Part 25

847 58 0
                                    

Isabella POV

Aku meronta-ronta sementara Justin menarik tasku dan membuatku berjalan kebelakang. Aku berkali-kali memerintahnya untuk melepaskanku dan dia tidak menjawab, hanya terkekeh dan terus menyeretku.

Kami sampai di depan mobilnya dan dia membukakan pintu penumpang untukku. Aku melihat Ana dan Haylie sudah duduk di belakang. Mengalihkan pandangan pura-pura tidak melihatku saat aku menatap mereka.

Aku menyilangkan tanganku di dada. "tidak. Aku tidak mau masuk ke dalam," kataku.

Justin tetap tersenyum dan mengedikkan bahunya menyuruhku masuk. Aku menggeleng kuat-kuat.

"Bella, kita bisa melakukan ini dengan cara yang mudah, atau kau mau cara yang sulit?" katanya.

"cara mana saja tidak penting. Karna toh aku tetap tidak akan masuk ke dalam," kataku.

Justin mendesah frustasi. "baiklah, cara sulit kalau begitu," gumamnya dan melangkah mendekatiku.

"k-kau mau apa?" tanyaku.

Justin diam saja dan terus melangkah mendekat padaku. Terlalu dekat. Dia sudah ada di depanku sekarang. Jarak wajah kami hanya tinggal beberapa inchi dan aku bisa merasakan nafas beraroma mintnya yang segar menerpa wajahku.

"kau bisa mendengarku kan, Bella?" katanya pelan.

Aku menahan napas lalu mengangguk.

"nah, kau tidak mau aku memaksamu masuk ke dalam dan melakukan hal-hal buruk, kan?" lanjutnya.

Aku menggeleng tanpa bisa bernapas.

"jadi, Isabella, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?" bisiknya di hadapanku.

Aku mengangguk pelan. Sial. Aku gemetar sekarang menyadari Justin berada terlalu dekat denganku.

Justin tersenyum separo lalu menyisipkan beberapa helai rambut ke belakang telingaku.

"bisakah kau masuk ke dalam mobilku? Jadi kita bisa pulang?" bisiknya dan sekarang di telingaku.

Aku mengangguk pelan sambil mendesah. Menyadari aku sudah kalah. Justin terkekeh kecil lalu menjauh dariku.

"baiklah! Masuk, Bella," perintahnya dengan senyum mengembang.

Aku mendengus dan masuk ke dalam kursi penumpang melihat Ana dan Haylie terperangah melihat apa yang Justin lakukan tadi.

Justin berlari kecil mengitari mobilnya dan meluncur masuk ke kursi kemudi di sebelahku dan menyalakan mesin.

"ap-apa kalian berciuman?" tanya Haylie tidak percaya.

"mungkin. Ya kan, Bella?" jawabnya mengerling padaku.

Aku mendengus. "tidak. Kami tidak berciuman," jawabku ketus.

Justin tertawa lalu mulai menjalankan mobilnya keluar dari lapangan parkir sekolah. "well, hampir kalau begitu," ujarnya dan aku memutar bola mataku.

#Justin P.O.V#

Aku sedang, well, secara harfiah menyeret Bella ke arah mobilku. Dia meronta-ronta dan berteriak memintaku untuk melepaskannya. Aku hanya tertawa.

Kami sampai di depan mobilku dan aku membukakan pintu penumpang untuknya. Bella menyilangkan kedua tangannya di dada.

"tidak. Aku tidak mau masuk ke dalam," katanya.

Aku tersenyum dan mengedikkan kepalaku ke mobilku dan Bella menggeleng kuat-kuat.

"Bella, kita bisa melakukan ini dengan cara yang mudah, atau kau mau cara yang sulit?" tanyaku.

Aku sudah mulai malas di sini dan ingin cepat-cepat pergi. Kenapa sih Bella tidak langsung masuk ke dalam mobilku saja?.

"cara mana saja tidak penting. Karna toh aku tetap tidak akan masuk ke dalam," katanya keras kepala.

Aku mendesah frustasi. "baiklah, cara sulit kalau begitu," gumamku dan melangkah mendekatinya.

"k-kau mau apa?" tanyanya.

Aku tidak menjawab pertanyaannya dan terus melangkah mendekat padanya. Sangat dekat. Aku berdiri di hadapannya dan wajah kami hanya tinggal beberapa inchi. Aku bisa merasakan nafas Bella mengenai wajahku lembut. Tiba-tiba jantungku mulai berdegup tidak karuan. Sial, apa yang terjadi? Mengapa aku jadi gugup begini?

"kau bisa mendengarku kan, Bella?" kataku pelan. Berusaha menenangkan jantungku yang liar. Apa Bella bisa mendengar degupannya yang tidak normal ini?

Bella mengangguk dan menahan nafasnya.

"nah, kau tidak mau aku memaksamu masuk ke dalam dan melakukan hal-hal buruk, kan?" lanjutku. Sial kau jantung yang tidak dapat dikendalikan. Rutukku dalam hati.

Bella menggeleng.

"jadi, Isabella, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?" bisikku di hadapannya.

Aku benar-benar putus asa sekarang. Jika Bella tetap tidak mau menuruti apa kataku aku akan berlutut dan memohon. Dan jantungku yang menyebalkan pun tidak membantu. Tanganku mulai berkeringat sekarang.

Bella akhirnya mengangguk dan aku merasakan bahwa aku sudah menang. Aku tersenyum separo lalu tanpa kusadari, menyisipkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya.

"bisakah kau masuk ke dalam mobilku? Jadi kita bisa pulang?" bisikku dan sekarang di telinganya.

Bella mengangguk pelan sambil mendesah dan aku nyaris ikut mendesah lega karenanya. Aku terkekeh dan segera menjauh darinya. Takut jika lebih lama sedekat itu dengan Bella aku bisa melakukan hal-hal gila.

"baiklah! Masuk, Bella," kataku. Senyum mengambang di sudut-sudut bibirku.

Sekarang tinggal aku dan Bella yang ada di dalam mobil. Aku sudah mengantar Haylie dan Anabelle ke rumahnya dan aku masih belum ingin mengantar Bella pulang ke rumahnya.

Aku memikirkan berjuta alasan agar aku bisa menahannya bersamaku dan terlintas satu tempat yang sempurna.

"Bella, aku ingin mampir ke suatu tempat. Kau tidak keberatan?" tanyaku.

Bella mendesah. "kau turunkan saja aku di halte terdekat. Aku akan naik bus," jawabnya.

Aku menggeleng kuat-kuat. "tidak. Aku bilang akan mengantarmu sampai rumah. Aku tidak akan lama. Kumohon?".

Bella mendesah lagi lalu mengangguk. Aku tersenyum dan mengarahkan mobilku ke tempat tujuanku.

"kenapa kita ke sini?" tanya Bella kaget saat kami sampai di tempat itu.

The ObstaclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang