58. 醋坛子打翻了-Setoples Cuka Tumpah

1.9K 159 2
                                    

"Baik, kamu tidak mau mengatakannya, bagaimana bisa seperti ini?".

Bai Luoyin lemas, "Saya menghantam tiang ring basket".

Mendengarnya Yang Meng merasa khawatir bercampur geli, "Apa...... Jika kamu ingin bermain basket, ya main saja, tidak perlu menabrakan diri ke tiang ring".

Yang Meng mengulurkan tangannya, menyentuh bibir Bai Luoyin dengan lembut, lalu dia menghirup giginya saat melihat darah yang keluar, seolah-olah dia ikut terluka.

"Pria gendut telah menabrakku, saat itu posisiku sedang tidak stabil".

"Seberat apa?".

"Kira-kira dua ratus pond!".

Yang Meng menjadi gelisah. "Pasti kaptennya tidak becus? Membiarkan seorang dengan berat dua ratus pond ikut bermain. Itu jelas ingin membuatmu terluka? Kurang ajar! Kamu harus minta ganti rugi biaya pengobatanmu!".

Kata-kata Yang Meng membuat seluruh dunia terdiam, dia merasakan cabang pohon willow di sampingnya telah menjadi lapisan es. Kemudian dia melihat ada seorang pria yang sama sekali tidak berkata apa-apa, tampak wajahnya seperti dilukis tinta hitam.

Youqi ingin tertawa tapi tidak berani, dia hanya bisa mengangkat ujung mulutnya .

Yang Meng menatap Gu Hai, begitupun Gu Hai yang melirik Yang Meng, Yang Meng merasa sedikit gentar. Kenapa pria ini begitu sangar?.

"Yinzi, siapa orang ini?". Bisik Yang Meng.

"Kapten".

"Hah...". Yang Meng tercengang, tenggorokannya bergerak, kemudian dia mencoba menyapa Gu Hai dengan ragu.

"Itu... Tidak usah di dengar tentang ucapan saya tadi".

Gu Hai menatap tajam, senyumnya menyiratkan pembunuhan.

"Saya Gu Hai, apa kabar gadis cantik".

"Lihat. Aku seorang pria!!".

Gu Hai tersenyum ramah. "Benarkah? Tapi saya tidak bisa melihatnya".

Bai Luoyin melirikan matanya. "Kenapa dengan matamu?".

Gu Hai menjawab ringan. "Mataku memang sedang tidak baik. Tapi saya masih bisa melihat orang-orang, tidak seperti orang lain, yang dengan sekali terbentur matanya langsung buta".

Wajah Baloin seolah langsung tenggelam dan nadanya menjadi sedikit tumpul.

"Gu Hai, cukup! Bukankan Yang Meng sudah mengatakan bahwa dia salah? Kau sudah jahat kepadanya? Dia tidak ikut bermain basket, mana tahu siapa kaptennya?".

Jantung Gu Hai seolah memiliki dua sisi, jika satu sisi diinjak maka sisi lain akan terangkat ke atas. Di ujungnya tersimpan sebotol cuka asam tua, cipratan airnya begitu kuat dan Gu Hai merasa sakit.

[Cuka atau asam memiliki makna cemburu]

Dia baru saja meremehkanku tapi kau diam saja. Sekarang aku bercanda dengannya dan kau begitu sensitif!.

Baik, kau melecehkanku, kan?, aku tidak akan lagi menghabiskan waktu bersamamu!.

Kemudian Gu Hai melemparkan pakaian Bai Luoyin kepadanya, lalu berbalik tanpa kata sedikitpun.

"Bukan, kenapa dia marah?". Yang Meng bingung.

Bai Luoyin diam dengan tenang.

Yang Meng masih ragu, "Apakah tidak apa-apa?".

"Tidak apa-apa, abaikan saja!".

---------

Bai Luoyin istirahat selama setengah dari periode waktu kelas, setengah kiri wajahnya lebam, terutama di dekat tulang pipi, memar besar.

Gu Hai melirik dengan rasa sesal. Tapi dia berkata pada dirinya sendiri. Orang ini tidak layak disesali, dia mencintai dirinya sendiri hanya mau melakukan apa yang dia mau. Setelah itu, dia tidak pernah peduli. Meski begitu jika melihat keadaan Bai Luoyin, Gu Hai merasa tidak tega. Marah kepadanya? Siapa yang akan menemani suasana hatinya sedang tidak baik? Tidak bisakah kamu membiarkannya pergi? Sekarangpun kau membisu tidak mengatakan apa-apa kepadanya, bukankah kau ingin menghiburnya tapi kenapa masuh membuang muka? Apa kamu terlalu banyak pertimbangan?.

Disaat Gu Hai masih merasa dilema, tiba-tiba Bai Luoyin mengambil dompet dari lacinya dan melemparkannya ke meja Gu Hai.

"Punyamu".

Sebuah kata yang keras dan dingin.

Apakah kamu masih marah?... Suhu di hati Gu Hai menurun. Bagaimana menurutmu? Apakah hanya karena satu kata itu? Bukankah aku sudah mau memaafkanmu, tapi kamu masih saja berbuat kasar. Baik! Jika kamu kuat, jangan bicara denganku walau satu kata, lihat saja siapa yang paling tangguh.

Setelah Bai Luoyin melempar dompet, suasana hatinya tidak menjadi lebih bsik, dia begitu kesal. Dia tidak bisa mendengar apa yang guru terangkan, tapi jika ada suara dari belakangnya dia sangat peka, disaat Gu Hai terbatuk atau mejanya bergerak. Sarafnya akan menjadi tegang dan itu akan memakan waktu lama untuk kembali normal.

Agar bisa melewati dua kelas terakhir ini, Bai Luoyin memutuskan untuk tidur.

Saat hendak menempelkan mukanya di meja, dia menarik napas dalam-dalam.

Tapi dia lupa, bahwa meja itu begitu keras juga wajah kirinya yang terluka, jadi saat dia menaruh mukanya di meja terasa sangat menyakitkan. Dengan cepat dia menyesuaikan posisinya, lagi-lagi pergelangan tangannya langsung menusuk bibirnya, dia terengah-engah, rasanya begitu menyakitkan. Tapi dia berusaha menahannya.

Semua gerakan Bai Luoyin begitu nyata, terjadi di depan Gu Hai.

Setiap kali Bai Luoyin akan bergerak, Gu Hai merasa jantungnya seolah berhenti. Dia begitu kuat! Ketika ayahnya mendorong ke jendela, bahkan dia tidak menyerah sedikitpun. Ini merupakan hal kecil, kenapa tidak bisa duduk manis di belakang?

KECANDUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang