Chapt-26

78K 3.6K 39
                                    

🐌  🐌  🐌



Jam istirahat berbunyi, anak-anak keluar dari kelasnya masing-masing dan menuju ke kantin.

"Jadi lo gimana sama Hanif, Han?" Tanya Vani.

"Gitu deh" cuek Hanna.

"Jangan gitu, emang lo mau di gantung kayak gini? Sedangkan kalo pacaran aja tapi lagi diem-dieman gini" jawab Vani gereget.

"Dia yang duluan diemin gue, gak tau dia yang cewek apa gue" Hanna merapihkan bukunya yang ada di meja.

"Eh, astagfirullah udah jelas gue yang cewenya, ngomong apaan si lo, Van" Hanna memukul pelan bibirnya.

"Si kampret, lo sendiri juga yang ngomong"

"Haha, ya udah kek kantin yuk" Hanna berjalan dengan semangat.

Baru saja keluar dari kelas, seseorang menabraknya.

Hanna terkejut melihat bajunya yang kini sudah basah karna tumbahan minuman.

"Han,

"Bikin mood turun aja" Hanna menoleh ke arah orang yang menabraknya.

"Lo sendiri yang jalan gak pake mata"

Ternyata Zara dan Hanif yang kini ada di hadapannya, dengan minuman yang tumpah tadi ada di tangan Zara.

"Lo kali sengaja" sinis Hanna.

"Emang ya tukang gak mau salah, nyalahin orang mulu" Zara mencoba menyindirnya.

"Maksud lo apa!" Emosi Hanna naik dan mendorong tubuh Zara. "Jelas tadi lo yang lari-larian dan nabrak gue" jawab Hanna tak mau kalah.

Zara terdiam, "mana ada sih maling yang mau ngaku? Kalo ada juga penjara udah penuh" lanjut Hanna pergi meninggalkan Doni, Vani, Hanif dan juga Zara.

"Lo kok diem aja si, Nip" ujar Vani kepada Hanif.

"Gue binggung harus bela siapa" ujarnya.

"Gila lo ya! Udah jelas dia yang salah" Vani menunjuk kearah Zara.

Zara memasang wajah sedih di depan Hanif.

"Lo gak usah salahin dia!" Hanif merasa tidak enak melihat raut wajah Zara saat ini.

"Ayo, Van" Doni menarik lengan Vani menjauh dari mereka berdua dan menatap tajam ke arah Hanif.

**

Hanna pergi ke rooftop sekolah, dengan baju yang masih basah. Untung saja langit mendukungnya untuk pergi kesini.

Hanna menaruh kakinya di pinggir atap, jika saja ada orang yang melihatnya mungkin sudah di kira ingin bunuh diri.

Sejujurnya Hanna tidak berani untuk duduk sepinggir ini, tapi takutnya di kalahkan oleh rasa kesalnya.

"Apa yang gue liat tadi? Gak ada reaksi apapun dari dia!" Kesal Hanna.

"Apa maunya?" Tanya Hanna kepada dirinya sendiri.

Kepala Hanna pusing, terlalu banyak hal yang ia pikirkan sekarang. Ia pun merebahkan tubuhnya di atas rooftop, sendiri di hanya di temani oleh angin.

Hanna mendengar bel masuk telah berbunyi, ia sudah tidak ada mood untuk belajar lagi, akhirnya ia memutuskan untuk memejamkan matanya.

Ia pun tertidur di rooftop, setelah beberapa menit ia memejamkan matanya. Tubuhnya terasa di angkat oleh seseorang.

Tomboy girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang