Chapt-24

77.5K 3.4K 89
                                    

Sore ini Hanna dan Vani sedang ada di toko buku, suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Hanna dari buku-buku yang ia ingin beli.

Hanna menoleh ke arah pintu masuk, dan matanya baru saja melihat seseorang yang kini sedang ia pikirkan.

Yap, Hanif kini sedang berdiri di samping seorang wanita, ya siapa lagi kalo bukan Zara.

Hanif melihat Hanna yang kini sedang menoleh ke arahnya.

"Han, lo mau beli buku apa deh?" Tanya Vani sambil melihat-lihat buku yang tersedia di rak.

"Gu-gu-e mau beli buku ini, ah iya ini" Hanna menarik Vani ke arah kasir.

"Tapi, Han. Itu kan buku-

"Ini mbak uangnya, ambil aja kembaliannya" Hanna langsung berjalan cepat keluar dari toko buku itu.

Hanif melihat tingkah Hanna yang sedikit aneh. Ia masih kesal dengan perbuatan Hanna kepada Zara yang menuduhnya begitu saja.

"Lo liatin apa?" Tanya Zara.

"Ah, bukan apa-apa"

**

"Lo kenapa si, Han? Lo tau gak, buku yang lo beli itu apa?" Tanya Vani.

"Hah?" Hanna melihat buku yang ada di tangannya, "loh? Kok gue beli buku masak sih? Buat apa coba" umpatnya.

"Lo aneh deh, Han"

"Tadi gue liat Hanif sama Zara di toko buku" raut wajah Hanna berubah menjadi sendu.

"Kenapa gak lo jelasin aja sih?" Tanya Vani sedikit geram.

"Gue pikir Zara udah ngejelasin semuanya" Hanna memperlambat jalannya.

"Tapi kalo emang Zara udah ngejelasin semuanya, kenapa Hanif bisa semarah itu sama lo? Jangan-jangan dia ngejelasin kebalikannya. Makanya Hanif jadi marah banget sama lo" tebak Vani.

"Bisa jadi, Van. Dari awal juga gua udah mikir ke situ" jawab Hanna sedikit risih.

"Lo jangan khawatir, biar gue sama Doni yang beresin" ujar Vani.

"Gak! Gue gak mau ngelibatin Doni apalagi lo, Van. Biar gue sendiri yang nyelesain ini masalah, apapun yang terjadi kalian berdua gak boleh ikut campur" jelas Hanna.

"Huuh, udah kayak mau tempur aja, Han" Vani memeluk Hanna.

"Makasih, Van" Hanna tersenyum dan memeluk balik Vani.

"Kalo ada apa-apa jangan segan buat cerita, kita kan sahabat"

Mereka berdua melanjutkan jalannya dan kembali ke rumah masing-masing.

🐊  🐊  🐊

Hanif duduk di halaman rumahnya, menikmati angin malam dengan sebatang rok*k di tangannya.

Biasanya Hanna ngelarang gue buat ngerok*k.
"Kenapa kepikiran dia trus sih!"

"Hai" sapa Zara yang baru saja datang dan duduk di samping Hanif.

"Ngapain?" Tanya Hanif.

"Dingin banget ya" ujar Zara.

"Yang lo ceritain ke gue gak bohong kan?" Tanya Hanif tiba-tiba.

"Uhukk.. Cerita apa?" Zara tersedak nafasnya sendiri.

"Soal yang di ruang kepsek"

Iya. "Untuk apa gue bohong sama lo?" Kesal Zara.

"Tapi gue belum ngedenger penjelasan dari Hanna"

"Terserah lo mau percaya sama gue apa ngga" Zara memasang wajah sedih.

"Bukan gitu maksud gue, jangan sedih ya" Hanif mencoba menghibur Zara.

"Makasih udah mau percaya sama gue" ujar Zara.

"Dari dulu masih tetep manja ya" Hanif mencubit hidung Zara.

Rintik hujan turun dari langit dan membasah tanah di bumi, Hanif langsung menarik Zara untuk meninggalkan taman.

"Ayo, nanti lo kehujanan"

Dari kejauhan Zara seperti melihat seseorang yang sedang memperhatikan mereka dari luar gerbang.

Karna hujan turun dengan sangat cepat, penglihatan Zara tertutupi oleh air hujan.

**

Pukul 21:45 WIB.

Hanna mengayuh sepedahnya dengan cepat, tubuhnya kini sudah basah karna hujan turun begitu lebat.

Hanna berhenti di sebuah taman, di taman tersebut terdapat lapangan basket dan kebetulan ada bola di dekat ring-nya.

Hanna mengambil bola itu, ia mendribble bola tersebut, dengan lapangan yang basah karna genangan air hujan.

Suara bola yang memantul di atas air terdengar jelas di telinga Hanna. Suasana sepi, sunyi ini yang Hanna inginkan. Walaupun harus di temani oleh ribuan rintik hujan.

Hanna berjalari dan tiba-tiba ia terpeleset dan terjatuh di atas genangan air. Ia tak langsung bangkit dari jatuhnya.

Ia menatap ke arah langit, dengan rintikan hujan yang membasahi wajahnya.

"Bodoh, cuma karna satu laki-laki gue jadi lebay kayak gini!" Hanna memotivasi dirinya sendiri.

Ponsel Hanna berdering, ia mengangkat telpon yang masuk.

HANNAAAAAA.

Hanna menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Waalaikumsalam, bunda"

Kamu lagi dimana? Diluar hujan.

"Ini aku lagi jalan pulang, eh bunda telpon. Ya udah aku mau jalan lagi, assalamualaikum" bohong Hanna dan langsung menutup telponnya tanpa mendengar jawaban bunda-nya.

Hanna mengayuh sepedahnya dengan kecepatan tinggi. Ia mengayuh dengan sekuat tenaga.

Sesampainya di rumah, Hanna langsung menaruh sepedahnya di dalam garasi dan masuk lewat pintu belakang. Karna jika lewat pintu depan pasti bunda dan ayah-nya sudah menunggu di ruang tamu.

Hanna masuk menyelinap lewat pintu belakang. Tak sengaja ia menendang barang yang ada di depannya.

"Siapa?" Teriak ayah.

"Kucing" ceplos Hanna, "sial, keceplosan" bisik Hanna kepada dirinya.

"Kucing kok bisa jawab, sini kamu" panggil ayah yang telah mengetahui kalau itu Hanna.

"Aku kebelet, yah" Hanna langsung masuk delam kamar mandi.

Ia pun langsung mandi.

Setelah mandi dan menganti pakaian, Hanna turun kebawah untuk mecari makanan.

"Darimana kamu tadi?" Tanya Ayah.

Ia lupa kalau ayah dan bunda-nya belum tidur.

"Dari rumah temen, yah" ujar Hanna bohong.

"Bukannya bilang! Bikin orang tua khawatir aja" Ayah menjitak kepala Hanna.

"Duhh, sakit. Maaf deh, kan tadi itu urgent banget jadi aku langsung cuss" ngeles Hanna.

"Alasan"

"Ya udah makan sana, bunda udah nyisihin makanan buat kamu" ujar Bunda.

"Iya, bun. Aku makan ya, assalamualaikum" Hanna menampilkan deretan giginya.

"Anak kamu aneh banget sih, bun" ujar Ayah kepada bunda sambil tertawa kecil.











6:21 am

Tomboy girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang