"Good morning, Faren."
Gadis itu tersadar dari lamunannya saat sebuah seruan memasuki gendang telinga. Kahfi duduk di sebelah Faren yang terlihat habis melamun.
"Gue nyariin lo ternyata di sini. Tumben banget jamkos gini ke taman?" Kahfi menyenderkan punggungnya di kursi taman, "Eh bukan tumben sih, ini kan pertama kali lo ke sini."
"Kata siapa? Ini udah kedua kalinya gue kesini," elak Faren.
"Oh ya? Pas kapan?"
"Kepo."
"Btw, lo tadi ngelamunin apa?" tanya Kahfi masih setia dengan posisinya.
"Enggak. Siapa yang ngelamun."
Kahfi mengubah duduknya menjadi tegak. Ia menatap kedua mata Faren dengan mata yang menyipit, merasa ada sesuatu yang aneh.
"Lo habis nangisin siapa?" tanya Kahfi to the point membuat Faren membelalak.
"Apaan? Siapa yang nangis coba?"
"Gue nggak bisa dibodohi ya."
Faren hanya menatapnya sengit, tidak menjawab.
"Pasti gara gara Dhafian lagi ya?"
"Sok tau lo, tikus panggang," cibir Faren kesal, "Bukan dia kok."
"Emang siapa lagi kalau bukan Dhafian?"
Faren menatapnya tidak suka. Ia memang tidak berbohong. Ia menangis bukan karena Dhafian, tapi karena Papanya. Justru jika sedang bersedih ia selalu mengingat senyum Dhafian agar kembali tersenyum.
"Itu lutut lo kenapa?" tanya Kahfi dengan nada yang sedikit tinggi, "Oh gue baru inget, kemarin kan lo jatuh di lapangan gara gara ngejar Dhafian kan? Dan bodohnya Dhafian nggak nolongin lo. Pasti itu yang buat lo nangis sampe mata lo bengkak."
"Kok lo sok tau banget sih," dendam Faren karena Kahfi tidak tau apa apa, dan selalu menyalahkan Dhafian.
"Emang gue bener kok."
Faren tidak menjawab karena malas menanggapi orang yang sok tau. Ia kembali menatap ke depan, kembali melamunkan masa masa dulu saat ia masih bersama Dhafian, bukannya ia merasa sedih karena selalu teringat, justru itu sebagai penyemangat hidupnya.
"Yuk masuk ke kelas," ajak Kahfi membuat Faren kembali tersadar dari lamunannya dan itu membuatnya kesal kuadrat.
"Lo duluan aja," kata Faren berusaha sabar.
"Oke."
⚫⚫⚫
Faren melompat ke kasurnya setelah selesai mandi. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6 lewat. Sambil menikmati dinginnya AC, ia menutup matanya. Hari ini ia bingung akan melakukan apa. Seketika sebuah ide terlintas di pikirannya. Ia segera membuka laptop yang awalnya berada di meja belajar. Badannya ia tengkurapkan lalu mulai menyalakan laptop.
Faren memperbaiki posisinya agar lebih nyaman untuk menonton drama korea. Ia semakin semangat karena hari ini ia akan menghabiskan 2 episode terakhir.
Sebelum drama dimulai, ia meletakkan ponselnya di meja belajar, karena tidak ingin diganggu siapapun.
Sudah 20 menit lewat Faren menikmatinya. Tanpa ia ketahui, sedari tadi ponselnya bergetar menandakan ada telfon masuk maupun pesan masuk.
Tiba tiba saja ia merasa urinnya akan segera keluar, sebelum pergi ke kamar mandi, ia mem-pause vidionya sejenak. Ia keluar kamar mandi dengan perasaan lega. Ia menghampiri ponselnya karena penasaran, apakah ada yang mencarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boy
Teen Fiction[TERSEBAR DI GRAMEDIA] Faren: "Kenapa?" Dhafian: "Makasih ya untuk hari ini." Faren: "Maksudnya?" Dhafian : "Maaf, mulai besok, anggap aja kita nggak ada hubungan apa-apa." Jleb. Gimana rasanya diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Cari yang baru ata...