09. Hari Jadi

173K 11.7K 337
                                    

2 tahun yang lalu

Hari Senin. Mungkin kebanyakan murid membenci hari itu. Tapi tidak bagi murid kelas 7 maupun 10, terutama Faren yang sekarang baru menginjak kelas 10. Mempunyai sekolah baru dan teman baru membuat Faren semakin semangat untuk berangkat sekolah.

MOS bukan hal menyebalkan bagi Faren. Dengan memakai kaos kaki warna warni, pita warna pink yang diletakkan di sisi kanan dan kiri pelipis, dan juga buffalo pink berisikan biodata murid yang digantungkan di leher, serta rambut yang digerai tidak membuat penampilan Faren menjadi konyol.

"Faren udah siap berangkat ke sekolah baru Ma!" Setelah Faren memakai kaos kaki dan sepatu, ia menghampiri Febby yang sudah menunggu di dalam mobil.

"Anak Mama hari ini cantik banget," puji Febby memandangi wajah Faren yang hanya dipoles bedak tipis.

"Ayo Ma, berangkat! Faren takut hari pertama telat."

Febby mengangguk lalu melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah. Sesampainya di depan sekolah, Faren menyalimi punggung tangan Febby lalu keluar dari mobil.

Faren berdiri di tengah lapangan sendirian di antara banyaknya murid. Ia kebingungan karena tidak memiliki teman SMP yang juga sekolah di sini. Ia melihat semua teman barunya saling mengobrol.

Karena masih 15 menit bel berbunyi, Faren memutuskan untuk pergi ke toilet. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, matanya sedikit bengkak dan wajahnya tidak kelihatan segar.

Lo harus bisa move on.

"Woy!"

Faren terjingkat benar benar terkejut. Ia mengelus dadanya lalu menatap ke arah cowok yang tadi sudah berani mengagetkannya.

"Bikin kaget aja!" kesal Faren dengan nafas yang memburu.

"Ini toilet cowok neng."

Mata Faren melotot lebar. Ia memandang tempat kencing laki laki dan ternyata ia salah masuk toilet. Faren merapatkan bibirnya, merasa malu.

Tidak mau menatap cowok di hadapannya itu, ia berlari begitu saja meninggalkan toilet. Tetapi, saat ia sudah berada di luar toilet cowok, sebuah tangan menyekalnya.

Jantung Faren berdetak cepat, ia bingung menoleh atau tidak. Karena dirinya masih merasa malu. Dengan memberanikan diri, ia membalikkan badannya dan menatap cowok itu.

"Biodata lo ketinggalan." Cowok itu menyerahkannya ke Faren, tapi saat Faren akan mengambilnya, cowok itu malah menarik kertas itu.

"Kenalin dulu siapa nama lo," katanya.

"Nama gue Farensa Meisie Claretta, di sini gue lagi menjalani MOS sebagai murid baru di sekolah ini. Gue anak kedua dari dua bersaudara. Gue--"

"Cukup. Panjang amat perkenalannya," katanya membuat Faren menyengir.

"Kalo lo?" tanya Faren.

"Panggil aja Dhafian."

"Kayaknya lo juga murid baru ya?" tanya Faren lagi setelah melihat pita di lengan kanan dan kirinya.

Matanya beralih ke bawah menatap sepatu Dhafian dengan jenis model berbeda. Setelah itu Faren tertawa membuat Dhafian kebingungan.

"Kenapa ketawa?" tanyanya dengan kekehan, melihat Faren tertawa membuat dirinya ikut terbawa suasananya.

"Karena lucu."

Dhafian mengikuti arah pandangan Faren, dan dirinya ikut tertawa, "Aneh gitu ya kalo gue pake sepatu beda beda gini. Pengurus OSIS nya sih suruh yang laki pake gini."

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang