11. Cemburu?

162K 12.8K 2.6K
                                    

Faren menarik nafasnya sebelum keluar dari mobil dan memasuki area sekolah. Ia menarik bibirnya ke atas, seperti yang ia lakukan setiap pagi. Ia melihat kaca mobil untuk memastikan apakah senyumannya sudah bagus. Setelah ia puas, ia keluar dari mobil dan tak lupa menyalami Febby.

"Pagi pak satpam," sapa Faren saat ia melewati gerbang sekolah.

"Eh, neng Faren. Udah dua hari ini nggak kelihatan di sekolah, emang kenapa neng?" tanya pak satpam itu, "Saya rindu loh. Biasanya aja setiap pagi ada yang senyumin saya," kekehnya membuat Faren tertawa kecil.

"Yaudah pak, Faren masuk dulu ya," kata Faren lalu pergi dari hadapan pak satpam.

Begitu ia sudah sampai di depan kelas, sebuah tangan memegang bahunya membuat Faren menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

"Ada apa?" tanya Faren kepada Kailsa yang memberenggut.

"Dhafian udah dateng belum?"

"Nggak tau. Ini gue baru mau masuk."

"Lihatin dong," kekehnya sambil memohon.

Faren mengintip ke dalam kelas dan menemukan sosok laki laki sedang duduk sambil bermain game di ponselnya. Ia kembali menghadap Kailsa lalu mengangguk.

"Tolong kasihin ini dong ke dia." Kailsa mengulurkan tangannya sambil memberikan sebuah paper bag, "2 hari belakangan ini dia sering marah marah ke gue gitu, gue nggak tau kenapa, padahal gue nggak ngelakuin apa apa."

Faren mengambil paper bag itu, "Oke, nanti gue sampein."

"Oh ya, satu lagi." Saat Kailsa akan berbalik, ia teringat sesuatu, "Lo bilang kalo ini permintaan maaf dari gue, ya walaupun gue nggak tau salah gue apa sih. Terus, lo bilang juga gue pulang sekolah nanti bareng dia."

"Siap." Faren tersenyum, terkagum dengan kecantikan dan ketulusan cewek di depannya ini.

"Makasih, Faren," kata Kailsa tersenyum senang, "Sebagai gantinya, besok gue bayarin tiket nonton pertandingan basket."

"Wah, makasih." Faren tersenyum juga ikutan senang.

Setelah itu, Kailsa pergi dari hadapan Faren. Sedangkan Faren meneliti paper bag itu, penasaran dengan isinya, tapi ia tidak punya hak untuk membukanya. Ia berjalan memasuki kelas, mendekati bangku Dhafian. Sejujurnya, ia masih belum berani menatap Dhafian secara langsung setelah kejadian 2 hari yang lalu. Ia takut Dhafian lebih galak dari sebelumnya.

"Dhafian."

Dhafian mem-pause game yang dimainkannya. Ia menoleh dan memicingkan matanya, memfokuskan objek yang ada di hadapannya.

"Ya ampun, lo kemana aja? Kok baru masuk sih."

Mata Faren melebar, terkejut dengan omongan Dhafian. Bahkan sikapnya juga berubah 180 derajat, tidak biasanya Dhafian menyapa Faren seperti ini.

"Emm, gue sakit dua hari ini," jawab Faren dengan gugup.

"Lo ngomong sama siapa?" tanya Dhafian dengan tatapan tajamnya.

"Itu tadi lo tanya gue ke mana aja."

"Siapa yang nanyain lo?" Dhafian terkekeh jahat, "Gue nanya ke Dino," katanya sambil melirik ke samping Faren.

Faren mengikuti arah pandang Dhafian, dan ia menemukan Dino yang berdiri di sebelahnya. Pantas saja Dhafian seperti berbicara dengannya.

"Hai, Faren," sapa Dino sambil melambaikan tangannya.

"Eh, hai." Faren tersenyum kaku, merasa malu.

"Ada apa?" tanya Dhafian dengan nada yang tidak suka.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang