22. Panggilan

155K 10.7K 714
                                    

2 tahun yang lalu

Pertandingan bola basket antara SMA Antartika dengan SMA Paradise berhasil dimenangkan oleh tim basket SMA Antartika. Mereka berhasil mencetak poin 29-27. Selisih poin di antara kedua SMA itu hanyalah dua. Jika SMA Paradise dapat memasukkan bola dengan shooting, mereka pasti akan melakukan free throw. Tetapi, Tuhan lebih berpijak kepada SMA Antartika untuk membawa piala besar itu.

Tidak sia sia perjuangan dari Dhafian, Adri, Nai, Kevin, Rozy, Tomi, dan Dimas. Mereka bangga dengan dirinya sendiri karena berhasil mengharumkan nama sekolah. Apalagi Dhafian dan keempat teman seangkatannya yang masih menginjak kelas 10 tetapi mereka lebih sering memasukkan bola.

Dhafian menegak botol mineralnya hingga habis. Lalu ia tersenyum dan melambaikan tangannya kepada seorang cewek yang duduk di atas tribun dengan senyum ceria seperti biasanya.

Setelah melakukan briefing bersama coach di tempat peristirahatan, Dhafian segera menghampiri gadis yang ada di tribun karena tidak sabar melihat wajah imutnya.

"Faren!"

Dhafian berteriak memanggil namanya, lalu menghampirinya dengan setengah berlari. Saat akan mau sampai, ia mengangkat kedua tangannya di udara, lalu saling tos bersama dengan Faren.

"Selamat ya!" seru Faren sambil terus melakukan tos berkali kali.

Akhirnya mereka saling berhenti, lalu duduk saling sejajar. Dhafian tidak henti hentinya menatap Faren, membuat gadis itu malu malu.

"Makan yuk, laper nih," ajak Dhafian yang langsung dibalas anggukan oleh Faren.

Mereka berdiri lalu berjalan menuruni tangga kecil yang mengarahkannya untuk keluar dari stadion bola basket. Tidak usah memakai kendaraan agar sampai di restoran yang mereka tuju. Mereka cuma cukup jalan beberapa meter, dan restoran itu sudah ada di depan matanya.

Restoran ini lebih sering dikunjungi oleh perkumpulan remaja karena harga makanannya yang terbilang standart layaknya kantong pelajar.

Di sini juga banyak teman Dhafian maupun Faren yang cuma sekedar nongkrong. Restoran ini biasanya ditempati oleh orang orang yang barusan melihat pertandingan basket, ataupun menunggu pertandingan basket dimulai.

"Woy, Dhaf!" Salah satu temannya menyapa Dhafian. Mereka berdua menghampiri bangku yang ditempati Nai beserta kelima anggota tim basketnya.

"Duduk sini aja, bareng kita. Ajak Faren juga gapapa." Ini Tomi yang berbicara, kakak kelas Dhafian yang menginjak kelas 12.

"Nggak usah deh, gue cari tempat lain aja. Faren entar nggak nyaman sama cowok beringas kayak kalian semua." Dhafian tertawa disusul dengan yang lainnya.

"Iya juga ya," kata Kevin terkekeh, "Yaudah deh, lo langgeng ya sama Faren. Pertahanin cewek imut kayak dia, karena dia spesies langka."

"Okey bro, siap!" Dhafian menunjukkan ibu jarinya, "Gue duluan ya." Dhafian menarik pergelangan tangan Faren, membawanya ke bangku kosong.

"Mau makan apa? Biar gue yang pesenin," tawar Dhafian setelah melihat antrian panjang di tempat memesan makanan.

"Terserah deh." Faren mendaratkan pantatnya di kursi, menaruh sling bagnya di atas meja.

Dhafian mengangguk paham lalu mulai mengantri. Restoran ini selalu ramai, karena letaknya yang strategis. Tapi jangan salah sangka kalau restoran ini kotor karena banyaknya pengunjung, justru pegawainya selalu membersihkan setiap ada salah satu pengunjung yang meninggalkan tempat.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang