Ting!
Sebuah pesan masuk menghiasi layar ponsel Faren. Setelah cewek itu memakai sepatu barunya, ia mengambil benda berbentuk persegi panjang dari saku seragamnya.
From +6285918273466
Bisa ketemuan?Lantas saja mata Faren melebar. Ia mengadahkan kepalanya, memandang ke arah Dhafian yang sedang membayar sepatunya di kasir.
Berarti nomor itu memang bukan milik Dhafian, melainkan milik orang lain, antara Papanya atau bahkan mantannya?
To +6285918273466
Dimana?From +6285918273466
Di taman perumahan kamu yaFaren memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Bertepatan dengan itu, Dhafian berjalan menghampirinya setelah membayar sepatu miliknya.
"Yuk," ajak Faren sambil berdiri dari tempatnya. Satu tangannya membawa paper bag yang berisi sepatu lamanya.
Mereka berdua jalan beriringan keluar dari toko sepatu menuju halte yang tidak jauh dari toko itu. Mereka duduk di kursi sambil menunggu bis kota berhenti di depan halte.
"Makasih banyak ya!" seru Faren menunjukkan senyum bahagianya di hadapan Dhafian.
Cowok itu hanya bergumam. Tidak lama kemudian, bis kota berhenti di depan halte. Mereka berdua beranjak dari tempatnya dan segera menaiki bis itu.
Walaupun Dhafian hanya merespon seperti itu, Faren tetap tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagianya karena cowok itu sudah sangat baik membelikan sepatu dan mentraktirnya untuk makan. Bukan berarti Faren cewek matre, melainkan cowok itu sendiri yang berniatan untuk membayari Faren, tanpa menawarinya terlebih dahulu.
Sesampainya di depan halte dekat perumahan Faren, mereka turun dari bis setelah membayar beberapa lembar uang ke pak sopir.
Mereka berjalan memasuki perumahan Faren. Jarak rumahnya dan gerbang utama perumahan lumayan jauh sih, tapi jika berjalan dengan orang yang disukainya pasti tidak terasa capeknya.
"Kita ke taman dulu ya," kata Faren tiba tiba.
"Ngapain? Jangan kayak anak kecil deh!"
"Yaudah kalo nggak mau nemenin." Faren mempercepat langkahnya dengan sedikit kesalnya. Cowok itu mencebikkan bibirnya kemudian berlari menyusul Faren.
Saat mereka sudah sampai di taman, Faren menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari seseorang yang selama ini diam diam jadi penyemangatnya.
Di taman ini bukan hanya dirinya dan Dhafian saja. Melainkan banyak anak kecil yang bermain dengan pengasuh pengasuhnya. Faren jadi bingung untuk menemukan seseorang itu.
Mata Faren tidak sengaja menemukan Papanya yang sedang duduk di salah satu kursi taman. Ada apa Papanya ke sini? Apa unknown itu benar Papanya sendiri?
Mata Faren bergerak memperhatikan gerak gerik Rafi. Beliau terlihat mengeluarkan ponselnya, lalu menempelkan layar ponselnya dekat daun telinganya.
Tiba tiba saja ponsel Faren berbunyi. Ia segera mengeluarkannya dari saku dan memperhatikan nomor yang menelfonnya. Nomor ini sama dengan nomor yang tadi memintanya untuk bertemu di taman perumahan Faren.
Faren menekan tombol hijau kemudian menempelkan layar ponselnya di dekat daun telinga. Setelah nada tersambung, hanya 3 detik, seseorang dari balik telfon itu mematikan sambungannya. Dilihatnya juga Papanya yang langsung menurunkan ponselnya dari telinganya.
Benar dugaan Faren selama ini, bahwa Rafi adalah orang yang selama ini selalu menjadi penyemangatnya.
Cewek itu segera berlari menghampiri Rafi yang sedang kebingungan mencari seseorang yang ia tunggu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boy
Teen Fiction[TERSEBAR DI GRAMEDIA] Faren: "Kenapa?" Dhafian: "Makasih ya untuk hari ini." Faren: "Maksudnya?" Dhafian : "Maaf, mulai besok, anggap aja kita nggak ada hubungan apa-apa." Jleb. Gimana rasanya diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Cari yang baru ata...