"Faren."
Suara itu membuat pemilik nama dan kedua cowok itu menoleh ke sumber suara. Dhafian dan Garen menatap dua orang itu dengan kekesalannya karena sudah berani merusak mood-nya.
Saat Kahfi hendak mendekati Faren, Dhafian berdiri dari duduknya lalu menghalangi jalan cowok itu.
"Tujuan kalian ke sini mau bicara apa ke Faren?" tanya Dhafian mengintrogasi.
"Bukan urusan lo!" ketusnya, kemudian ia hendak melangkahkan kakinya, tetapi Dhafian lebih dulu mendorong satu bahunya ke belakang.
Dhafian mengangkat satu alisnya, "Lo harus patuhin perintah gue. Kalo lo nggak boleh ngeluarin kata kata yang buat Faren sedih. Lo melanggar itu? Pilihannya cuma dua, rumah sakit atau kuburan," katanya dengan seringaian liciknya.
Kahfi memutar bola matanya, tidak menanggapi dengan serius perkataan Dhafian, "Lo masih pacarnya, belum keluarganya! Jadi jangan sok ngatur hidupnya!"
"Wait, wait!" Kini giliran Garen beranjak dari tempatnya saat Kahfi menenggor bahu Dhafian. Garen menatap sinis ke arah Kahfi sambil merangkul pundak Dhafian, "Dia udah gue anggep sebagai keluarga gue sendiri. Dia adalah adik ipar gue. Jadi lo harus patuhin perintahnya."
"Pengecut banget lo, Dhaf, beraninya 2 lawan 1!"
Mendengar itu, Dhafian dan Garen tertawa keras, lebih tepatnya mengejek, "Widih, gimana nih Bang? Masa sebagai abangnya Faren nggak boleh nganterin adiknya sendiri?" kata Dhafian tertawa jahat.
Garen terkekeh, lalu melepaskan rangkulannya, "Oke deh! Gue pulang aja. Gue titip adik gue ke lo ya!" ujarnya sambil menepuk bahu Dhafian dua kali.
Sebelum Garen benar benar pergi, ia menatap Kahfi dan Dahyun bergantian, "Nikmatin double date kalian ya!" ucapnya sambil tersenyum sinis, lalu ia pergi melangkahkan kakinya keluar kafe.
Dhafian menghembuskan nafasnya sejenak, "Gimana? Udah 1 lawan 1 kan?"
Kedua tangan Kahfi saling mengepal di samping tubuhnya. Sedangkan Dahyun hanya diam saja, berdiri di belakang tubuh Kahfi, berlindung dari tatapan sinis milik Dhafian.
"Sebenernya kalian mau ngomongin apa sih?" tanya Dhafian meletakkan kedua tangannya di depan dada.
"Nggak usah kepo!"
"Jangan jangan kalian mau ngemis maaf ke Faren karena nyesel udah percaya sama orang yang salah," ujar Dhafian dengan tawa jahatnya, bahkan kini dirinya seperti devil yang berwujudkan manusia.
"Atau... Kalian juga mau ngemis ngemis minta temenan lagi sama Faren?" Dhafian menyatukan kedua alisnya, "Kasihan banget hidup kalian."
BUGH!
Satu hantaman telak mengenai sudut bibir Dhafian yang menyebabkan darah segar itu mengalir. Emosi Kahfi sudah tidak bisa dikontrol lagi karena cowok itu terus terusan memancing emosinya.
Dhafian menggunakan punggung tangannya untuk mengusap darahnya dengan kasar, lalu tertawa sejenak sebelum ia membalas pukulan itu mengenai rahang bawah Kahfi.
"Udah udah!" lerai Faren memisahkan keduanya.
Faren menatap Dhafian dengan nyalang, "Jangan main hakim sendiri! Biarin Kahfi ngomong dulu!" sentaknya. Dhafian hanya diam, tetapi tatapannya tidak terlepas dari gerak gerik Kahfi.
"Dhafian! Duduk!" perintah Faren membuat cowok itu terpaksa duduk di bangkunya yang berhadapan dengan bangku Faren.
"Kalian mau ngomong apa ke gue?" tanya Faren tanpa mempersilahkan mereka berdua duduk terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boy
Teen Fiction[TERSEBAR DI GRAMEDIA] Faren: "Kenapa?" Dhafian: "Makasih ya untuk hari ini." Faren: "Maksudnya?" Dhafian : "Maaf, mulai besok, anggap aja kita nggak ada hubungan apa-apa." Jleb. Gimana rasanya diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Cari yang baru ata...