42. Alkohol

128K 10.1K 713
                                    

Kedua kakak beradik itu berjalan memasuki sebuah club besar yang terletak di pusat kota. Faren sempat mengerutkan keningnya karena Garen membawanya ke sini. Kalau saja Faren memiliki pergerakan cepat, pasti ia akan ganti baju bagus sejenak sebelum ke sini.

"Dhafian di mana, Bang?" tanya Faren mengikuti Garen dari belakang. Ia sudah tidak peduli karena dijadikan pusat perhatian, terutama pada baby doll biru bergambar pororo yang dipakainya.

"Dhafian-nya mana, Bang?" Faren sedikit berteriak karena mereka mulai memasuki kawasan yang dipenuhi dengan lagu lagu EDM.

"Kailsa," sebut Garen dari mulutnya, kemudian ia berlari mendekati cewek yang sedang setengah sadar duduk di sofa dengan gelas beer yang ada di tangannya.

Sedangkan Faren juga ikut berlari mengikuti Garen dari belakang. Faren terkejut saat melihat Kailsa sedang mabuk. Bagi Garen, melihat cewek itu seperti ini sudah tidak kaget lagi, pasti ada masalah yang menimpa Kailsa.

"Kailsa." Garen menepuk pipi Kailsa berkali kali.

Kailsa menoleh, kemudian tangannya langsung terulur ke depan untuk memeluk Garen dengan isakan tangis yang semakin keras. Melihat Kailsa seperti ini, Garen membalas pelukannya sambil salah satu tangannya menepuk nepuk kepala Kailsa.

"Kailsa, cerita sama Garen, kenapa Kailsa ke sini?" tanya Garen dengan lembut.

"Kailsa gak mau cerita. Semua orang cuma penasaran, mereka nggak bener bener peduli sama Kailsa."

"Kecuali Garen kok. Garen peduli sama Kailsa."

"Garen bohong. Cuma Mama yang peduli."

"Kailsa," panggil Garen sambil menangkup kedua pipi Kailsa, "Seberat dan sebanyak apapun masalah Kailsa, masih banyak orang yang sayang sama Kailsa, termasuk Garen. Jadi, kalau Kailsa ada masalah, nggak usah takut cerita sama Garen ya."

Kailsa mengedipkan matanya berkali kali saat mata biru itu menatapnya, tidak lama kemudian ia mengangguk dengan pelan.

"Sekarang Kailsa kasih tau ya, di mana Dhafian?" tanya Garen lagi.

"Dhafian ada di situ." Kailsa menunjuk ke arah bar yang terdapat 2 cowok, dan ia yakin salah satunya adalah Dhafian.

Tanpa menunggu instruksi, Faren segera berlari menghampiri salah satu cowok yang berada di bar.

"Dhafian," panggil Faren dengan hati hati karena takut salah orang.

Cowok itu menoleh dan mengerutkan keningnya, seakan akan tidak mengenal Faren, "Lo kenal gue?"

Faren mengulas senyum tipisnya, lalu memilih duduk di kursi samping Dhafian. Ia memperhatikan ada 5 botol hijau yang terletak di hadapan Dhafian.

"Lo siapa?" tanya Dhafian dengan mata yang sedikit disipitkan untuk memfokuskan pandangannya.

"Lo kenapa mabuk mabukan di sini sih?" Bukannya menjawab, justru Faren memberi pertanyaan.

"Emang lo siapa tanya tanya?"

Faren menghembuskan nafasnya, menahan kesabaran, "Lo masih tetep nggak bisa ngenalin gue?"

Dhafian menggeleng dengan lemah, lama kelamaan, gelas yang ada di tangannya semakin menurun, dan tidak lama setelah itu, kepalanya menyentuh meja bar.

Bertepatan dengan itu, Garen datang dengan Kailsa yang sudah ada di gendongannya, "Lo bawa Dhafian ke rumahnya pake mobil gue, dan gue bawa Kailsa ke rumahnya pake mobil Kailsa."

Garen melemparkan kunci mobilnya ke arah Faren, untung saja cewek itu dengan sigap langsung menangkapnya.

"Lo kuat kan bawa Dhafian sampai ke parkiran?" tanya Garen.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang