Part 14

779 55 0
                                    

Justin POV

Aku membuka mataku perlahan dan merasakan sakit di seluruh wajah dan perutku. Lalu kelebatan ingatan tentang kejadian hari ini menyerang otakku.

Aku menoleh dan melihat Bella duduk di sampingku, membeku. Apa yang dia lakukan di sini? Aku menatapnya dingin dan dia tampak sedikit ketakutan lalu menunduk dan memejamkan matanya. Dia benar-benar takut. Takut aku akan melukainya secara fisik, lagi.

Aku termenung. Apa yang sudah merasuki tubuhku tadi siang? Aku tidak pernah menyakiti wanita, tapi aku bahkan berusaha membuat Bella terluka hari ini. Mungkin aku terlau marah karena Kate memutuskanku dan Bella salah satu penyebabnya. Oh aku semakin membencinya sekarang.

Bella mendongak dan membuka matanya perlahan. Aku bangkit dan duduk di atas kasurku. Masih menatap Bella dengan sorot mata yang sama. "apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku kasar.

Bella tampak menelan ludah. "ibumu memintaku datang. Dia cemas lalu menyuruhku melihatmu." jawabnya.

Aku terus menatapnya. Apa yang sebenarnya ingin dia tunjukan? Bahwa dia itu baik, walaupun aku sudah menyakitinya? Dan ingin membuatku merasa bersalah? Tidak akan.

"apa yang mau kau lakukan?" tanyaku masih dengan nada yang sama.

Dia menatapnya bingung lalu aku melirik es dan lap yang ada di samping tempat tidurku. Dia mendesah.

"ibumu memintaku merawatmu. Tapi sepertinya kau bisa melakukannya sendiri," jawabnya, mengangkat bahu.

"apa yang sebenarnya kau inginkan, Bella? Berhentilah berpura-pura baik padaku ataupun ibuku!" bentakku.

Aku membelalakkan mataku. "apa maksudmu?"

Justin mendengus. "kau tidak akan menipuku. Aku tahu kau hanya berpura-pura selama ini. Berpura-pura menjadi gadis baik padahal sebetulnya kau bukan. Kau sama sekali bukan," lanjutku.

Dia menatapku tidak percaya dan dia hampir menangis. "Justin, aku-". Dia tidak menyelesaikan kata-katanya dan langsung keluar dari kamarku, menutup pintu di belakangnya.

Aku berani bertaruh dia menangis sekarang. Aku bahkan bisa mendengar isakannya dibalik pintu kamarku. Aku terdiam di tempat. Aku tidak pernah membuat Bella menangis karena perkataanku. Heck, aku bahkan sangat jarang melihatnya menangis.

Seperti yang kubilang, aku tidak pernah mau menyakiti seorang gadis. Tapi justru gadis pertama yang kusakiti adalah sahabatku sendiri. Tidak, mantan sahabat. Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa begitu tega pada Bella.

Lalu apa yang dikatakan Kate tentang Bella dan ibunya kembali terngiang dalam kepalaku. Apa yang Bella dan ibunya lakukan pada keluargaku. Aku tidak bisa memaafkannya. Dan itu semua membuatku memebencinya sampai ke tulang-tulang.

Keluarganyalah yang telah menghancurkan keluargaku. Dialah penyebabnya.

#Isabella P.O.V#

Aku baru mau membangunkannya saat Justin membuka matanya perlahan. Matilah aku. Aku membeku di tempatku sementara Justin perlahan menyesuaikan matanya dengan sekitarnya. Matanya menatapku dan seketika aliran kebencian memenuhi sorot matanya.

Aku bergidik lalu menunduk dan memejamkan mataku. Mengantisipasi apa yang akan ―atau mungkin― Justin lakukan. Beberapa detik berlalu aku tidak merasakan apa-apa. Well, belum.

Aku membuka mataku sedikit lalu mendongak melihat Justin. Justin menatapku dingin ―kebencian masih menari-nari di sorot matanya―, lalu dia bangkit dan duduk di atas kasurnya.

"apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya kasar.

Aku menelan ludah lalu sekuat tenaga menahan suaraku agar tidak bergetar. "ibumu memintaku datang. Dia cemas lalu menyuruhku melihatmu."

Justin terus menatapku tajam. Aku bersumpah, aku lebih baik mati daripada ditatap Justin seperti itu. Justin sebelumnya tidak pernah menatapku dengan kebencian yang begitu dalam, aku bahkan bisa menghitng dengan jariku berapa kali Justin menatapku marah. Sebenarnya apa yang telah aku lakukan sehingga dia sangat membenciku?.

"apa yang mau kau lakukan?" tanyanya.

Aku menatapnya bingung lalu dia melirik es dan lap yang aku bawa. Aku mendesah.

"ibumu memintaku merawatmu. Tapi sepertinya kau bisa melakukannya sendiri," jawabku, mengangkat bahu.

"apa yang sebenarnya kau inginkan, Bella? Berhentilah berpura-pura baik padaku ataupun ibuku!" bentaknya sedikit.

Aku membelalakkan mataku. "apa maksudmu?"

Justin mendengus. "kau tidak akan menipuku. Aku tahu kau hanya berpura-pura selama ini. Berpura-pura menjadi gadis baik padahal sebetulnya kau bukan. Kau sama sekali bukan," katanya.

Entah bagaimna nada suaranya membuat kata-kata tadi menusuk jantungku.

Aku menatapnya tidak percaya. Dia bilang aku apa?. "Justin, aku-".

Aku tidak mampu menyelasikan kata-kataku karena aku langsung bangkit dan berlari keluar dari kamarnya sebelum air mataku menetes. Begitu ada di luar, air mataku turun ke pipiku tanpa bisa kutahan. Aku merosot di tembok dan terisak di sana.

Justin berpikir aku begitu?. Aku tidak pernah berpura-pura baik dihadapannya ataupun ibunya. Mendengarnya mengatakan itu langsung membuatku kehabisan napas. Rasanya jutaan kali lebih menyakitkan daripada seharusnya. Aku terus terisak di sana sambil memeluk lututku.

The ObstaclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang