Chapt-35

99.5K 4K 171
                                    

Pagi ini Hanif sudah berada di rumah sakit, dengan boneka beruang putih di tangannya.

"Ini buat lo, gue harap lo suka" Hanif meletakan boneka itu di dalam pelukan Hanna.

Angga dan Talia sedang keluar mencari sarapan, dan kini Hanif sendirian menunggu Hanna.

"Lo kapan bangun, kebo banget deh kalo tidur" Hanif mencubit pipi Hanna.

Biasanya Hanna marah kalo pipinya dicubit,
"Gue kangen lo, Han. Maafin semua kesalahan gue selama ini" Hanif mencium punggung tangan Hanna.

"Please sadar, kita disini nungguin lo" suara Hanif mengecil, ia tertunduk di tangan atas tangan Hanna yang masih ia ngenggam.

Hanif masih menundukan kepalanya, Hanna mengerjapkan matanya hingga pandangan fokus, ia melirik Hanif yang sedang duduk di samping ranjang sambil memegang tangannya.

"Ha-hanif" ujar Hanna dengan pelan.

"Han, gue merinding" Hanif masih menundukan kepalanya.

"Masih pagi udah iseng aja gue disini, tapi untungnya ada lo" lanjut Hanif.

"Hanif ini gue" suara Hanna lemah.

"Woi, siapa lo?" Hanif langsung membalik badannya seakan mencari seseorang.

"Keluar lo kalo berani, jangan main di belakang! Sialan! Gue merinding!" Umpat Hanif sambil mengepal tanganya seakan ingin meninju orang.

"Hanif!!!" Masih suara yang sama.

"Eh setan! Lo kalo mau ngerjain orang jangan di pagi-pagi gini dong, gue baru aja mandi udah merinding aja" umpat Hanif lagi.

Kini Hanna memegang tangan Hanif.

"HUAHHHHH" jerit Hanif meloncat lalu menjauh.

"Sialan lo! Ini gue" ujar Hanna pelan.

"Eh Hanna,

"Loh? Dokterrrr" Hanif baru tersadar dan langsung memanggil dokter.

Dokter pun memeriksa Hanna, mulai dari mengecek matanya, tensinya, dan mengecek jahitan yang ada di perutnya.

"Alhamdulillah, kini keadaan Hanna sudah membaik" ujar dokter Nuva.

"Alhamdulillah, jadi dia kapan pulang?" Tanya Hanif.

"Gak secepat itu, dia boleh pulang kalau sudah sembuh total" jawab dokter Nuva.

"Lama ya?" Tanya Hanif.

"Banyak tanya lo!" Umpat Hanna.

"Tergantung pasiennya juga, baik saya tinggal dulu ya. Hanna jangan lupa abis makan nanti minum obat, saya permisi" Nuva meninggalkan Hanna dan Hanif.

"Hai" sapa Hanif.

"Hai" Hanna tersenyum. Selang yang ada di hidung Hanna sudah di lepas.

"Gimana perasaan lo sekarang?" Tanya Hanif.

"You know" ujar Hanna.

"Maaf" Hanif kembali duduk di samping ranjang Hanna.

"Lo gak salah" jawab Hanna.

"Kalo bukan karna gue lo gak akan terbaring lemah di atas sini sekarang" Hanif menatap wajah Hanna yang masih pucat.

"Jangan salahin diri lo, ini semua bukan salah lo. Gue selalu maafin lo kok" Hanna ternyum tulus ke arah Hanif.

"Gue bodoh, gue bego, tolol, gak punya otak! Dengan gampangnya gue nyia-nyian lo kemarin" Hanif memukul kepalanya sendiri.

Hanna menahan tangan Hanif,
"Jangan nyakitin diri lo gitu deh, cukup gue aja yang sakit. Lo jangan" Hanna mengenggam tangan Hanif.

Perasaan bersalah semakin menyimuti diri Hanif, ia tak sangup melihat Hanna.

"Dengerin gue, apapun yang terjadi kemarin anggap aja angin topan, walaupun dampaknya besar buat warga tapi itu semua hanya sesaat. Dan kita bisa memperbaiki semuanya bersama-sama" Hanna terus menatap wajah Hanif dan tersenyum.

"Lo terlalu baik, Han. Gue gak pantes milikin cewek berhati malaikat kayak lo sedangkan gue hanya nyusahin lo terus-menerus"

"Kapan lo nyusahin gue? Berkat lo gue bisa hidup kembali, karna lo, karna pertolongan pertama lo" Hanna menatap ke langit-langit kamar rawat itu.

"Kalau gak ada lo, bisa aja gue mati di tempat karna kehabisan darah, dan sekarang mungkin gue udah gak disini lagi" ujar Hanna.

"Makasih, ini semua berkat lo" Hanna menatap wajah Hanif kembali.

Hanif berdiri dan langsung memeluk Hanna dengan sangat hati-hati.

"Maaf dan terimakasih" bisik Hanif lu mencium pipi Hanna.

Hanna mencium kembali pipi Hanif, dan berbisik, "I love you"


















**

Selamat malam😉
Siap-siap chapt berikutnya ya😆

7:58 pm.

Tomboy girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang