Semua murid berbondong bondong memasuki kelas begitu bel masuk dibunyikan. Sebenarnya sudah dari tadi bel masuk berbunyi, namun melihat guru piket keluar dari ruangan dan mulai berkeliaran membuat mereka langsung terburu buru memasuki kelas.
Tidak termasuk kelas 12 IPS 1, karena mereka sedang sibuk mengerjakan PR matematika yang deadline-nya hari ini.
Sebenarnya, sebagian murid sudah protes tentang mereka yang selalu diberi PR banyak dan pulang juga terlalu gelap. Kalau memang kelas tidak boleh dipakai tidur, maka rumah juga tidak boleh dipakai tugas. Lantas mengapa dinas pendidikan masih saja bersikap tidak adil?
Yap, kembali ke topik awal.
Kebanyakan murid tidak mengetahui bahwa hari ini ada pengecekan atribut. Mereka yang tidak memakai atribut lengkap kini kalang kabut mencari cara untuk melengkapi atributnya. Karena bukan hanya terkena point saja, melainkan mereka juga harus dijemur di lapangan sambil hormat ke bendera.
Salah satu guru piket yang ada di SMA Antartika kini memasuki kelas 12 IPS 1. Seketika keadaan menjadi hening, wajah mereka terlihat sangat terkejut dan menjadi tegang.
"Memang tidak ada pemberitahuan dari sekolah kalau hari ini ada pengecekan atribut, tetapi kami sengaja untuk melakukannya hari ini karena ingin melihat betapa rajinnya kalian memakai atribut lengkap," kata Pak Rival setelah mengucapkan salam.
Melihat guru ganteng yang masuk ke kelas mereka, membuat siswi siswi yang awalnya tegang kini menahan senyumnya melihat aura Pak Rival di pagi hari yang sangat kuat. Ditambah lagi dengan aroma khas tubuh guru muda berumur sekitar 24-25 itu.
"Di mana dasi kamu?" tanya Pak Rival kepada siswi di hadapannya.
"Itu... Pak, dipinjam sama Ginza."
Pak Rival mengarahkan penglihatannya ke seluruh isi kelas untuk mencari siapa yang siswi itu maksud.
"Berani banget lo bilang gue pinjem dasi lo?" kata Ginza dengan tidak biasa.
"Pak, Faren bohong tuh. Hukum aja," sahut Miska yang diberi anggukan oleh kedua temannya.
Pak Rival mengerutkan keningnya, lalu kembali menatap Faren, "Apa benar kamu berbohong?"
"Iya Pak iya! Dia bohong! Jelas jelas ini dasi punya saya," kata Ginza kembali membela dirinya.
Seisi kelas menjadi hening karena tidak tau mana yang benar dan yang salah. Tetapi banyak dari mereka yang percaya dengan Faren. Ingin membela namun tidak mempunyai bukti.
"Karena kamu tidak memakai dasi, ditambah lagi kamu berbohong, hukuman kamu saya tambah sampai jam kedua selesai," kata Pak Rival setelah menunggu Faren berbicara yang ujungnya tidak ingin membela diri.
"Kamu tau kan, apa yang harus kamu lakukan sekarang?" tanya Pak Rival.
"Iya, Pak."
"Ketua kelas, tolong antar Faren ke lapangan, pastikan dia tidak kabur dan melaksanakan hukuman yang saya beri," perintah Pak Rival kepada Kahfi dan cowok itu hanya mengangguk pasrah
Faren berjalan lebih dulu keluar kelas, sedangkan Kahfi yang ada di belakangnya berusaha menyusulnya. Cowok itu memperhatikan wajah Faren yang sedari tadi hanya diam dan sepertinya kali ini moodnya sedang tidak baik.
"Bukannya pas lo sama gue tadi, lo masih pake dasi ya?" Kahfi membuka percakapannya.
"Iya. Tapi setelah gue naroh tas, gue jadi kebelet. Yaudah gue ke toilet. Setelah itu gue ngerapiin seragam gue. Dasinya juga ikutan gue copot. Terus gue buru buru karena baru sadar kalo PR gue belum selesai, akhirnya gue langsung keluar dari toilet tanpa bawa dasi, dan kebetulan banget ketemu sama Ginza. Yaudah gue pikir dasi gue dipake sama dia," cerita Faren panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boy
Teen Fiction[TERSEBAR DI GRAMEDIA] Faren: "Kenapa?" Dhafian: "Makasih ya untuk hari ini." Faren: "Maksudnya?" Dhafian : "Maaf, mulai besok, anggap aja kita nggak ada hubungan apa-apa." Jleb. Gimana rasanya diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Cari yang baru ata...