51. Asing

126K 11.2K 2K
                                    

Ceklek!

Pintu terbuka menampilkan sosok perempuan yang keluar dari kamar rawat inap dengan mata yang sayu. Dhafian dan Dahyun langsung tersadar dan berdiri dari duduknya.

"Loh, udah selesai?" tanya Dahyun karena tidak sampai 10 menit Kahfi dan Faren berbicara.

"Gue pulang duluan ya, Yun. Maaf nggak bisa lama lama," ucap Faren kemudian melangkahkan kakinya menjauhi kamar rawat inap itu yang diikuti Dhafian di belakangnya.

"Lo habis ngomongin apa sama Kahfi?" tanya Dhafian yang berusaha mengejar langkah Faren.

"Ya gitu."

"Dia nyakitin hati lo lagi?"

"Kalo gue jawab iya, lo mau mukulin dia lagi?" sentak Faren terpaksa menghentikan langkahnya.

Dhafian menghela nafas beratnya, "Hari ini lo pulang di rumah gue dulu. Ini perintah Abang lo. Nanti dia nyusul."

Faren tidak peduli dengan perkataan Dhafian. Pikirannya sedang kacau saat ini, perbincangannya dengan Kahfi masih terus saja berputar di otaknya, masih tidak menyangka kalau Kahfi akan mengatakan hal itu.

Faren berjalan mendekati bangkar yang ditempati Kahfi, lalu duduk di kursi bekas tempat Dahyun duduk. Ia memandang tubuh Kahfi sampai ujung kepala hingga kakinya. Banyak luka lebam yang terdapat di wajahnya. Apalagi kini Kahfi hanya bisa melirik saja tanpa berani menoleh.

"Lo mau ngomong apa?"

Kahfi meraih salah satu tangan Faren, "Terserah kalo lo mau bilang gue ngemis maaf ke lo. Tapi ini gue ikhlas dari hati gue sendiri. Gue sadar sama perbuatan gue, dan gue juga sadar nggak seharusnya kita berteman."

"Maksud lo?" Faren tidak mengerti apa yang diucapkan Kahfi.

"Sebelum itu, gue mau ngucapin selamat karena salah satu harapan lo terjadi, lo bisa jadian sama Dhafian."

Faren menggeleng dengan cepat, "Gue sama Dhafian nggak jadian."

"Tapi lo tetep bahagia udah deket sama Dhafian kan, Far?" tanya Kahfi dengan lirih.

Faren hanya diam dan tak tau harus menjawab apa. Kahfi juga tau bahwa Faren tidak akan menjawab pertanyaan itu karena cewek itu menjadi cewek polos ketika dihadapkan dengan Dhafian.

"Far, gue bingung sama perasaan gue sendiri. Bahkan sampai saat ini gue masih suka sama lo," kekeh Kahfi sangat klise, "Gue coba untuk bisa suka sama Dahyun, tapi entah kenapa gue selalu keinget sama lo. Gue nggak tau sebenernya pikiran dan perasaan gue ini untuk lo atau Dahyun."

Terjadi keheningan beberapa detik. Kedua mata Faren sudah berkaca kaca. Ia terus memandang Kahfi yang sepertinya ragu untuk mengatakannya atau tidak.

"Gue mohon banget sama lo Far. Gue pengen move on, gue pengen bisa bales kebaikan Dahyun, gue pengen buat Dahyun bahagia. Jadi, tolong, mulai sekarang lo anggap gue sebagai orang asing ya."

Deg!

Air mata itu lolos dari kelopaknya. Faren membulatkan mulutnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Kahfi, "Kita sahabat Kahfi! Masa lo tega mutusin hubungan persahabatan kita?"

"Lo udah punya Dhafian, lo bisa curhat ke dia, lo bisa cerita semuanya ke dia."

Salah satu tangan Faren mengepal kuat. Bagaimana bisa ia menganggap Kahfi sebagai orang asing? Padahal mereka pernah mengukir kenangan bersama, kenangan indah yang hanya dimiliki mereka berdua, kenangan indah yang berkisah tentang persahabatan perempuan dan laki laki.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang