11 tahun yang lalu.
Gadis kecil berambut coklat panjang berlari menghampiri temannya sambil membawa boneka kucing yang terlihat sangat lucu.
"Riel!" teriaknya membuat lelaki kecil itu menoleh dan tersenyum.
"Kamu udah pulang dari Belanda?" tanya Dhafian dengan nada senangnya. Dhafian itu nama panggilannya, tetapi gadis itu lebih suka memanggilnya dengan sebutan 'Riel' dari nama panjangnya.
"Udah. Buktinya aku ada di sini."
"Kak Zico mana?" tanyanya lagi. Zico itu kakak dari gadis kecil itu.
"Lagi mainan sama Uno di kamar kamu," kata gadis kecil itu sambil mengusap kucing anggora milik Dhafian.
"Uno juga ada di sini?"
"Iya. Dia dateng setelah aku dateng. Kebetulan banget," kekehnya.
Dhafian tersenyum hangat. Ia bahagia karena temannya sudah kembali dari Belanda setelah menetap selama 1 bulan. Biasanya saat Dhafian sedang bosan, ia meminta gadis itu untuk menemaninya. Sudah cukup 1 bulan hidupnya dipenuhi dengan rasa kebosanan.
"Kamu udah bisa ngucapin nama aku dengan bener nggak?" tanya gadis imut itu, "Kamu udah janji loh, kalo aku balik kamu harus bisa."
"Clairin Agystha," ucap Dhafian tanpa ragu, "Halo Claire! Aku udah bisa ngeja nama kamu dengan bener loh."
Dhafian tertawa, begitupun juga dengan gadis yang bernama Claire itu. Dulu, sebelum Claire pergi ke Belanda, Dhafian tidak bisa mengeja huruf 'R' dengan benar.
"Kamu belajar ke siapa?" tanya Claire.
"Setiap hari aku ngucapin nama kamu berkali kali. Bahkan Papa sama Mama juga heran," jawabnya lalu terkekeh.
Mereka terdiam sejenak. Claire ikut mengusap bulu halus kucing itu, sedangkan Dhafian memberi makanan padanya. Claire sangat suka dengan kucing, ia ingin membelinya, tetapi kedua orang tuanya tidak mengijinkan. Akhirnya Claire hanya membeli boneka kucing. Makanya ia selalu senang diajak ke Dhafian, karena ada kucingnya.
"Kamu udah dapet teman?" tanya Claire.
"Belum. Aku terlalu malu buat ngajak kenalan," kata Dhafian lemah sambil menunduk.
"Harus berani dong. Pokoknya kamu harus bisa tersenyum lebar kayak aku, biar ada yang ngajak kenalan kamu," saran Claire dengan membanggakan dirinya, "Kamu mah ramahnya cuma sama orang yang udah kenal deket sama kamu."
"Kapan kapan aja deh. Lagian aku juga udah punya temen kan?"
"Emang siapa?"
"Kamu."
Claire hanya menganggukkan kepalanya paham. Lalu ia mengambil wadah yang berisikan makanan kucing yang ada di tangan Dhafian.
"Eh, jangan kasih makan kucing," cegah Dhafian.
"Nggak boleh ya?" Claire menatap Dhafian dengan mata yang berkaca kaca, "Kamu sama kayak Mama Papa, nggak ngebolehin aku pegang kucing."
"Bukan gitu, Claire." Dhafian hendak menjelaskan bahwa ia sedang menenangkan kucing karena emosi yang tidak baik. Jadi ia mengajak kucing itu jalan jalan ke taman dekat rumahnya agar ia tidak terus mengamuk.
Claire tetap tidak mendengarkan Dhafian, ia bandel dan terus mengarahkan makanan itu kepada kucing. Awalnya Claire tersenyum senang karena kucing itu menerimanya, namun--
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boy
Teen Fiction[TERSEBAR DI GRAMEDIA] Faren: "Kenapa?" Dhafian: "Makasih ya untuk hari ini." Faren: "Maksudnya?" Dhafian : "Maaf, mulai besok, anggap aja kita nggak ada hubungan apa-apa." Jleb. Gimana rasanya diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Cari yang baru ata...