Aku membeku ketika melihat siapa yang sedang melangkah ke studio yang sama dengan kami, dari arah berlawanan.
Itu Justin dan-tentu saja- Kathrina. Mereka bergandengan tangan dan Kathrina memeluk lengan Justin erat.
"itu Justin, bukan?" bisik Ryan.
Aku memutar bola mataku. "memangnya siapa lagi yang akan bergandengan tangan dan bermesraan dengan nenek sihir macam itu?" jawabku.
Chaz dan Ryan tertawa lalu mereka berdua mencoba menghiburku. Chaz merangkul pundakku sementara Ryan mengelus-elus punggungku lembut.
"oh, ayolah, teman-teman, jangan bersikap begini. Kalian membuatku terlihat menyedihkan." erangku dan mereka kembali tertawa.
Pandanganku bertemu dengan Kathrina. Dia tersenyum licik lalu langsung menarik wajah Justin dan mengecup bibirnya. Oh Tuhan aku berani bersumpah, mataku terasa agak berair. Chaz dan Ryan lagi-lagi melakukan hal yang sama seperti tadi. Sial perlakuan mereka membuatku merasa lebih buruk.
"sebaiknya kita segera masuk, teman-teman. Aku akan mati perlahan-lahan jika terus di sini." ujarku dan masuk ke dalam bioskop.
Kami duduk di deretan tengah. Bagus, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat sampai-sampai kau harus mendongak.
Aku duduk di antara Chaz dan Ryan. Lalu tak lama, Justin dan Kathrina masuk ke gedung yang sama dengan kami. Kathrina berpura-pura terkejut saat bertemu kami. Aku bersumpah dia tidak akan bisa jadi pemain film.
"hey guys, aku tidak tahu kalian ingin pergi nonton?" sapa Justin -tentu saja tidak padaku.
Justin melakukan tos ala anak laki-laki dengan Chaz dan Ryan dan dia melewatiku. Ya, benar. Dia melewatiku seakan-akan aku tidak ada di sana. Padahal aku ada diantara Chaz dan Ryan. Dadaku terasa sesak karena amarah, tapi kutahan. Aku tidak mau mau menerjang Justin dan mencekiknya di depan umum.
Setelah berbasa-basa sedikit -dan aku hanya diam-, Justin dan Kathrina kembali melangkah ke bangku di bagian atas. Dimananya entahlah aku tidak memperhatikan. Memangnya aku peduli?. Well, yeah, aku mungkin peduli. Tapi hanya sedikit. Aku peduli pada Justin. Tiba-tiba Kathrina melewati bangku kami dan terus menuju pintu. Mungkin ke kamar mandi membetulkan dandanannya yang kelewat berlebihan.
Well, Kathrina sejujurnya cantik. Dia sangat cantik. Hanya saja dia menggunakan riasan yang terlalu menor untuk ukuran anak SMP. Aku yakin jika dia mempertipis riasannya, dia aka luar biasa mengagumkan.
"masih sepuluh menit lagi sebelum filmnya dimulai, kau mau sesuatu, Bella?" tanya Ryan.
"yes, popcorn caramel dan pepsi, please?" jawabku tersenyum semanis mungkin.
Chaz memutar bola matanya sementara Ryan mengacak-acak poniku.
"baiklah Nona, kami akan pergi mengambilkan pesananmu," kata Chaz dan menunduk layaknya pelayan.
Aku mengangguk dan tersenyum pada mereka. Ah hari ini benar-benar surga. Well, kecuali insiden bertemu dengan Justin, hari ini pasti sangat menyenangkan karena aku ditraktir oleh dua bocah itu. Aku terkekeh dan mengambil jaket Chaz yang dia tinggalkan di sandaran kursinya. Saat berbalik, tanpa sengaja pandanganku bertemu dengan Justin. Dia duduk satu deret denganku dan tidak terlalu jauh di belakang. Tadinya tatapannya datar dan baik-baik saja. Lalu tiba-tiba tatapannya menjadi penuh kebencian saat dia menatap mataku. Aku segera berbalik dan mengenakan jaket Chaz. Apa yang salah dengannya?.
Tak berapa lama, Chaz dan Ryan kembali lalu menyusul Kathrina beberapa menit kemudian. Mereka duduk di tempat masih-masing dan meyerahkan minumku.
"Chaz, aku pinjam jaketmu, ya?" kataku.
"untuk apa? Bella, kau sudah pakai sweater." sahut Chaz.
Aku mengangkat bahu dan menunjukkan tanganku yang tertutupi lengan jaketnya. "tapi jariku tidak." jawabku.
Chaz memutar bola matanya. "terserah apa maumu, Isabella Parker" gerutu Chaz sedangkan aku hanya terkekeh.
Untungnya film yang kami tonton adalah film komedi. Jadi aku bisa melupakan tatapan menyakitkan Justin tadi dan, aku beserta Chaz dan Ryan bisa mengobrol tanpa perlu dipelototi penonton lain karena suasana bioskop berisik oleh tawa.
Sepanjang film, aku, Chaz dan Ryan kebanyakan melontarkan lelucon tentang film yang kami tonton. Dan kami tidak bisa berhenti tertawa selama film berlangsung. Kami bahkan terkikik geli walaupun filmnya sedang tidak lucu.
#Justin P.O.V#
Aku menjemput Kathrina di rumahnya. Kami janjian untuk pergi ke bioskop hari ini. Ada film yang baru yang sangat ingin kutonton. Well, sebenarnya aku ingin mengajak Chaz dan Ryan, tetapi ternyata mereka sudah ada janji.
Aku dan Kathrina langsung pergi ke bioskop setelah dia selesai berdandan. Setelah membeli tiket, aku dan Kathrina bermaksud langsung masuk ke studio dimana film ini diputar. Saat sedang berjalan menuju pintu masuk, Kathrina tiba-tiba menarik wajahku dan mengecup bibirku pelan. Wow, aku tidak menyangka itu. Aku tersenyum lalu mencium pipinya.
Saat sedang mencari-cari bangku kami, aku melihat Chaz, Ryan serta Bella. Oh jadi mereka lebih memilih Bella dibandingkan aku?.
"hey guys, aku tidak tahu kalian ingin pergi nonton?" sapaku hanya pada Chaz dan Ryan.
Aku berbincang-bincang dengan mereka -tanpa melirik sedikitpun pada Bella- lalu bersama Kathrina pergi ke bangku kami.
Kathrina bangkit dan bilang dia ingin pergi ke kamar mandi jadi dia meninggalkanku. Tak lama aku tanpa sengaja memandang ke arah Bella duduk. Chaz dan Ryan tidak bersamanya entah kemana. Dia berbalik dan tatapan kami bertemu. Dan tiba-tiba saja kebencianku menyeruak. Apa yang dikatakan Kathrina beberapa minggu lalu, membuatku membenci Bella, sangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Obstacles
Fiksyen PeminatIsabella Parker and Justin Bieber were supposed to be best friends. Tetapi persahabatan retak ketika perasaan cinta mulai tumbuh tanpa bisa dikendalikan. ◦Isabella Jane Parker as Lucy Hale ◦Justin Bieber as Himself