Part 18

826 54 0
                                    

#Isabella P.O.V#

Aku bangun dan mendapati aku ada di dalam kamar ibuku. Aku ingat semalam aku tidur dengan ibuku. Sepulang dari rumah Justin aku tidak bisa berhenti menangis. Justin benar-benar sudah menyakiti hatiku. Aku tidak akan memaafkannya kali ini dan aku mebencinya sekarang.

Aku bangkit dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi dan bercermin. Crap, i look like a mess. Mataku merah dan pipiku sembap. Untungnya mataku tidak bengkak. Aku mencuci muka dan menyikat gigi lalu turun ke bawah. Karena hari ini sabtu, aku libur sekolah. Lagipula aku yakin aku tidak akan masuk sekolah dengan keadaan seperti ini. Aku duduk di meja makan dan melihat ibuku mondar-mandir di dapur membuat sarapan. Sepertinya waffle.

Setelah matang, ibuku meletakkan piring berisi waffle dengan saus coklat di depanku beserta jus jeruk. Aku tersenyum padanya dan menggumamkan terima kasih lalu kami makan dalam diam.

"Bella, masalah Justin-"

"aku tidak ingin membicarakannya, mom" potongku.

Ibuku mendesah dan meletakkan garpunya. "kita harus Bella. Pattie sahabat mom. Dan Justin sahabatmu," kata ibuku.

"dulu," gumamku.

"Isabella!" tegur ibuku.

Aku mendesah dan ikut melatakkan garpuku. "baiklah. Apa yang ingin mom bicarakan?" tanyaku.

"apakah kau membenci Justin?" tanya ibuku hati-hati.

Aku mengangguk. "sangat."

"Bella, Justin tidak bermaksud-"

"dia melakukannya dengan sadar, mom. Dan aku tidak bisa mentolerir perkataannya pada mom," potongku lagi.

"Bella dia terluka karena perceraian orang tuanya dulu. Dia mungkin saja berpikir seperti itu."

"aku juga terluka, mom. Tapi aku tidak akan datang ke rumah Pattie dan mengatainya macam-macam. Mom, ayolah kenapa mom harus begitu baik pada Justin?" kataku kesal.

Ibuku mengelus tanganku yang ada di atas meja. "karena mom mengerti perasaan Justin, Bella. Mom tidak akan menyalahkannya ataupun marah padanya," kata ibuku.

Aku mendesah. "terserah. Tapi aku tidak akan memaafkannya. Tidak sekarang, mom" jawabku.

Ibuku tersenyum lalu mengangguk.

***

Tadi, Taylor mengirimiku pesan. Dia mengajakku makan siang di restoran dekat rumahnya dan dia bilang ada yang ingin dia katakan padaku.

Aku mengikat tali sepatuku lalu mengecup pipi ibuku dan keluar dari rumah. Aku langsung masuk ke mobil Taylor dan kami langsung pergi dari sana.

"apa yang ingin kau katakan, Taylor?" tanyaku sambil mengaduk-aduk pepsi di hadapanku.

Taylor terkesiap sebentar lalu mulai mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru sambil mengusap-usap tengkuknya. Dia gugup?

"well, begini Bella, aku sudah merasakan ini sejak pertama kali melihatmu," dia mengambil nafas, "aku menyukaimu, Bella," akunya.

#Justin P.O.V#

Aku bangun dan merasakan sakit kepala hebat menyerang kepalaku. Aku mengerang sedikit dan mengedarkan padangan ke sekitarku. Aku ada di ruang tamu. Di lantai, dan pipiku terasa lengket oleh sisa-sisa air mata.

Aku terdiam dan mengingat kejadian tadi malam. Bagaimana aku membentak Jane dan mom menceritakan masa lalunya padaku. Jane bercerai karena mom. Dan apa yang sudah kulakukan kepada Bella selama ini. Bulir-bulir air mata kembali menggenang di sudut-sudut mataku dan aku membiarkan satu tetes jatuh ke pipiku.

Ibuku tiba-tiba turun dari tangga dan langsung melangkah ke dapur tanpa menatapku. Ibuku pasti sangat marah dan kecewa padaku. Aku bangkit dan menyusul ibuku.

"mom," panggilku.

Ibuku tidak berbalik. Dia melanjutkan pekerjaannya menyiapkan sarapan. Ibuku tidak akan bicara padaku lagi.

"mom, aku minta maaf. Aku... aku tidak tahu dan aku hanya terlalu kesal. Aku bahkan tidak memikirkan apa yang aku katakan. Aku, aku tahu aku salah dan aku bahkan marah pada diriku sendiri. Kumohon mom, maafkan aku. Tolong, bicaralah padaku. Kumohon," isakku tanpa bisa kutahan.

Aku menundukkan kepalaku dan lagi-lagi terisak. Lalu aku merasakan ibuku memelukku dan menenangkanku sambil mengelus-elus punggungku.

"its okay, honey. Bukan mom yang harus kau mintai maaf. Tapi Jane dan Bella," bisik ibuku.

Aku mengangguk dan terus menangis dalam pelukannya.

***

Hari ini aku akan pergi ke rumah Bella dan meminta maaf. Well, aku tahu mereka mungkin tidak akan mau melihat wajahku lagi. Tapi aku harus mencoba. Atau aku akan mati karena rasa bersalah.

Aku memeluk ibuku. "good luck, Justin," bisik ibuku. Aku mengangguk lalu mencium pipinya dan melangkah keluar.

Aku menarik nafas dalam-dalam lalu memencet bel. Aku sudah ada di depan rumah Bella dan yang bisa kulakukan sekarang hanya berharap Bella atau Jane tidak menyiramku dengan air panas begitu melihatku.

Pintu di hadapanku terbuka perlahan dan Jane keluar dengan ekspresi kaget di wajahnya.

"Justin?"

"Jane," bisikku dan lagi-lagi tangisku pecah.

Jane langsung menarikku ke dalam dan mendudukkanku di sofa bersamanya. Dia membiarkanku menangis dan menungguku sampai tenang.

"Jane, maafkan aku. Aku tahu kau mungkin tidak akan memaafkanku, tapi aku benar-benar minta maaf" kataku menyeka air mataku.

Satu tetes air mata menetes dari mata Jane lalu dia memelukku dan mengelus-elus punggungku pelan.

"its okay Justin. Aku tidak marah ataupun membencimu. Aku tahu kau terluka atas perceraian ibu dan ayahmu. Aku mengerti itu. Tenang saja," katanya.

Aku menangis semakin keras. Ya Tuhan, Jane sungguh sagat baik. Mengapa aku bisa begitu jahat padanya?

Jane melepaskan pelukan kami lalu dia memandangku penuh kasih sayang.

"aku tidak akan marah padamu. Kau sudah seperti anakku," katanya, "tapi Bella tidak. Dia-"

perkataan Jane terhenti dengan suara Bella dari pintu depan.

"mom aku pulang!"

The ObstaclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang