"Xiaohai, makanan sudah dipesan, jam berapa besok kita akan berangkat?".
"Apa pernah mengatakan kalau aku akan pergi?".
Senyuman kecil di bibir ajudan Sun, hembusan udara dingin menyeruak di hidungnya. Anak ini selalu sulit dimengerti, susah untuk diatur, benar-benar keras kepala.
"Ini perintah Jenderal, bukan untuk ditolak".
Gu Hai berdiri, postur tubuhnya yang tinggi dan bidang mencerminkan keturunan militer. Ia gelisah terus mondar-mandir di sekitar ruangan.
"Kalau begitu biarkan dia mengikat dan menyeretku dengan paksa".
Kalimat pedas itu mampu mengerutkan sudut-sudut wajah ajudan Sun.
"Kenapa harus anda, nyonya telah lama pergi dan Jenderal baru saja menapaki usia empat puluh tahun, bukankah anda tidak bisa meninggalkanya?".Perkataan ajudan Sun benar-benar menyakiti perasaan Gu Hai.
"Aku tidak akan pernah memaafkannya atas apa yang telah terjadi pada ibuku".
Ajudan Sun segera mendekati Gu Hai, lalu berkata, "Xiaohai, anda tidak boleh berkata sembarangan, jika Jenderal mendengar anda bisa dicincang hidup-hidup, apa yang mengenai ibumu itu adalah suatu yang kebetulan, bahkan dokter forensikpun membenarkan hal itu, bagaimana bisa anda masih meragukannya?".
"Baik, jangan katakan apapun lagi, aku tahu apa yang harus aku lakukan".
Ajudan Sun kembali mengambil langkah mundur, dan melakukan hormat ala militer.
"Saya akan menjemput anda besok".
Gu Hai menghabiskan waktu sorenya di klub Anggar. Setelah melepas pelindung wajahnya, tiba-tiba dia merasakan ada sepasang tangan yang menutup matanya.
"Sudahlah!".
Jin Lulu menurunkan tangannya, matanya menyipit memandang Gu Hai, Gu Hai meletakan tangannya di pipi Jin Lulu, kemudian mengusapnya dan menepuknya beberapa kali, membuat Jin Lulu tertawa ringan.
Jin Lulu adalah kekasih Gu Hai, seorang gadis cantik dengan warna kulit yang kecoklatan dan mempunyai kelopak mata tunggal.
"Kenapa kamu semakin hitam?".
Senyum kecil Gu Hai menghiasi sudut bibirnya, cahaya matahari memancar ke wajahnya.
"Akhir-akhir ini saya sering berenang".
Mereka berdua berjalan menuju tempat istirahat.
Jin Lulu mengeluarkan dua lembar kertas tisu untuk menghapus keringat kekasihnya. Setiap kali dekat dengan Gu Hai, dia selalu mencium aroma tembakau bercampur dengan aroma keringat, menjadikan perpaduan aroma yang khas.
Tutup matamu dan bayangkan laki-laki ini seorang pria dewasa yang berusia tiga puluh tahun.
Ketika membuka matanya, dia melihat wajah yang dewasa sebelum waktunya.
"Gadis bodoh, apa yang kau lihat?".
Gu Hai menggenggam tangan Jin Lulu sambil menghela napas, "Besok ayahku akan menikah".
"Secepat itukah?".
Jin Lulu menatap Gu Hai dengan penuh makna, "Bagaimana denganmu? Apa akan pergi ke pernikahan ayahmu?".
"Menurutmu, apa saya harus datang atau tidak?".
"Datanglah! Mengapa tidak. Kau harus biarkan dia memahamimu kalau kamu itu bagian dari keluarganya, dia tidak akan mempermasalahkan apapun".
Satu-satunya yang bisa dilakukan Gu Hai adalah mengubur dalam-dalam rasa ketidakberdayaannya, "Saya benar-benar tidak ingin melihat mereka berdua, apa kau tahu? ketika ibuku mengalami kecelakaan, sebenarnya mereka berdua sudah saling kenal, dan dia tahu dengan status ayahku,karena hal itu, tidak mungkin bisa melakukan pernikahan untuk kedua kalinya. Seharusnya kau mengerti tanpa harus diceritakan".
"Hal yang rumit".
Gu Hai lalu minum dua tegukan air, terlihat tenggorokannya berayun, berharap kesulitan itu ikut hanyut bersama air yang diminumnya. Jin Lulu tersenyum dan mencubitnya, seketika Gu Hai langsung tersedak.
"Saya bertanya kepadamu, jika saya mendatangkan sekelompok wartawan dan melaporkan pernikahannya, apakah itu akan menyebabkan dampak negatif pada mereka?".
Jin Lulu terkejut, "Memangnya apa yang ingin kamu lakukan?".
"Saya ingin membalas dendam kepada ayahku untuk waktu yang lama".
"Saya pikir dengan mengirim wartawanmu itu bukan ide yang bagus, jangan sampai mereka mengumpulkan berita tidak baik di koran maupun di televisi".
"Kau salah, walau mereka membawa peralatan kamera justru tujuan saya adalah bukan untuk disiarkan di televisi atau dimuat di surat kabar. Intinya, untuk membuat suasana menjadi ricuh tidak ada yang bahagia dengan pernikahan itu".
"Ohh...". Jin Lulu menghela napas panjang, "Saya mengerti, bukan reporter itu yang jadi peran utama? Yang penting kericuhan itu harus menimbulkan kepanikan psikologis bagi penyelenggara pernikahan dan berbagai pihak panitia. Benar begitu?".
"Kau memang pintar".
Aura keanehan terpancar dalam diri Gu Hai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN
RomanceBUKU 1. MUSIM KE-1 悸动青春 (jì dòng qīngchūn - Gejolak Masa Remaja) Bab 1 - Bab 79 (Bersambung ke buku 2) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan :...