4. 怎么看上她了 - Bagaimana Melihatnya

2.1K 194 1
                                    

"Apa yang terjadi?".

"Kedua pria itu mengatakan kalau mereka diikuti oleh petugas polisi yang berpakaian preman, mereka takut kalau polisi itu dapat melihat dokumennya sehingga mereka melemparkannya lalu melarikan diri".

"Apa isi dokumennya?".

"Mereka hanya reporter palsu".

"Memangnya hanya reporter asli yang hanya diizinkan membawa video?".

"Tapi mereka mengenakan tanda pengenal palsu di dadanya".

"Kalau begitu biarkan saya bertanya, dari mana mereka tahu kalau yang mereka lihat itu polisi yang sedang menyamar?".

"Polisi tidak akan segan-segan mengejar mereka, dan merekapun panik. Jadi...".

"Jadi mengejar mereka?". Gu Hai sangat marah, dia menghentakkan tubuhnya seperti macan tutul yang bangkit dari sofa. "Kamu ini menyewa orang bodoh atau polisi? Sehingga sekawanan perampok bisa mengincarnya".

"Perampok... Perampok... Tidak mungkin kan?".

"Tidak mungkin?!". Gu Hai memejamkan matanya, hidungnya kembang kempis menahan amarah. "Aku bertanya kepadamu, sekarang ada dimana perangkat itu? Setelah dua orang itu kabur kemana perginya perangkat itu?!".

Orang yang diinterogasi tidak berani berkata apapun.

Gu Hai tenang sejenak, kemudian melambaikan tangannya sebagai isyarat, "Keluarlah".

----------

Ayah yang dikaguminya sejak kecil, kini telah mengambil  wanita lain dan masuk ke altar pernikahan. Sementara ibunya, harus terbaring di kuburan seorang diri, dia mati demi suaminya, senyumannya sebelum meninggal masih tetap tidak berubah.

Sambil berdiri, pandangan Gu Hai menatap lurus tajam ke depan luar jendela. Ibu, saya merindukanmu.

"Xiaohai, aku bibimu, apa sudah dipersiapkan? Stasiun TV di sini telah menunggu, tolong cepat berikan padaku".

"Hilang".

"Apa?!".

"Mmm, secepatnya saya akan kirim dua buah kaset".

Gu Hai menutup telepon.

Pada saat yang bersamaan ayah dan ibu tiri itu datang. Dan akan menjadi makan malam pertama mereka dalam keluarga baru.

Gu Hai terus menunduk tidak berbicara sedikitpun seperti layaknya sedang makan sendiri.

Gu Weiting menatap Gu Hai, "Kenapa kau diam saja?".

"Saat makan bukankah tidak boleh bicara?".

"Malam ini ayah izinkan untuk bicara".

"Lapor Jenderal, saya tidak ada sesuatu untuk dibicarakan".

"Hahaha...".

Tawa lembut seperti bunyi bel yang menggema, membuat Gu Hai hampir saja tersedak. Sejujurnya, dalam sepuluh tahun ini tidak pernah ada tawa hangat seperti itu.

Gu Weiting tampak sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Tanpa ekspresi dia segera memberi sapu tangan kepada wanita disebelahnya dengan suara yang berat dan penuh wibawa dia berkata, "Bersihkan mulutmu, sepertinya kamu telah menyemburkan makanan".

"Maaf... Maaf".

Jiang Yuan terus tertawa sambil menyeka mulutnya, sementara matanya terus menatap Gu Hai sambil mengambilkan sepotong ikan dan menyimpannya pada piring Gu Hai.

"Makanlah yang banyak".

"Bawalah anakmu besok, dan ajak dia untuk tinggal bersama".

Kata-kata Gu Weiting sekali lagi membekukan suasana di rumah.

Gu Hai tidak berbicara, tetapi melihat dari wajahnya sudah bisa terlihat apa yang ingin dia katakan.

"Xiaohai". Wajah Jiang Yuan tersenyum, "Anakku, usianya sama sepertimu, dia juga memiliki kebiasaan yang sama, saya yakin kalian akan sangat cocok".

"Dia datang, aku pergi".

Gu Weiting sangat marah, "Kamu bisa pergi sekarang".

Gu Hai berdiri, disusul dengan Jiang Yuan yang ikut berdiri dan berkata dengan cemas.

"Jangan bertengkar dengan ayahmu, saya tidak pernah benar-benar berpikir membawa anakku kesini, dia lebih dekat dan merasa nyaman bersama ayahnya,  diapun tidak terbiasa untuk hidup bersama ibunya".

"Dia mau datang atau tidak, aku tetap akan pergi".

Wajah Gu Weiting seperti diselimuti awan gelap, walau ia berdiri tegap, tapi masih dapat dilihat, di bahunya ada sedikit gemetar.

Gu Hai, mengabaikan dua mata yang berkobar di belakangnya, sudah lama keinginan itu terjadi. Sekarang dia telah mendapatkan untuk melakukan keinginannya itu.

KECANDUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang