari yang baru ata...