41. Cuek

142K 10.9K 1.6K
                                    

Di bangku tempat makan sudah ada Naufan yang duduk di sebelah Keysa, dan Dhafian yang duduk di sebelah kanan Keysa. Faren memilih duduk di sebelah Garen yang juga berhadapan dengan Dhafian.

"Oh, jadi ini anak lo yang pertama?" tanya Naufan yang sedari tadi memperhatikan Garen.

Febby hanya tersenyum malu, begitupun juga dengan Garen. Sudah lama Febby tidak bertatap muka dengan Naufan seperti ini, terakhir kali ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Sedangkan untuk Garen, ini pertemuan pertama kalinya dengan Naufan dan Keysa.

"Maaf Om, kenapa lihatin saya terus ya?" Garen terkekeh dan malu malu karena sedari tadi ia diperhatikan. Sedangkan yang lainnya sedang sibuk memakan makanan yang ada di hadapan mereka.

"Kamu persis banget sama temen Om. Gara gara lihat kamu, Om udah nggak kangen lagi sama dia."

"Oh iya, Om? Emang sekarang beliau ada di mana?" tanya Garen yang penasaran. Padahal, ia sudah melakukan survei ke beberapa laki laki, tetapi tidak ada yang mirip dengannya. Ia juga sudah terlanjur membanggakan dirinya sendiri dengan title, wajahnya tidak pasaran.

"Udah meninggal," jawab Naufan singkat, tetapi memiliki makna kesedihan yang tidak dapat terungkap dengan lisan.

Mood Naufan tiba tiba hilang dan beliau tidak lagi memiliki selera makan. Tapi bagaimana pun juga, mereka yang ada di hadapannya ini adalah tamu, jadi beliau harus menyambutnya dengan baik.

Naufan berdeham sejenak, "Permisi, saya ke toilet sebentar." Setelah itu, ia memundurkan kursinya, lalu berdiri dan berjalan ke arah toilet.

Keysa hendak meraih tangannya untuk mencegahnya, tetapi beliau kalah cepat dengan langkahnya yang besar. Keysa sudah tau gelagat Naufan, jika sudah seperti ini, itu artinya ia sedang melampiaskan amarahnya tanpa ada satu pun orang yang melihatnya, kecuali Keysa.

"Maaf ya. Dia emang kebiasaan kayak gini kalo menyangkut temannya. Apalagi sampe saat ini masih belum diketahui siapa tokoh utama dibalik meninggalnya," kata Keysa sedikit tidak enak.

"Iya Tan, gapapa, santai aja."

"Feb, lo lagi mikirin apa?" tanya Keysa yang sedari tadi memperhatikan Febby melamun.

"Mikirin Danny juga. Kenapa sampe saat ini belum ketemu pelakunya, ya? Padahal udah sebelas tahun."

"Gue yakin kalo pelakunya sengaja pergi keluar kota, kalo nggak gitu keluar negeri."

"Kalo menurut Faren sih ada di sekitaran sini, Te," sahut Faren setelah ia memikirkannya, "Menurut pemikiran Faren nih ya, mereka mantau perkembangannya selama ini, dan terus cari cara agar mereka gak ketangkep. Kalo mereka punya banyak informasi tentang kematian Om Danny, mereka juga punya banyak cara untuk memalsukan bukti bukti jika mereka ketauan."

"Jadi, maksud lo, yang dekat tidak selamanya baik?" Kening Garen jadi berlipat lipat.

"Iya bener!"

Keysa mengangguk anggukan kepalanya paham dengan ucapan Faren. Beliau juga tidak bisa menyalahkan perkataan Faren karena tidak sesuai dengan opininya. Justru dengan seperti ini, wawasan berpikirnya semakin luas.

"Oh iya, tadi Tante mau buatin es teh, eh malah lupa," kata Keysa setelah Naufan kembali ke tempatnya.

"Biar Faren aja Te yang buatin. Faren juga udah selesai makan kok." Tanpa menunggu persetujuan, Faren berdiri dan berjalan ke arah dapur dengan pede, sudah seperti rumah milik sendiri.

Faren mengambil panci sedang yang sudah berisikan air dan ditaruhnya ke kompor, sambil menunggu air mendidih, ia mengambil gelas plastik panjang yang berada di sebelah kulkas, kemudian mengambil bubuk teh untuk dimasukkan ke gelas itu.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang