43. 你看他多可怜-Lihatlah, Dia Benar-Benar Kasihan

1.7K 154 2
                                    

Siang ini kelas telah berakhir, Bai Luoyin segera berkemas, begitu bahunya merasakan ada yang mendorongnya. Diapun segera bertanya, "Ada apa?".

"Ayo kita pergi makan bersama pacarku".

Bai Luoyin terdiam, "Dia datang jauh-jauh kesini khusus menemuimu. Kenapa harus melibatkanku juga? Saya tidak mau jadi pengganggu".

Saya dengan dia sudah seperti suami tua dan isteri tua. Apa masih ada perasaan? Jika saya menyuruh kamu ikut ya kamu harus ikut, apa yang harus dipikirkan lagi?".

Gu Hai langsung berdiri dan segera menarik Bai Luoyin.

Jin Lulu yang berdiri di luar langsung tersenyum ketika melihat Bai Luoyin keluar, "Saya sudah menemukan restoran yang bagus, kita naik taksi untuk pergi ke sana".

Mereka bertiga sudah berada di sebuah restoran tèsè gǔtou guǎn, menu spesial restoran itu adalah yángxiēzi. Buntut domba ini masakan favorit Jin Lulu, dia memang suka makanan dengan bahan dasar domba, sangat menyukai aromanya.

"Kita duduk di sini".

Jin Lulu mulai mengambil menu kemudian memesannya.

Yángxiēzi memang begitu lezat, kemudian Bai Luoyin melihat orang-orang yang makan di sekitarnya dengan tenang dan santun, Bai Luoyin tidak bisa menahan senyumnya, dia sangat kagum terhadap Jin Lulu, kebanyakan wanita akan menjaga citranya, mereka tidak akan mau memesan yángxiēzi ketika makan bersama pacarnya.

Disaat mereka tertawa, menu pesanan yángxiēzi itu datang, Jin Lulu begitu bersemangat, dia mengusap-usap dua telapak tangannya, sumpitnya terus bergerak menyelami pot, matanya yang terus fokus benar-benar seperti anak kecil, seakan-akan orang yang berkelahi di sekolah itu adalah orang yang berbeda.

Sumpit Gu Hai mulai berkeliaran di dalam pot itu dan tiba-tiba dia menemukan ekor domba, bagi pecinta domba pasti tahu kalau ini bagian yang paling enak.

Jin Lulu sangat senang.

Gu Hai segera menjepitnya dan memasukkannya ke dalam mangkuk Bai Luoyin.

"Cobalah ini, rasanya sangat enak".

Hal seperti ini memang sudah berkali-kali mungkin sudah menjadi kebiasaannya. Gu Hai akan lupa bahwa ada orang lain di sebelahnya. Itu makanan kesukaannya, tapi Gu Hai dengan santai memberikan yang dia sukai ke mangkuk orang lain.

"Kamu tidak melihat!".

Gu Hai dan Bai Luoyin mendongakan kepalanya.

"Saya juga suka makan ekor domba". Jin Lulu berkata sambil menunjuk mangkuk Bai Luoyin.

"Tenang". Gu Hai segera memanggil pelayan, "Tolong beri kami satu pot yángxiēzi lagi, tapi isi ekor domba".

"Jika Anda ingin pot tunggal ekor domba, Anda dikenakan harga lain".

Jin Lulu menepiskan tangannya ke arah pelayan itu, lalu memandang Gu Hai, "Saya tidak mau, saya hanya ingin makan dari apa yang baru saja kau dapatkan".

Bai Luoyin tertawa, dan tiba-tiba dia jadi teringat Shi Hui, sepertinya memang semua perempuan sama.

"Ini untukmu, saya belum menyentuhnya".

Bai Luoyin memberikannya kepada Jin Lulu.

Jin Lulu menekan alis angkuhnya ke hadapan Gu Hai.

Ketika makanan itu berpindah ke mangkuk Jin Lulu, Gu Hai merasa kesal, tapi dia tidak punya alasan untuk mengeluarkan kekesalannya. Sebagai gantinya dia memberikan makanan lain ke mangkuk Bai Luoyin, terus dan terus. Sebanyak apapun dia memberinya tetap tidak bisa menghapus rasa tidak enak hatinya kepada Bai Luoyin, perasaan itu terus melanda sampai dasar pot terlihat.

KECANDUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang