Part 19

848 52 0
                                    

Isabella POV

Aku terpana menatap Taylor sambil memproses apa yang baru dia katakan padaku.

"ya. Aku menyukaimu, sejak pertama melihatmu," dia menggenggam tanganku, "well, ini mungkin terdengar murahan tapi sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama," katanya.

Aku mengedip beberapa kali, masih terlalu kaget untuk berkata-kata. Taylor mengelus-elus tanganku yang sedang di genggamnya.

"Bella? Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Aku menutup mataku sesaat lalu menatap Taylor lekat-lekat. "aku baik-baik saja."

"lalu?" tanya Taylor mengangkat sebelah alisnya.

Aku berdehem. "Taylor, aku menghargai perasaanmu. Sejujurnya, aku juga menyukaimu tapi sama seperti aku menyukai Chaz ataupun Ryan," kataku.

Taylor menatapku. Sorot matanya mencerminkan rasa kaget, kecewa dan sedih. Aku meringis dan gantian aku yang menggenggam tangannya. "jangan sedih. Aku... hanya saja aku jatuh cinta pada Justin," akuku.

Taylor mengerutkan keningnya lalu mengangguk. "tentu saja. Itu sebabnya kau selalu memaafkannya walaupun dia menyakitimu."

Aku mengangguk. Dan Taylor tersenyum. "tidak apa Bella."

Aku menatapnya sedih. "Taylor, aku hanya belum bisa," kataku.

Taylor kembali tersenyum dan mengelus pipiku. "aku tahu, aku mengerti. Tapi, kau tahu, aku tidak akan menyerah. Aku akan membuatmu mencintaiku, Bella," katanya.

Aku mengangguk, menyetujuinya. Apa lagi yang bisa kulakukan? Aku memang mencintai Justin, tapi dia sudah menyakitiku dan aku sudah lelah dengan dirinya. Aku akan berusaha melupakannya. Mungkin Taylor bisa membantuku.

Aku tahu, ini kedengaran kejam dan menjijikan, menjadikan Taylor pelarian agar aku bisa melupakan Justin. Tapi mungkin ini satu-satunya cara mengenyahkan Justin dari pikiranku.

Taylor tersenyum senyumnya yang paling kusuka. Astaga, anak ini benar-benar menawan. Kenapa aku tidak langsung mencintainya saja?. Aku mendesah lalu membalas senyumnya.

***

"alright, see you on monday, Bella," kata Taylor dari dalam mobilnya.

"see you Tay," jawabku dan melambai padanya sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan rumahku.

Well, aku sangat-sangat bersyukur Taylor adalah orang yang menyenangkan. Karena aku takut setelah dia menyatakan perasaanya padaku, pertemanan kami akan canggung dan tidak seperti dulu. Untunglah, yang terjadi justru kebalikannya, kami semakin akrab―walapun dia sedikit menggodaku.

Aku masuk ke dalam rumah dan menggantungkan jaket di samping pintu.

"mom aku sudah pulang!" kataku dan langsung melangkah masuk.

Aku terhenti saat melihat Justin sedang duduk di ruang tamu sedang duduk bersama ibuku. Pipinya sembap dan matanya merah.

"apa yang kau lakukan di sini?!" bentakku tanpa bisa kutahan.

Justin langsung berdiri. "Bella, tolong dengarkan aku, ak-"

"cukup, Justin! Kau belum puas dengan kejadian semalam? Kau kesini untuk menyakiti ibuku lebih parah?!" potongku.

Justin menggeleng dan satu tetes air mata turun ke pipinya.

Shit, aku sangat ingin memeluknya sekarang dan menghapus air matanya.

"Bella, aku minta maaf. Aku tidak berfikir sebelum bertindak. Kate mengatakan itu semua dan aku langsung percaya begitu saja," lirihnya.

"Kate? Kate?! Kau mendengarkannya daripada ibuku ataupun aku?! Keluar, Justin! Sekarang!!" teriakku.

Justin terkesiap lalu menatapku nanar. Kesedihan terlihat jelas di matanya dan air mata menetes semakin deras dari matanya. Dia mengelap bekas-bekas air mata lalu langsung keluar dari rumahku.

Begitu Justin pergi aku terduduk di lantai dan menangis tersedu-sedu di sana. Ibuku datang dan memelukku.

"sshh sayang, its okay," kata ibuku.

Aku memeluk ibuku dan menangis dalam pelukannya. Hanya menangis sementara ibuku mengusap-usap rambutku.

"ini sulit, mom. Aku sejujurnya tidak mau memperlakukannya seperti itu. Dia tetap Justin," isakku.

"kalau begitu, jangan lakukan, Bella."

Aku menggeleng. "tidak. Dia sudah menyakiti mom-".

"bukan, mom. Tapi kau. Dia tidak menyakiti mom, Bella. Dia menyakitimu," kata ibuku.

Aku terdiam. Apa benar aku merasa begitu?

#Justin P.O.V#

Finally, today is monday! Aku tahu, aku tahu kebanyakan orang membenci hari senin. Tapi dengan apa yang terjadi padaku sejak dua hari yang lalu membuatku ingin masuk sekolah dan membuat pikiranku sibuk.

Aku sudah memikirkan ini seharian kemarin. Kate yang memberitahuku tentang Jane ―yang dengan tololnya langsung kupercayai. Maksudku, aku tahu dia memang tidak menyukai Bella, tapi tak kusangka dia akan melakukan hal menggelikan seperti itu. Aku akan bicara padanya hari ini.

Aku menutup lokerku setelah mengeluarkan buku-buku untuk periode pertama dan kedua. Aku melihat Chaz dan Ryan lalu langsung mengejar mereka.

"guys, tunggu!" panggilku.

Mereka berbalik dan menatapku malas.

"aku minta maaf atas kejadian jumat kemarin. Aku menyesal," kataku.

Mereka bertukar pandangan lalu tersenyum padaku. "its okay Justin," kata Chaz tersenyum.

Aku balas tersenyum lalu menceritakan kejadian antara aku, Bella dan Jane pada mereka. Yah, tidak semua sih tapi cukup untuk membuat mereka mengerti.

"jadi kau mau bicara pada Kate?" tanya Ryan.

Aku mengangguk. "aku harus. Akan kutanya mengapa dia melakukan itu," jawabku.

Saat itulah aku melihat Kate sedang berjalan sendiri. Seketika kemarahan merasuki tubuhku dan aku mengepalkan tanganku sambil menghampiri Kate.

Chaz dan Ryan sepertinya menyadari kemarahanku sehingga mereka menyusulku. Takut aku akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

The ObstaclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang