34. 其实你听错了-Sebenarnya Kamu Salah Mendengar

1.8K 177 3
                                    

Beberapa jam kemudian, diperkirakan bahwa emosi Jin Lulu telah tenang, Gu Hai mulai menyalakan ponselnya lagi. Namun kali ini tidak ada panggilan yang masuk, lalu dia menunggu lagi sampai waktu yang lama, sama sekali tidak ada panggilan yang masuk. Terpaksa Gu Hai meneleponnya. 

"Halo".

Suara sengau terdengar di telinga Gu Hai. Jantungnya masih gemetar. Jin Lulu adalah gadis yang sangat kuat, dia jarang menangis, setidaknya selama menjalani hubungan dengan Gu Hai, Jin Lulu tidak pernah menjatuhkan setetespun air matanya. 

"Baiklah , jangan menangis lagi". Suara tangis Jin Lulu terdengar terisak-isak, bahkan tidak sanggup untuk berkata-kata. 

"Saya tahu, seharusnya saya tidak terlalu memikirkannya... Tapi perubahanmu yang drastis... Walaupun kita tidak satu sekolah... Tapi saya selalu merasakan kau selalu bersamaku... Sekarang aku merasa... Kau sangat jauh dariku......".

Gu Hai berhenti sejenak, lalu, "Tidak jauh. Dengan menggunakan kereta tercepat, paling setengah jam sudah sampai".

Jin Lulu mengendalikan air matanya, "Kalau begitu mengapa kau tadi mematikan telepon saya?".

"Saya tidak menutupnya, tapi sinyal di sini yang tidak bagus".

Gu Hai Tiba-tiba menemukan cara bahwa tidak sulit untuk berbohong. 

Jin Lulu mengatakan beberapa kalimat, "Akhir-akhir ini saya mengalami migrain, kepalaku sakit sekali".

Gu Hai melirik jam, lima menit telah berlalu.

"Itu karena kamu sering melihat komputer dan menggunakan telepon yang terlalu lama. Kau meletakan telepon di telingamu untuk menjawab telepon. Berapa banyak radiasi yang masuk! Dengar, tidurlah lebih awal. Besok pagi kau sudah merasa lebih baik"

Jin Lulu menarik nafas. "Bisakah kau datang sabtu ini?".

"Sabtu ini saya sudah ada janji bersama Li Shuo. Bagaimana jika hari minggu? hari Minggu saya tidak ada acara apapun".

"Kamu selalu memandang mereka itu lebih penting daripada saya".

"Bukan masalah penting atau tidak penting. Tapi karena saya sudah membuat janji pada orang lain. Kalau sudah menjanjikan sesuatu, maka harus ditepati!".

Jin Lulu terdiam cukup lama, kemudian berkata samar, "Hari minggu saya akan menghadiri pesta ulang tahun, jadi saya tidak ada waktu luang dihari itu. Kalau minggu depan bagaimana, dibandingkan minggu ini akan terlalu lelah".

Ponsel Gu Hai tiba-tiba mati, tapi dia masih bisa mendengar desah kecewa Jin Lulu.

Rumah mati lampu, Gu Hai tiba-tiba teringat saat dua tahun yang lalu, ketika Jin Lulu memanggil teman-teman perempuannya, untuk memecahkan kaca ruangan Direktur, kemudian kembali mendatangi kepala sekolah untuk menantang. Dia terlihat liar pada saat itu, terlihat jelas mana yang harus dia suka dan mana yang harus dibenci, meskipun dia seorang gadis kecil dan kurus, tapi dia begitu arogan pada saat itu.

Gu Hai teringat senyumnya yang penuh semangat saat Gu Hai sedang duduk di atas meja. Dan Gu Hai merasa dia sangat menawan.

Pada saat itu, Gu Hai begitu terpesona melihat Jin Lulu.

Mungkin saya terlalu memerhatikannya, akan tetapi jika saya mengabaikannya, perasaan itu akan selalu tetap sama. Tidak peduli bagaimana saya melihatnya. Saya tetap menilainya itu indah, tetapi seiring berjalannya waktu, keindahan itu akan terkikis juga. 

Gu Hai berpikir untuk waktu yang lama, tangannya masih memegang ponsel, akhirnya dengan setengah hati dia mengirim pesan. 

"Saya akan membatalkan janji dengan Li Shuo, saya tidak jadi pergi pada hari Sabtu, tapi saya akan pergi menemuimu". 

Kemudian Gu Hai meletakan ponselnya, dia merasakan ada sedikit ketenangan dalam hatinya.

Keesokan paginya, Gu Hai bersepeda berangkat bersama dengan Bai Luoyin ke sekolah, seperti biasa Bai Luoyin duduk di belakang Gu Hai. Tapi kali ini Bai Luoyin mengubah posisi duduknya, yang sebelumnya Bai Luoyin selalu duduk memunggungi Gu Hai. Hari ini Bai Luoyin duduk menghadap ke depan dengan kedua tangannys menekan bahu Gu Hai. Dengan begini, fia dapat melihat jalan di depannya untuk mencegah Gu Hai melewati jalan bergelombang. 

Pagi ini angin begitu kencang, angin di Beijing tidak pernah merasa kesepian, dia selalu berhembus ditemani debu dan pasir. Bai Luoyin kemudian berdiri menatap jalan di depannya sambil terengah-engah, dia tidak sadar berapa banyak debu dan pasir yang dia makan. 

"Hei, Kenapa kamu tidak duduk? Saya bisa menghalangimu dari terpaan angin ini".

Bai Luoyin tidak berkata sepatah katapun, dia hanya meremas kuat bahu Gu Hai, semakin erat dan Semakin kuat.

Gu Hai segera paham apa yang ada di benak Bai Luoyin. Kemudian dia berkata, "Jangan khawatir, saya tidak akan melewati jalanan yang penuh dengan batu".

"Besok hari sabtu, apakah kamu mau pergi bersamaku?".

 "Apa?!".

Suara terpaan angin ditambah suara klakson dari kendaraan, membuat Gu Hai tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Bai Luoyin. 

Kemudian Bai Luoyin membungkuk, mendekatkan mulutnya ke arah telinga Gu Hai. 

"Apakah kamu mau pergi memancing bersamaku pada hari Sabtu?". 

Seketika tangan Gu Hai bergetar dengan tatapan yang terus ke depan, seolah telah membuat keputusan yang sangat sulit. 

"Saya sudah punya janji, jadi saya tidak bisa ikut denganmu".

Mata Bai Luoyin menjadi redup seketika. "Oh, tidak apa-apa, lupakan saja". 

Kata-kata itu tidak nyaring, tapi Gu Hai bisa mendengar dengan jelas. 

"Sabtu! Saya akan pergi bersamamu hari sabtu!".

Bai Luoyin menundukkan kepalanya sedikit melihat hidung Gu Hai yang tinggi. 

"Bukankah kamu baru saja mengatakan sudah ada janji?". 

Mata Gu Hai melirik ke atas melihat dagu tegas Bai Luoyin. 

"Mungkin kamu salah dengar".

KECANDUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang