Justin POV
Aku masuk ke dalam kelas aljabar dan melihat Kate duduk di belakang Taylor. Seketika cubitan rasa sakit di hatiku muncul dan aku hanya bisa menatap Kate ―walaupun Kate bahkan sama sekali tidak melihatku.
Aku langsung melangkah ke tempat dudukku yang biasa. Di belakang. Aku punya firasat hari ini akan jadi hari yang berat dan sepi.
***
Benar saja. Aku tidak bicara pada satu orang pun. Tak seorangpun, hingga periode ke tujuh. Miris karena aku melihat Bella selalu dikelilingi setidaknya satu dari temannya. Entah itu Anabelle, Haylie, Taylor bahkan Chaz ataupun Ryan. Kate juga tampak sibuk mengikuti kemanapun Taylor pergi. Ergh aku jadi sebal pada Kate. Maksudku, kami baru satu hari berpisah dan dia langsung mendekati Taylor seperti itu. Menggelikan.
Aku keluar dari kelas terakhirku dengan menenteng buku-buku dari dua pelajaran sebelumnya dan melangkah ke lokerku, sendirian. Ini benar-benar menyebalkan. Sepertinya Kate membuatku terisolasi dari dunia. Well, sebelumnya aku merasa dialah duniaku. Dan begitu dia pergi, duniaku benar-benar hampa.
Aku memasukkan buku-bukuku ke dalam loker dan mengeluarkan tasku lalu menggantungnya di pundak. Setidaknya hari ini sudah berakhir. Semoga tidak menjadi lebih buruk.
Aku menutup pintu lokerku, menguncinya lalu melangkah ke pintu depan.
"Justin!"
Aku berbalik dan melihat Chaz dan Ryan sedang berjalan menghampiriku. Setidaknya mereka masih ingat punya teman bernama Justin.
"hey guys, what's up?" sapaku.
Mereka sepertinya sedikit kaget melihat memar-memar di wajahku, tapi memutuskan tidak mempermasalahkannya. "well, ada yang ingin kami bicarakan denganmu," kata Chaz.
Aku mengerutkan kening. "benarkah? Apa?"
"kau putus dengan Kate?" tanya Ryan.
Aku mendesah dan mengangguk. Aku sempat melihat sirat bahagia dalam mata mereka.
"im sorry, bro," kata Chaz.
Aku memutar bola mataku. "oh ayolah, aku tahu kalian senang aku terlepas dari gadis yang kalian bilang 'nenek sihir' itu," kataku.
Mereka bertukar pandangan lalu tertawa. "benar. Haha, bagaimana kau tahu? Aku senang kau bebas darinya Justin. No offence but i am," kata Ryan.
Aku tertawa bersama mereka. Well, sejujurnya, aku merasa ―mungkin― senang bisa lepas dari Kate. Aku tahu aku berubah menjadi menyebalkan sejak berkencan dengannya. Tapi aku bisa apa? Aku mencintainya. Dulu.
"well, aku dengar, kau bertengkar dengan Bella?" ujar Chaz.
Tawaku lenyap seketika. Mereka tidak tahu? Maksudku, Bella tidak memberitahu mereka?. Mereka sangat protektif pada Bella. Kupikir Bella akan menceritakan semuanya pada mereka dan membuat mereka benci setengah mati padaku.
Aku menatap mereka. "ya. Memangnya Bella tidak cerita pada kalian?" tanyaku.
Mereka menggeleng. "Taylor dan Bella sempat ―dan sangat sedikit― mendiskusikan masalah ini. Dan Bella seperti selalu melotot pada Taylor jika dia mulai bicara. Seolah-olah dia tidak ingin kami tahu." kata Chaz, mengangkat bahu.
"aku putus dengan Kate kemarin, di depan lokernya. Dia bilang, Bella-lah salah satu alasan kami putus. Dan aku melihat Bella menguping pertengkaran kami," aku menarik napas, "dan aku menjadi luar biasa marah padanya sehingga aku mendorongnya ke salah satu loker dan dia tersungkur jatuh, lalu mulai mengatainya macam-macam" jelasku.
Seketika sorot mata Chaz dan Ryan berubah kelam. "kau apa?" bentak Ryan.
Aku mengernyit. "apa masalahmu?" balasku sinis.
"kau! Kau masalahku! Apa yang salah denganmu, Justin? Bisa-bisanya kau menyakiti Bella? Secara fisik dan mental sekaligus? Kau sudah kehilangan akal sehatmu!" kata Ryan.
Aku mengepalkan tinjuku. "ini bukan urusanmu, Ryan! Ataupun kau Chaz! Memangnya kenapa jika aku menyakitinya secara fisik? Kalian juga tidak tahu kan apa yang sudah dia lakukan pada keluargaku?!" aku berteriak lebih kencang dari Ryan.
"oh ya? Memangnya apa yang sudah dilakukan Bella?!" kali ini Chaz yang naik pitam.
Sudah kubilang, kan? Mereka ini terlalu protektif pada Bella.
"dia menghancurkan keluargaku! Dia dan ibunya yang menghancurkan pernikahan ayah dan ibuku! Apa kalian tahu betapa menderitanya aku saat orang tuaku bercerai?! Dan itu ternyata karena keluarga gadis itu!!" aku sudah tidak bisa menahan emosiku.
"siapa yang memberitahumu?! Kate?!" kata Ryan lagi, aku diam, "dan kau tidak pernah menanyakan hal ini pada Bella?! Atau ibumu?!" lagi-lagi aku tidak menjawab.
Ryan mendengus. "cih, aku tidak percaya kau mempercayai kata-kata gadis gila itu dibandingkan persahabatanmu dengan Bella!". Ryan berbalik dan pergi.
"aku minta maaf Justin, tapi aku juga tidak habis pikir denganmu. Kau percaya pada Kate yang baru kau kenal sejak SMP dibandingkan dengan Bella yang selalu menamanimu seumur hidupmu," dan dengan itu, Chaz pergi menyusul Ryan dan meninggalkanku sendiri.
Aku memukul loker terdekat di sebelahku. Shit, what the hell is going on?!
Aku melangkah ke parkiran dan langsung masuk ke dalam mobilku. Aku memukul roda kemudi sebelum akhirnya menyalakan mobilku dan menjalankannya ke arah rumahku.
Sepanjang perjalanan pulang. Pertengkaranku dengan Chaz dan Ryan terus terulang dalam kepalaku. Dan aku benar-benar mengutuk Bella ke neraka paling panas. Dia yang membuatku bertengkar dengan mereka.
Aku memarikir mobilku di halaman dan melihat mobil Jane―ibu Bella― terparkir di halaman rumahku. Seketika kemarahanku pada Bella dan ibunya memuncak. Aku langsung turun dari mobilku dan masuk ke dalam, mendengar suara tawa Bella, ibunya serta ibuku dari ruang tamu. Aku masuk ke ruang tamu.
"apa yang kalian lakukan di sini?!" bentakku pada Bella dan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Obstacles
FanfictionIsabella Parker and Justin Bieber were supposed to be best friends. Tetapi persahabatan retak ketika perasaan cinta mulai tumbuh tanpa bisa dikendalikan. ◦Isabella Jane Parker as Lucy Hale ◦Justin Bieber as Himself