52. Bunuh Diri

210K 12.1K 2.1K
                                    

Penilaian Akhir Semester dan classmeeting sudah selesai dilaksanakan, kini tinggal rapotan yang akan dibagikan hari ini, hari di mana mereka harus menyiapkan telinga dan batinnya saat akan mendengar ceramah dari orang tua akibat nilai yang jelek.

Faren dan Febby kembali ke rumah setelah menerima rapot. Faren tidak takut jika nilainya jelek, karena ia sudah yakin dengan dirinya sendiri kalau nilainya pasti bagus bagus. Kalaupun jelek, Febby tidak akan memarahinya.

"Kamu lebih unggul di geografi ya," ujar Febby memperhatikan nilai setiap mata pelajaran.

Faren hanya mengangguk, tidak menoleh ke arah Febby karena ia fokus ke depan melihat siaran televisi yang menampilkan kartun.

Oh ya, selama 2 minggu ini, Faren sudah tidak pernah lagi menjenguk Kahfi di rumah sakit, ia juga sudah memberitahu Dhafian dan keluarganya kalau mereka tidak usah menjenguk Kahfi karena permintaan dari cowok itu sendiri.

"Faren," panggil Febby. Tetapi cewek itu tidak menanggapi lantaran sudah terhanyut dalam kartun tersebut.

Febby beranjak dari tempatnya kemudian berjalan ke arah kamarnya untuk mengambil sesuatu. Beliau membuka laci dan mengeluarkan sebuah album tebal dari sana. Beliau memandangi album itu sejenak, lalu menghembuskan nafas beratnya.

Selamat tinggal

Febby kembali ke ruang keluarga, lalu duduk di samping Faren yang masih fokus ke siaran televisi hingga sesekali ia tertawa.

"Faren," panggil Febby sekali lagi sedikit lebih keras.

"Eh, iya Ma, ada apa?"

"Ini." Febby memberikan album itu di hadapan Faren.

Faren mengerutkan keningnya bingung, "Album?"

"Iya. Isinya foto foto kamu sama Abang waktu kecil."

"Kenapa Mama baru kasih sekarang?"

"Kamu kan nggak minta. Mama juga baru inget hari ini."

Entah kenapa tiba tiba ritme jantung Faren lebih cepat dari biasanya. Ia membolak balikkan album itu, lalu mulai membuka halaman pertama yang langsung menampilkan dirinya dengan Garen sedang bermain ayunan di taman.

Faren langsung menutup album itu, padahal ia belum lihat semua fotonya sampai halaman terakhir. Ia merasa deja vu saat melihat dirinya dan Garen saat kecil.

"Kenapa, Far?" tanya Febby.

"Faren ke kamar ya, Ma." Tanpa menunggu persetujuan Febby, ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Febby yang melihat itu hanya mengulas senyuman kecilnya dan tak terasa sebulir air mata jatuh di pipinya.

Sesampainya di kamar, Faren langsung mengeluarkan ponselnya dari ransel. Ia tidak berani melanjutkan membuka halaman selanjutnya pada album itu, karena ia sudah mulai khawatir tentang sesuatu yang mungkin akan jadi kejutan.

Beberapa hari lalu, Faren dan Dhafian bertukar nomor telefon dan ID LINE. Faren juga sudah tau kalau unknown kedua setelah Papanya yaitu Dhafian. Ia tidak kaget, karena ia sudah menduga dari awal, dan ternyata dugaannya benar.

Faren :
Besok gue ke rumah lo.

Setelah mengirimkan pesan itu lewat LINE, Faren merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk membiarkan otaknya berpikir tentang apa yang baru saja ia lihat.

Ting!

Dhafian :
Mau ngapain? Besok gue ada kumpul bareng sama temen temen basket gue.

Faren :
Mau main. Kalo lo emang ada acara ya gapapa, gue bisa main sama Mama dan Papa lo.

Dhafian :
Serius gapapa gue tinggal? Ntar lo ngambek lagi.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang