Saat ini Hanna, Vani, dan Doni sedang duduk di perpustakaan, tumben ya mainnya di perpustkaan.
"Kalo bukan karna tugas, ogah gue kesini" ujar Doni.
"Ya, emang lo doang? Gue juga kali" balas Hanna.
"Eh-eh tau gak?" Tanya Vani.
"Gak, lo cerita aja belum" sahut Hanna sambil menulis.
"Yee, ini juga mau cerita" ujar Vani dengan toanya.
Shutttt. Vani dapat tatapan sinis dari semua penghuni perpustakaan.
"Hehe, maaf-maaf. Jadi nih ya gue denger-denger Zara kena bullyannya Binka" ujar Vani membisik.
"Bully gimana?" Tanya Hanna cuek tapi penasaran.
"Gue denger-denger sih, Binka gak suka sama sikapnya Zara. Tengil apalah itu" ujar Vani masih membisik.
"Tapi gak pake kekerasan kan?" Tanya Hanna lagi.
"Kurang tau deh"
"Kepo bener lo, Han" ujar Doni.
"Udah kelar nih" ujar Hanna mengalihkan.
Mereka bertiga berjalan keluar dari perpustakaan, koridor lantai satu rame dengan kerumunan orang.
"Ada apa?" Tanya Hanna kepada salah satu anak kelas 10.
"Itu kak Zara sama kak Binka ribut" ujar anak itu.
"Baru gue ceritain tadi" gumam Vani.
Mereka jenggut-jenggutan, sampai pada akhirnya PLAKK!
Satu tamparan mendarat di pipi Binka, bisa dikatakan Binka itu masih bukan tandingannya Zara.
"Lo apa-apaan sih, Zar" ujar Hanif menengahi.
"Dia yang mulai, dia yang ngajak ribut duluan" sahut Zara.
Binka masih memegang pipinya.
"Udah mending lo pergi" perintah Hanif kepada Binka.
Dada Zara masih naik-turun karna emosi, sampai akhirnya Hanif memeluk Zara.
DEG.
Hanna melihat itu langsung memutar badan dan pergi.
"Hanna tunggu!" Teriak Vani.
Hanif mendengar itu langsung melepas pelukan Zara.
Sorry batin Hanif.
**
"Hanna!" Panggil Binka.
Hanna saat ini sedang duduk di bangku taman, sendirian. Ia menatap aneh ke arah Binka yang baru saja datang di hadapannya.
"Gue gak mau ngajak lo ribut" ujar Binka.
"Ada apa?" Hanna mengeser posisinya memberi ruang kepada Binka untuk duduk.
"Sebelumnya sorry atas kesalahan gue selama ini, gue sadar yang gue lakuin itu gak pantes"
"Hmmm, terus?"
"Gue mau lo balik lagi sama Hanif, sebagai cewe yang suka sama Hanif gue gak mau dia dimilikin sama orang lain-
"Kenapa?" Tanya Hanna.
"Lo orang yang baik, Han. Gue percaya sama lo, ya walaupun gue ngomong sebagai fansnya Hanif. Gue gak mau dia sama Zara, Zara orang yang licik" Binka bicara terang-terangan.
"Kenapa lo bisa ngomong kayak gitu?" Tanya Hanna lagi.
"Lo sama Zara jauh beda banget, satu kesamaan sama-sama jago adu tojos. Tapi lo gak licik, lo baik, lo tulus" ujar Binka.
"Gue udah berusaha buat Hanif balik lagi sama gue, tapi dia selalu nempel sama Hanif. Dan gue gak bisa misahin mereka gitu aja" ujar Hanna.
"Gue ngerti, gue yakin lo bisa. Gue disini ngewakilin cewe-cewe pengemar Hanif ngedukung lo buat milikin Hanif kembali" Binka tersenyum ke arah Hanna.
"Thanks ya, kenapa gak dari dulu lo baik kayak gini" Hanna memasang tampang datar.
"Sialan lo, gue baru dapet hidayah"
Mereka berdua tertawa bersama, dan berbagu cerita satu sama lain.
"Binka!!" Panggil seseorang.
"Iya?" Binka menoleh.
"Lo dipanggil sama kepsek" ujar si pembawa kabar.
"Oke, gue duluan ya, Han" ujar Binka.
"Hmmm iya"
Hanna meninggalkan taman, dan berjalan melewati ruang kepsek. Pas sekali, Zara dan Binka keluar dari ruangan itu.
Hanna berhenti dan menatap mereka berdua, Binka tersenyum ke arahnya sedangkan Zara menatap Hanna sinis.
"Namanya juga licik, siapa yang salah siapa yang di hukum" sindir Binka.
"Apa maksud lo?" Tanya Zara.
"Ngerasa? Duh langsung peka ya" ejek Binka.
"Anj-
"Eh, kalian apa-apan sih. Di depan ruang kepsek aja masih bisa-bisanya ribut" engah Hanna.
"Gue di skors cuma gara-gara hal sepele" ujar Binka kepada Hanna.
"Salah mah salah aja sih" ujar Zara sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Bisa diem gak lo!" Kesal Binka.
"Haha, selamat berlibur Binka" Zara berbicara dengan nada meledek lalu pergi.
"Udah-udah lo yang sabar ya" Hanna mencoba menenangkan Binka.
"Emang dasar uler ya" desis Binka.
☁ ☁ ☁
Belum lama sosial media ramai dengan Zara yang menjadi sok jagoan di sekolah, anak kelas 10 membenci Zara karna telah merusak hubungan Hanif dan Hanna.
"Ini semua gara-gara pacar sok suci lo itu, Nif" ujar Zara kepada Hanif saat ia melihat akun medsosnya penuh dengan sindirian tentang dirinya.
"Gue gak ngerti lagi sama masalah kalian berdua, mending saling minta maaf" saran Hanif.
"Apa kata lo? Dia yang salah kok" ujar Zara.
"Udah lah, bilang aja lo mau belain dia kan?" Sinis Zara.
"Gue gak bela siapa-siapa" ujar Hanif.
"Jadi, lo gak mau belain gue walaupun gue gak salah?" Tanya Zara.
"Bukan gitu, Ra" Hanif mencoba memegang tangan Zara.
"Udahlah, emang dasarnya lo juga gak suka kan sama kehadiran gue disini!" Zara menepis tangan Hanif, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ra, jangan sedih dong. Tugas gue disini kan buat jagain lo, ini perintah dari bokap lo. Please jangan sedih" Hanif mendekati Zara.
"Hmmm" Zara mengusap wajahnya dengan gusar.
"Sorry ya" Hanif memeluk Zara.
"Jangan pernah tinggalin gue ya" ujar Zara.
"Gak akan" Hanif tersenyum ke arah Zara.
Jangan lupa votenya gaes, sun jauh💋😂
1:35 am.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy girl
Teen Fiction"Ups, sorry gue gak sengaja" Hanna menghampiri Hanif yang sedang memegang 'anu'nya. "Alah, gak sengaja tapi niat kan?!" Hanif menaikkan suaranya dua oktaf. "Gue udah bilang, gak sengaja! paham gak si!" Hanna mengambil bolanya lalu pergi meninggalkan...